Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | [31/55] No Other, The Story

1 Februari 2020   11:54 Diperbarui: 1 Februari 2020   11:58 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

SHINDONG'S DIARY

CHAPTER 31

IN MY ARMS

SUB-DIARY: SIWON'S

                "KAU BERCANDA!" teriakku dan Henry bersamaan.

                Kibummie yang datang berkunjung ke apartemen kami, yang duduk di sofa ruang tamu kami dengan tenangnya membalas tatapan dan teriakan kami.

                "Aku tidak bercanda. Aku lihat pakai mata kepalaku sendiri kok," katanya tenang sambil mengedikkan bahunya.

                "Ka... kata hyung, Meifen noona dan Siwon hyung pacaran? Tapi... bagaimana mungkin? Maksudku, yang tidak beres bukan di mereka berdua sih," ucap Henry sambil garuk-garuk kepala.

                "Aku tau maksudmu, Henry. Masalahnya itu di appa-nya Siwonnie. Kita cukup tau kan kalau selama ini dia selalu menjodohkan Siwonnie ke wanita-wanita kelas atas," ujarku bingung.

                "Yah, kita doakan saja semoga tak ada masalah yang menimpa mereka. Kita harus dukung Siwon hyung sepenuhnya. Ingat kalau hubungan Siwon hyung dengan wanita-wanita sebelumnya tidak ada yang beres?" Kibummie mengingatkan.

                "Ne. siwonnie cukup pilih-pilih. Dia paling sensitive dengan wanita yang memanfaatkan ketampanannya, uangnya, kedudukannya atau popularitasnya. Tapi kupikir Meifen tidak sama dengan wanita-wanita itu."

                "Bisa jadi. Lagipula kita mengenal Yifang, Manshi, Xili, Suxuan, mereka semua wanita yang baik, kan? Pastilah Meifen juga begitu."

                "Kita doakan sajalah semoga appa-nya Siwon hyung tidak ikut campur," harap Henry.

                "Kapan giliran Shindong hyung pacaran? Sepertinya belakangan ini banyak yang jadian. Lihat Leeteuk hyung dan Suxuan, Yifang dan Yesung hyung, lalu Siwon hyung dan Meifen."

                "Kenapa hyung tidak Tanya aku?" Tanya Henry tersinggung.

                "Karena kau masih kecil."

                "Enak sajaaa! Lagian aku baru patah hati. Huhu... Yesung hyung curang sekali mengambil Yifang noona duluan!!!"

                "Salah sendiri tidak berusaha. Ngomong-ngomong sudah bertemu Manshi belum? Dia sudah jauh lebih langsing sekarang."

                "Belum," kataku, jantungku berdebar ketika Kibummie menyebut namanya.

                Manshi... jujur saja sebenarnya aku merindukannya. Tapi aku masih ragu apakah harus maju mengejarnya atau melepasnya begitu saja? Manshi... mana mau punya pacar yang tidak berkemampuan dan gemuk sepertiku. Dia yang begitu modis, stylish terkenal, lebih cocok dengan orang yang terkenal juga.

                "Eh, tunggu sebentar. Yoboseyo, hyung. Apa? Yifang? Oh, begitu... besok ya? Aku membawanya? Baiklah... ya. sampai ketemu."

                "Waeyo?"

                "Managerku. Katanya agensi kami mau bertemu dengan Yifang. Kemungkinannya Yifang mau dikasih job. Mungkin karena nilainya tinggi dan popularitasnya yang meningkat di radio dan di dunia internet. Follower-nya di Twitter dan Instagram banyak sekali. Aku tidak heran kalau dia sudah jadi ullzzang juga sekarang."

                "Yifang noona memang keren kok," kata Henry bangga.

                "Tapi menurutku Manshi aktingnya lebih bagus, lebih beragam. Yifang lebih cocok ke peran yang bodoh atau yang penuh air mata begitu, tapi kalau Manshi lebih ke yang lucu-lucu. Aku lebih menyukainya."

                "Tapi beruntung juga kalau Yifang ditawari job," ucapku.

               "Oh ya, kembali lagi ke tadi, soal Manshi. Aku mau Tanya pendapat kalian. Bagaimana kalau... kalau aku bersamanya, apa kami cocok?"

                Dan terjadi jeda waktu yang begitu lama, terutama di otakku yang seolah macet. Apa kata Kibummie tadi? Bersama... maksudnya... pacaran? Dia... dan Manshi? Apa aku sedang bermimpi buruk? Yang kutakutkan benar-benar terjadi? Sebenarnya ini hal yang kutakutkan atau kuharapkan, sih?

                "HYUNG SUKA DENGAN MANSHI NOONA?" teriak Henry tanpa peduli suaranya bisa didengar tetangga atas-bawah-kiri-kanan kami.

                "Dia sangat unik. Kalian taulah aku suka dengan tipe yang unik. Kalau si Yifang sih sudah mengarah ke aneh, makanya dia sama Yesung hyung cocok."

                "Jangan bilang kau suka dia karena dia langsing?" tanyaku, nada suaraku tiba-tiba jadi tegang.

                "Oh, ani, hyung. Aku Cuma bilang dia sekarang kelihatan lebih cantik lagi, tapi bukan berarti kalau dia gemuk dia tidak cantik. Dia lucu, berbakat, pokoknya aku suka. Ada untungnya jadi sunbae-nya dan Yifang, aku jadi bisa mengenalnya."

                "Tapi apa kau bisa menjaganya? Bagaimana kalau fans-mu tidak setuju? Bagaimana karena kau sibuk, kau tidak bisa selalu ada untuknya?"

                "Aku akan tetap berusaha menjaganya, hyung, kalau bisa mempromosikan supaya dia masuk dunia artis juga, kan aktingnya juga bagus."

                "Kulihat... lumayan sih. Bisa jadi kalian cocok. Bakat yang sama, terkenal di bidang pekerjaan yang berbeda, keren juga," pendapat Henry.

                "Tapi kau tidak boleh pacaran dengannya!" teriakku.

                "Waeyo, hyung?" Tanya Kibummie heran.

                Aduh... aku mana boleh begini pada dongsaeng-ku? Bukannya aku ingin Manshi bahagia, juga ingin melihat Kibummie bahagia? Kenapa aku bicara begini? Tapi aku tidak rela!!! Aku tidak mau lagi dengan bodohnya merelakan wanita yang kucintai ke tangan pria lain! Tapi sekarang aku hanya cemburu, aku sendiri tidak berdaya, tidak berani menghadapi cinta itu...

                "Hyung?" Tanya Henry, mengibaskan tangannya di depan wajahku.

                "Pokoknya tidak boleh!" tegasku.

                Aku langsung saja berlarian keluar. Aduh, aku bodoh sekali! Aku sebenarnya kenapa sih? Aku begitu pengecut!!! Jika aku memang tidak mau Kibummie pacaran dengannya, harusnya aku sekarang juga berusaha mengejar Manshi, dong! Tapi yang kulakukan selama sebulan lebih ini hanya menghindarinya.

Manshi, kudengar kau sedang berdiet ya? Jangan paksakan dirimu, nanti sakit.

                Sent. Aigo~ kenapa aku tidak pikir dua kali sebelum mengirim pesan itu? Aku kedengarannya bodoh sekali. Aku kurang memberikan kata-kata perhatian! Aduh... kenapa aku tidak langsung menemuinya saja? Sebenarnya apa mauku sih? Bukannya aku menghindarinya karena aku ingin melupakannya, ingin dia dengan pria yang lebih pantas untuknya? Tapi kenapa sekarang aku malah cemburu?

Jangan ikut campur

                Dan aku termenung membaca balasan pesan Manshi yang cepat dan hanya berisi beberapa huruf itu. Dia benar. Aku tidak berhak ikut campur. Dan mungkin saja aku terlambat... sudah berapa lama aku dengar tentang itu, tapi aku tidak pernah menanyakan keadaannya, sampai sekarang ketika Kibummie ingin merebutnya, aku baru bergerak. Rasanya aku seperti sapi pertanian yang harus dilecut baru mau membajak tanah.

                "Lho, Shindong?"

                Aku mendongak memandang mobil yang merapat ke trotoar. Leeteuk hyung, membuka kaca, dan di sampingnya Suxuan melambai padaku.

                "Kenapa kau berjalan begitu lesu? Atau kau lagi bengong? Hati-hati kau kecopetan atau apalah," nasehat Leeteuk hyung.

                "Ah, hyung, gwaenchana. Kalian mau kemana?" tanyaku, jarang melihat Leeteuk hyung yang punya waktu luang.

                "Kami mau nonton dan makan. Mau ikut kami, oppa?" Tanya Suxuan.

                "Eng... tidak, kalian pergi sajalah. Sampai ketemu."

                "Hati-hati, Shindong," nasehat Leeteuk hyung sekali lagi sebelum membawa mobilnya pergi.

                Aku sendirian lagi. Apa jadinya kalau aku hidup di dunia yang begini sepi? Lihat orang-orang di sekitarku... seperti tadi, Leeteuk hyung dan Suxuan kelihatannya bahagia. Dan lihat... begitu banyak pasangan yang sepertinya sedang pamer kalau mereka pacaran, jalan di sekitarku. Sepanjang jalanan ini penuh resto... aku pernah mendatanginya dengan Manshi. 

Kami sama-sama suka makan, dan selalu bertaruh dengan serunya siapa yang bisa makan lebih banyak. Tentu saja dia selalu kalah, tapi dia selalu ingin bertaruh. Makan dengannya memang berbeda dari makan sendirian. Selalu terasa lebih seru. Ah... ada lomba makan... apa aku ikut ya?

                "Ya~ Shindong hyung, hyung datang juga. Hyung mau ikut lomba?"

                Aku menoleh dan menyadari yang baru saja bicara adalah Hyunjoong, leader grup boyband terkenal SS501, aku mengenalnya dari KRYSD, tentu saja. Aku melihat di sekitarnya, suasana resto ramai, tapi tak ada satupun yang mengenalinya sebagai Hyunjoong. Dan juga, dia sendirian, tidak bersama rekan grupnya. Dia cukup tau aku suka makan, soalnya aku pernah ikut lomba makan dan KRYSD mengajaknya menonton aksiku.

                "Ng... boleh juga sih," jawabku, agak sedikit ragu sebenarnya.

                Dia menarikku duduk di salah satu meja.

                "Ahjussi, yang satu ini mau ikut lomba. Mana lawannya?" Tanya Hyunjoong, memanggil bos resto ini.

                Kasak-kusuk mulai terdengar, seperti biasalah pasti seru kalau menonton orang lomba makan. Tak sampai lima menit kemudian, ada seorang pria yang lebih gemuk dariku, duduk di hadapanku.

                "Aku menantangmu," ucapnya.

                "Sepertinya dia lawan yang berat. Hyung, semoga menang. Kami disana sudah bertaruh, dan lebih banyak yang bertaruh untuk lawan hyung ini, tapi aku bertaruh untuk hyung. Jangan kecewakan aku ya."

                Aku hanya mengangguk tak jelas. Kalau dengan makan banyak bisa menghilangkan sakit hatiku atas balasan pesan Manshi, aku rela melakukannya. Dan semangkuk besar ramen lada hitam diledakkan di hadapan kami, masing-masing semangkuk.

                "Mulai!" teriak si ahjussi disusul tiupan peluit.

                Aku memandangi mangkuk yang berasap itu, sementara lawanku sudah mulai makan dengan rakus. Kau tidak akan pernah bisa menang dari Shin Donghae! Aku makan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan mobil balap melintasi jalanan. Pedas? Ani. Ini tidak ada apa-apanya untukku. Ramennya enak, dan kebetulan aku ingat aku belum makan tadi siang karena bengong-bengong di jalanan.

                "Yeah, Shindong hyung, keren sekali! Hwaiting!"

                Mangkuk-mangkuk datang silih berganti. Dia masih berusaha mengimbangiku dalam 20 menit pertama (aku sudah menghabiskan 4 mangkuk), tapi setelah itu kecepatannya berkurang. Aku juga tidak mau memaksakan diriku, jadi aku mengurangi kecepatanku, dan 40 menit kemudian (berarti tepat satu jam lomba, aku total sudah menghabiskan 8 mangkuk, sekarang sedang menyantap mangkuk kesembilan), dia menyerah.

                "Hyung!!! Aku mendapatkan banyak uang!"

                Aku membayangkan yang bersorak untukku itu Manshi, bukan Hyunjoong. Tapi... ada baiknya aku tidak sendirian dalam keadaan galau begini. Hyunjoong mengambil uang bagiannya dan duduk bersamaku.

                "Hyung, sebagai hadiahnya hyung boleh makan gratis disini selama seminggu. Bagaimana kalau hyung pesan banyak, sekalian untukku?" tanyanya.

                "Tak masalah. Pesan saja apa yang mau kau makan, Hyunjoong. Pesankan bagianku juga," pintaku, menyerahkan daftar menu padanya.

                "Yeah, keren!"

                Mungkin tak akan ada yang menyangka, di balik sosoknya yang terlihat seperti pangeran, Hyunjoong sebenarnya suka makan di resto sederhana seperti ini. Tapi aku suka padanya dan kepribadiannya yang 4D. dan aku masih makan entah berapa piring nasi dan mie lagi, sambil minum-minum dengannya.

                "Hyunjoong-ah... tak kusangka kau kuat minum juga..."

                "Ah, hyung... aku hanya bisa minum, tapi tak bisa makan sebanyak hyung..."

                "Jangan makan sebanyak aku, Hyunjoong, itu tidak baik untuk kesehatan..."

Aku merasa badanku panas dan kepalaku agak pusing, bahkan kadang melihat Hyunjoong jadi ada dua. Tapi aku yakin dia juga mulai sepertiku, soalnya dia sering menumpahkan soju saat menuangnya ke gelas kami.

                "Hyunjoong... beri selamat untukku... aku baru saja patah hati..." pintaku.

                "Wah... kalau begitu mari kita bersulang... ah salah... siapa yang berani membuat hyung patah hati?"

                "Seorang gadis yang unik dan terkenal. Dia lucu dan selalu membuatku ingin bersamanya..."

                "Apa dia artis?"

                "Bukan... tapi menurutku dia sama indahnya dengan artis-artis wanita..."

                "Memangnya cinta hyung ditolak ya?"

                Dia kembali menuangkan soju. Ternyata aku bisa mengobrol banyak dengannya. Dia bisa jadi teman minum yang menyenangkan, lagipula dia masih belum roboh sampai sekarang.

                "Ani... tapi sahabat dekatku menyukainya... dan salahku... aku menghindari si wanita belakangan ini... dan aku tidak tau apakah perkembangan sahabatku untuk mengejarnya sudah jauh mendahuluiku..."

                "Kenapa hyung membuat kesalahan yang fatal begitu? Hati-hati dia benar-benar diambil sahabat hyung..." nasehat Hyunjoong, menunjuk-nunjuk wajahku.

                "Dia memang bilang ingin pacaran dengannya. Bagaimana ini, Hyunjoong? Tadi saat aku mengirim pesan padanya, dia membalasku dengan ketus..."

                "Kupikir sekarang pilihan yang ada untuk hyung hanya dua... mau dengar pendapatku?"

                "Apa?"

                "Satu, lupakan dia... dua, hik, minta maaf padanya dan kejar dia lagi, tak usah pedulikan sahabat hyung itu... coba dipikir-pikir... kalau mereka memang pacaran, hik, apa hyung bisa tahan melihat mereka bermesraan di depan hyung?"

                "Ani... aku tidak akan tahan, Hyunjoong..."

                "Kalau begitu ayo pergi padanya dan kejar dia lagi... kalau bisa, sekarang juga hyung, hik..."

                "Kau benar juga, Hyunjoong... hahaha... tak kusangka aku begitu bodoh sampai aku tidak bisa berpikir apa yang harus, hik, kulakukan... untung aku bertemu denganmu... masalahnya jadi langsung beres..."

                "Ah, ini bukan apa-apa, hik, hyung... mari bersulang... untuk kesuksesan hyung... kalau kalian berpacaran, kenalkan dia padaku hyung, hik... dia pasti gadis yang hebat," ucap Hyunjoong yang mulai cegukan sama denganku, mengangkat gelas sojunya.

                Soju kami tumpah kemana-mana ketika kami bersulang.

                "Ayo hyung, aku temani hyung ke tempat, hik, gadis itu..."

                Dan akhirnya kami sama-sama berjalan sempoyongan di jalanan, sambil saling merangkul dan bernyanyi, lebih tepatnya dia masih bernyanyi lebih bagus dalam keadaan mabuk daripada aku yang kedengarannya hanya mendengkur. 

Aku tadinya ragu dan takut, tapi entah mengapa kini aku kini sedikit lebih berani. Mungkin juga karena aku ditemani Hyunjoong. Aneh sekali, sebelum ini aku merasa dia seorang yang asing, tapi berjalan bersama begini kami jadi merasa akrab...

                "Ah hyung... aku lupa. Aku bawa mobil."

                Dia mengangkat kunci mobil ke depan wajahku, padahal kami mungkin sudah berjalan sebelas blok jauhnya dari resto yang tadi. Aku tertawa, dan dia ikut tertawa bersamaku.

                "Kalau begitu ayo kita pulang ambil... apartemennya, hik, jauh juga dari sini kalau kita harus jalan kaki," usulku.

                Akhirnya kami malah berjalan balik. Ketika kami sudah sama-sama berada di samping Ferrari hitamnya, dia memberikan kunci itu ke tanganku.

                "Hyung yang bawa mobilnya. Kepalaku pusing..."

                "Tapi aku tidak bisa mengendarai mobil..."

                Dia memandangku dengan nanar, dan aku juga membalasnya dengan pandangan yang sama. Sekali lagi kami tertawa disertai bunyi cegukan. Dia membuka pintu mobilnya.

                "Ya sudah, aku saja yang bawa mobilnya..."

                "Tapi tadi kau bilang kau lagi pusing... apa tidak apa-apa? Atau, hik, kita naik taksi saja?"

                "Ani... aku tidak mau meninggalkan mobilku malam ini disini. Ayo hyung, hik, aku antar..."

                Akhirnya mobil berjalan dengan kecepatan yang tidak menentu, apalagi mobilnya miring ke kanan dan kiri tak jelas. Atau... ini karena pengaruh kepalaku yang pusing?

                "Ya~ Hyunjoong, hati-hati sedikit. Itu di depan ada truk..." ujarku lemah.

                "Aku tau, hyung, tenang saja."

                "Dan kau tau apartemen KRYSD? Kita kesana..."

                "Ya... aku sudah lebih dari lima kali ke tempat mereka..."

                Dan dua puluh menit kemudian, aku sadar, harusnya apartemen itu bisa dicapai kurang dari waktu segini kalau naik mobil. Aku menoleh kesana-kemari.

                "Dimana ini?"

                "Lha... kata hyung kita mau ke apartemen KRYSD? Ya inilah jalan kesana..."

                "Tapi aku tidak mengenali ini. Tadi waktu di perempatan, kau belok kemana?"

                "Aku tidak belok. Hyung tidak melihatnya tadi?"

                "Hyunjoong... kita salah jalan! Berbalik, berbalik... kita harusnya belok kanan," perintahku, merasa kepalaku lebih pusing lagi.

                "Ah, salah ya hyung? Baiklah, aku berbalik..."

                Dan Hyunjoong bukannya berbalik di tempat yang disediakan di jalan raya, malahan hanya menghidupkan lampu sen dan berbalik 180 derajat. Aku merasa melayang dari tempat dudukku, mendengar bunyi ban berdecit dan klakson mobil-mobil lainnya.

                "Hahaha... asyik sekali ya hyung..."

                Dan aku tidak menanggapinya. Untung saja tidak terjadi apa-apa. Setelah 10 menit lagi, akhirnya dia menurunkanku di depan apartemen.

                "Nah hyung, hwaiting!"

                "Hyunjoong, kau tunggu disini. Aku akan cari salah satu dari mereka untuk mengantarmu, hik, pulang..."

                "Ani... tidak perlu repot, hyung, aku bisa pulang sendiri... sampai ketemu lagi hyung... ingat, kabari, hik, aku perkembangannya..." dia mengingatkan.

                "Hei... hei Hyunjoong..."

                Tapi dia sudah melesat pergi. Aku hanya berharap besok tak melihat wajahnya di headline Koran dengan dua kemungkinan. Yang pertama, ditangkap polisi karena mabuk, atau yang kedua, rest in peace. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku ngeri. Aku berusaha menguatkan kakiku untuk melangkah menuju apartemen. Manshi... Manshi... tunggu aku!

                "Ng, ada apa, oppa? Kenapa mengajakku bertemu disini?"

                Aku tidak akan salah dengar kalau itu suara Manshi. Di depan apartemen di bawah lampu jalan, aku melihat Manshi dan Kibummie. Belum terlambat bagiku untuk menyembunyikan diri, jadi aku berlari ke balik semak-semak. Dari sini aku bisa melihat keduanya dari samping. Manshi... sekarang dia memang tampak lebih langsing. Tapi dari sini dia terlihat pucat, mungkin saja karena cahaya lampu yang jatuh ke wajahnya.

                "Manshi... aku tidak mau bicara panjang dengan alasan-alasan apapun. Aku hanya ingin bilang kalau aku menyukaimu. Sejak aku mengenal kepribadianmu yang unik dan lucu, aku merasa hari-hariku lebih berwarna dengan adanya dirimu," jawab Kibummie.

                Jantungku merosot sampai masuk ke rongga perutku. Ani... Manshi, tolong jawablah tidak... tolong jangan terima dia... lihatlah aku disini... aku ingin berteriak... atau apakah aku mabuk? Mungkinkah sekarang yang di hadapanku ini hanya khayalanku? Disitu tak ada Manshi, tak ada Kibummie?

                "Oppa... kenapa... menyukaiku? Aku kan... tidak cantik seperti lawan main oppa, aku hanya orang biasa. Lagipula aku gemuk begini..." kata Manshi, suaranya bergetar.

                "Aku tidak bilang kau gemuk kok. Pokoknya aku suka kau, itu saja."

                Manshi memandang Kibummie sangat lama, mulutnya terbuka, tapi tak satupun kata meluncur dari mulut itu. Manshi, andwae... andwae... aku juga mencintaimu. Jangan terima Kibummie, tolonglah... lalu tiba-tiba Kibummie memeluk Manshi. Manshi yang sekarang, ukurannya sangat pas dalam dekapan Kibummie. Yang bisa kulihat kini wajah Manshi sepenuhnya memerah.

                "Oppa..."

                "Aku ingin mempunyai pacar sepertimu, Manshi."

                Aku tak tahan lagi. Aku tak ingin lagi mendengar kelanjutan adegan di drama seperti ini. Aku berlari sekencang-kencangnya menerpa angin malam yang menyejukkan kulitku. Kurasakan kepalaku pusing, perutku mual, tubuhku berkeringat, tapi aku tak peduli. Aku hanya ingin melupakan semua sakit hati ini, melupakan Manshi, merelakannya dengan Kibummie. Aku harus sadar bahwa Kibummie lebih pantas untuknya. Selamat tinggal, Cai Manshi...


I woke up holding my dream, the world in front of my eyes becomes blurry

The memories with you are running away, happiness left as well

I come holding my loneliness, will you hear my heartbreak?

Tell myself words of congratulations, cannot believe you don't love anymore

Dear Diary,

            Bisa jadi kini aku menemukan wanita yang pantas untukku menghabiskan sisa hidupku. Meifen dengan kemandiriannya dan sifatnya yang suka mengkritik, membuka pandanganku terhadap dunia luar dari sudut pandang yang lain. 

Sejauh setengah bulan aku menjalani hubungan dengannya, aku bahagia. Sebelumnya aku tak menyangka dia sudah begitu lama hidup dalam hatiku, sampai ketika dia mengorbankan nyawanya untukku, barulah mataku terbuka. Selama ini aku hanya terlalu tinggi hati.

            Jika semua ini berjalan lancar, aku ingin menikahinya. Entah kenapa, aku sejak dulu menginginkan pernikahan muda, tapi kupikir Meifen memang pilihan yang tepat. Diary, bantu aku lupakan semua caci-makiku yang pernah kutulis di dirimu ini ya. 

Ternyata semua caci-maki itu adalah awal aku mencintainya. Dan kini aku bersyukur, bisa memiliki hatinya sepenuhnya. Tapi aku tidak bisa bersantai, aku baru boleh dikatakan berhasil kalau aku sudah membuatnya melupakan Hangeng hyung. Dan aku pasti berhasil.

            Kau juga percaya itu, kan, Diary? Choi Siwon tak pernah gagal?

Siwon (February)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun