Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] A Winter Story [1]

3 Juli 2020   16:37 Diperbarui: 3 Juli 2020   16:35 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"KOREA! AKU SUDAH DI KOREA!" jerit Valene heboh.

Tak ayal, orang-orang yang sibuk berlalu-lalang dengan rutinitas airport mereka (seperti biasa orang-orang yang terburu-buru dan membawa banyak barang bawaan; entah akan naik pesawat ataupun turun pesawat; dari wajah lelah hingga wajah kesal) memperhatikan gadis yang berteriak dalam bahasa yang tidak dikenal mereka ini. Namun Valene tidak sendirian. 

Di belakangnya, agak sedikit terseok dengan koper ungunya yang cukup besar, Nancy mengejar Valene. Keduanya sekarang menghirup nafas sedalam-dalamnya seolah-olah udara disini berbeda dengan negara asal mereka, Indonesia. Jauh di belakang mereka, membawa satu koper cokelat besar dan tas backpack berwarna senada, Andrew, menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah istrinya dan sahabat sehidup semati istrinya itu.

"Memalukan," cela Andrew.            

"Kita harus ambil foto! Upload di menit pertama!" usul Valene.

"Benar. Kita ambil foto disana saja," ajak Nancy.

Nancy berdiri di depan papan besar bertuliskan INCHEON AIRPORT dalam berbagai bahasa. Valene berlari ke arah Andrew dan menyerahkan ponsel mahalnya ke tangan pria itu.

"Tolong foto kami ya, foto yang bagus," pesan Valene.

Andrew hanya mengangguk acuh tak acuh sambil mengambil foto dua wanita itu.

"Sudah?" tanya Nancy bingung.

"Sudah."

"Mana lihat," ujar Valene sambil menjulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya.

Valene dan Nancy berkerumun untuk melihat hasil foto. Ternyata hasil fotonya tidak terlihat tulisan besar INCHEON AIRPORT dalam bahasa Korea.

"Yah... ini tidak memuaskan," protes Nancy.

"Iya Drew, ambilkan lagi," tuntut Valene sambil menyerahkan ponselnya ke tangan Andrew lagi.

"Yang bagus ya," pesan sang istri.

Protes tanpa suara, Andrew kembali mengambilkan foto untuk mereka. Di dalam hatinya, dia menyesal mengapa harus menyetujui liburan ini. Semua ini berawal dari dua bulan yang lalu.

2 BULAN YANG LALU

"Nancy, kamu kan sudah hampir setengah tahun menikah, masih belum ada rencana bulan madu dengan Andrew?" tanya Valene sambil menyantap kimbap dengan nikmatnya.

"Entah... kamu kan tau jam kerjaku... aku baru bisa dapat libur akhir tahun. Andrew juga masih sibuk dengan persiapan buka cafenya," jawab Nancy sambil mengambil kimbap dari piring yang sama.

"Tapi kan bulan madu itu perlu untuk kalian. Kalian hanya menikah sekali seumur hidup."

"Lagipula kami belum membahas mau pergi kemana."

"Ah, aku tau! Bagaimana kalau ke Korea?"

"Korea?"

"Bukannya kalian berdua juga suka Korea. Tepat kan kalau kesana?"

"Tapi kurasa Andrew tidak akan setuju. Kamu tau, soal biaya yang tidak murah."

"Hmm... aku yakin Andrew mau kalau kamu bisa membujuknya dengan cara yang tepat."

"Aku masih tidak yakin..."

"Oh, ayolah, Nancy..."

"Aku tau. Kamu pasti mau ikut kan?"

"Tentu saja. Dari mana lagi kalian bisa dapat pemandu gratis? Yah meskipun aku tidak pernah ke Korea kan... setidaknya aku tidak buta huruf."

"Syaratnya?"

"Bayarkan aku tiket pesawat saja sudah cukup."

Nancy memicingkan matanya curiga. Tapi prospek ke Korea di musim dingin tampaknya menggugah hatinya juga.

"Baiklah. Bagaimana cara membujuknya?" tanya Nancy, memasang wajah serius.

Maka Valene, gadis dengan 1000 ide membagikan idenya...

Andrew menggeleng-gelengkan kepalanya sekali lagi.

"Sudah nih."

"Lihat!!!" Valene mengambil ponselnya dengan ceria.

"Wah, ini bagus fotonya!" puji Nancy.

"Sekarang aku mau upload. Instagram, Facebook, Twitter... ktia dapat Wi-Fi gratis yang super cepat, enak sekali!"

"Kalian ini norak sekali..."

Andrew menunggu dengan sesabar-sabarnya sementara kedua wanita sibuk mengambil foto disana dan disini.

"Sampai berapa lama lagi aku harus berdiri disini menunggui kalian?" tanya Andrew, setelah kira-kira setengah jam berdiri.

"Oh, ayo kita ke hotel dulu! Kita harus cari taxi. Kalian tunggu disini," pinta Valene.

Nancy membawakan koper Valene dan berdiri mematung bersama Andrew.

"Kau yakin, Valene bisa bahasa Korea?" tanya Andrew.

"Dia bisa... tapi entah sampai sebagus apa. Setidaknya benar, dia tidak buta huruf."

Tak lama kemudian, Valene kembali sambil membawa selembar tiket.

"Ayo, taxi ada di depan. Kita akan ke Avatar Hotel yang ada di Jongno-gu. Harusnya tidak terlalu jauh dari sini," jelas Valene, "sekitar satu jam perjalanan."

"Baiklah. Ayo."

Ketiganya meninggalkan Incheon Airport dan menaiki taxi yang sudah menunggu mereka. Sebenarnya bukan hanya Andrew yang khawatir tentang pengetahuan bahasa yang dimiliki pemandu mereka, namun sebenarnya Nancy juga. Nancy tau Valene sudah belajar otodidak bahasa Korea sejak 5 tahun terakhir dan sudah punya tutor selama 2 tahun terakhir ini. Namun ketika mereka menaiki taxi dan tampaknya ahjussi taxi mengerti "bahasa kumur-kumur" (Andrew meyebutnya begitu) yang diucapkan datar oleh Valene, tampaknya kekhawatiran Andrew dan Nancy tidak beralasan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun