Dan aku termenung membaca balasan pesan Manshi yang cepat dan hanya berisi beberapa huruf itu. Dia benar. Aku tidak berhak ikut campur. Dan mungkin saja aku terlambat... sudah berapa lama aku dengar tentang itu, tapi aku tidak pernah menanyakan keadaannya, sampai sekarang ketika Kibummie ingin merebutnya, aku baru bergerak. Rasanya aku seperti sapi pertanian yang harus dilecut baru mau membajak tanah.
        "Lho, Shindong?"
        Aku mendongak memandang mobil yang merapat ke trotoar. Leeteuk hyung, membuka kaca, dan di sampingnya Suxuan melambai padaku.
        "Kenapa kau berjalan begitu lesu? Atau kau lagi bengong? Hati-hati kau kecopetan atau apalah," nasehat Leeteuk hyung.
        "Ah, hyung, gwaenchana. Kalian mau kemana?" tanyaku, jarang melihat Leeteuk hyung yang punya waktu luang.
        "Kami mau nonton dan makan. Mau ikut kami, oppa?" Tanya Suxuan.
        "Eng... tidak, kalian pergi sajalah. Sampai ketemu."
        "Hati-hati, Shindong," nasehat Leeteuk hyung sekali lagi sebelum membawa mobilnya pergi.
        Aku sendirian lagi. Apa jadinya kalau aku hidup di dunia yang begini sepi? Lihat orang-orang di sekitarku... seperti tadi, Leeteuk hyung dan Suxuan kelihatannya bahagia. Dan lihat... begitu banyak pasangan yang sepertinya sedang pamer kalau mereka pacaran, jalan di sekitarku. Sepanjang jalanan ini penuh resto... aku pernah mendatanginya dengan Manshi.Â
Kami sama-sama suka makan, dan selalu bertaruh dengan serunya siapa yang bisa makan lebih banyak. Tentu saja dia selalu kalah, tapi dia selalu ingin bertaruh. Makan dengannya memang berbeda dari makan sendirian. Selalu terasa lebih seru. Ah... ada lomba makan... apa aku ikut ya?
        "Ya~ Shindong hyung, hyung datang juga. Hyung mau ikut lomba?"