Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [9]

1 Maret 2020   11:27 Diperbarui: 1 Maret 2020   11:22 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

  • 1. ASTRO -- Always You
  • 2. THE EAST LIGHT -- Are You Okay
  • 3. Crush -- Beautiful
  • 4. NCT DREAM -- Candle Light
  • 5. IOI -- Downpour
  • 6. WANNA ONE -- Home
  • 7. WANNA ONE -- I.P.U Confession Version
  • 8. Henry -- It's You
  • 9. NU'EST -- Love Without Love
  • 10. YookSungjae -- Loving You Again

Hari ketiga pekan olahraga. Kelas 2B gugur di satu cabang lagi kemarin, yaitu renang. Selebihnya semuanya melaju ke babak semifinal. Chungdae datang pagi sekali dan ketika aku masuk ke lapangan basket, dia sudah ada disana, menggosok kaki kirinya dengan obat. Aku duduk di sampingnya.

"Kau merasa lebih baik atau buruk?" tanyaku khawatir.

"Aku merasa lebih baik karena miss disini."

"Aku sedang serius."

"I'm also serious miss."

"Heo Chungdae!"

"I feel better, really, coz you're here."

Aku tertawa karena tak sanggup menghadapi kejahilannya.

"If I really win all, let's go out this Saturday. I'll tell you the meeting point."

"Don't be overconfident. Your opponents today aren't easy. Basketball you gonna meet Middle School 2A, in bowling you gonna meet Middle School 2B, for soccer is Middle School 3B and High School 2A for taekwondo."

"I have good feeling today. Since the weather is so good too. I hope the weather will stay like this for Saturday."

Aku mendongakkan kepalaku ke atas dan merasakan angin musim Semi menerpa pipiku yang kemerahan. Sebentar lagi musim panas. Tapi sebelum itu, aku ingin menikmati sisa musim Semi dulu.

"Miss, just look at me."

Dan Chungdae bergabung dengan Joonki dan yang lainnya untuk memulai pertandingan basket. Ternyata tim SMP 2A sama sekali bukan lawan kami. Secara tinggi badan mereka sudah terlihat cukup terintimidasi, jadi kelas kami menang mudah. Di pertandingan yang lain sayang sekali kelas 1B kalah, Donghyun datang mengeluh ketika aku tiba di area bowling.

"Tapi setidaknya aku yakin kau akan ke final di bowling," hiburku.

"Aku berharap Chungdae hyong menang supaya aku bisa melawannya di babak final," ujar Donghyun sambil melirik Chungdae.

"Sekalipun aku ke final, aku mungkin tidak akan bisa mengalahkanmu," tawa Chungdae.

"Tapi bagaimana sih kau bisa begitu hebat, Donghyun? Bolanya berat kan?"

"Kalau posturnya benar maka tidak sulit miss. Miss mau coba? Kita masih ada waktu 15 menit sebelum mulai."

"Do you wanna teach me? But I might be so stupid."

"No, you'll be okay miss."

Aku mengangkat bola bowling seberat 7 kg dan karena kaget akan beratnya, aku menjatuhkan bola itu.

"Miss, be careful!"

Syukurlah Donghyun menangkapnya sebelum jatuh ke lantai.

"Try to hold the ball like this."

Donghyun mengambil bola 10 kg dan mengangkatnya dengan mudah.

"Like this?" tanyaku sambil berusaha mengikuti posenya.

Dia tertawa dan mendekatiku, meletakkan bolanya lalu mengambil tangan kiriku untuk menahan bola di tangan kananku, "like this, miss."

Aku merasa bola itu sudah lebih mantap di tanganku sekarang.

"Now look at my step and pose when I hit the pins," pinta Donghyun.

Mata Donghyun tertuju ke pin di kejauhan lalu ke bolanya. Dia melangkah sekali, dua kali, tiga kali, lalu sebelah kakinya dilipat seperti berlutut saat ia melepaskan bolanya. Bola itu melaju kencang dan menjatuhkan seluruh pin yang ada. Ketika dia terlihat serius begini, dia terlihat sangat tampan.

"Did you see that miss? You wanna try?"

Aku berdeham dan mengikuti apa yang baru kulihat tadi dan ketika aku melepas bolaku, bola itu melaju ke samping kanan, tidak mengenai apapun.

"Aku terlihat bodoh."

"Tidak miss, coba lagi melangkah."

Aku coba melangkah lagi hingga aku akan melepaskan bolanya, saat itu aku merasa ada yang memegangi pergelangan tanganku dari belakang dan mengarahkannya saat aku melepas bola.

"Ini seharusnya berhasil."

Aku tak memperhatikan bolaku lagi. Aku menoleh dan wajah Donghyun sangat dekat dengan wajahku, aku bisa melihat fitur wajah tampannya dari samping, dan tangannya yang hangat masih memegangi pergelangan tanganku. Jantungku berdebar kencang seolah aku baru berlarian. Apa yang terjadi?

The day the cherry blossoms fell

I met you for the first time

It was a day of unfamiliar nervousness

And scary excitement

I can only say it now

I was very scared

Because I thought

That it might be the last time

You allowed me into your heart when I was still clumsy

You cried for me, I remember how you looked at me

I will keep it in my heart

I promise you I won't forget

You, who allowed me to be born again

So that you can be proud of being mine

I will do my best

I promise you I'll hold onto it all

You, who became my light, and

The us from that spring day, I won't forget

I promise you

I will no longer

Leave you alone in this lonely world

Because our forever

Is starting now

Even if seasons pass

And time goes by us

Let's not forget each other
I promise you baby

I will remember

You were there to recognize the person I was

When even I didn't know it, that's why I am here now

By the moon held by the sun, shining brighter than the stars
I promise you

I promise you forever, I promise you

(WANNA ONE -- I.P.U Confession Version)

"Aku masih disini."

Suara Chungdae membawaku tersadar dan perlahan sekali Donghyun mundur sambil tersenyum.

"Miss, yang tadi itu strike," puji Donghyun bangga.

"Oh itu pasti karena kau membantuku," ujarku geragapan, "ah ya pertandingan akan dimulai. Aku akan menonton dari sana."

Aku berjalan cepat menuju tempat penonton. Pertandingan antara Chungdae melawan perwakilan dari SMP 2B berlangsung sangat ketat. Aku memperhatikan kaki kirinya yang aku yakin masih belum dalam keadaan fit. Dia membuat dua kali strike tapi beberapa kali dia hanya bisa menjatuhkan 3 atau 6 pin saja. Dia terlihat sangat serius hari ini dan membuatnya terlihat berbeda. Tapi sayang, sebanyak apapun dukungan yang diberikan untuknya, dia akhirnya harus kalah, berselisih 13 poin dengan lawannya.

"Ah, sial..." keluhnya saat mengambil botol minum di dekatku, "miss, jangan lupa pada janjimu."

"Yang mana?"

"Bahwa bowling tidak masuk dalam taruhan kita."

"Oh ya, tenang saja," aku tersenyum meyakinkannya.

Ssmentara itu Donghyun menang telak melawan perwakilan SMP 2A. Skornya nyaris sempurna, hanya kurang 1 poin.

"Donghyun memang rajanya," pujiku sambil bertepuktangan dengan yang lain, "selamat Donghyun, besok final kan?"

"Ya miss, terimakasih," balasnya sambil agak tersipu.

"Hey Chungdae tunggu! Mari kita ke sekolah bersama!" teriakku ke punggung Chungdae.

Chungdae tidak terlihat ceria hari ini, tapi tim sepakbola kami melaju ke babak final, dan akan melawan kelas 1B, kelasnya Donghyun. Dongsun, sayangnya, kalah di cabang bulutangkis. Tapi tak apa, kelas 2B hampir semuanya masuk final mulai dari basket, lari, sepakbola dan voli. Dan mungkin all final untuk taekwondo, tergantung apakah Chungdae dan Dongsun bisa mengalahkan lawan-lawan mereka hari ini. Eunyul eonni bergabung denganku lagi.

"Chungdae terlihat seperti ingin mengambil nyawa lawannya. Beritahu dia, lawannya itu Cuma adik kelasnya."

Eonni benar. Hari ini Chungdae bertarung mati-matian, bahkan kaki kirinya terlihat sehat saat ini. Apa yang terjadi dengannya?

"Heo Chungdae melaju ke babak final!" putus tim juri.

Chungdae duduk dan terlihat agak pucat, keringat membasahi seluruh tubuhnya.

"Chungdae, kau sangat hebat!" pujiku.

"Terimakasih miss. Maaf tapi apa aku boleh pulang duluan hari ini?"

"Apa ada yang sakit?"

"Tidak. Aku hanya ingin beristirahat."

"Ah baiklah, beristirahatlah yang cukup. Aku bisa menyelesaikan rekapitulasinya sendiri."

"Terimakasih. Sampai ketemu besok."

Rasanya ada yang aneh pada Chungdae. Tapi aku berharap dia baik-baik saja. Dan memikirkan dia mencapai babak final untuk basket, sepakbola dan taekwondo, itu berarti peluang dia memenangkan taruhan semakin besar. Apa yang harus kulakukan? Kenapa aku berjanji padanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun