"Sudahlah, kalian berhenti berdebat. Mana, beri aku petunjuknya, tuan koki, aku akan membantu."
        Aku kaget karena tau-tau Aqian sudah menghampiri kami dengan memakai celemek kedua di dapur kami, menggeserku dan sekarang sudah memegang wajan.
        "Aqian!!! Kau pulang tepat waktu!"
        "Aku heran saja Hangeng oppa tidak pulang lagi ke resto, tapi sepertinya terjadi sesuatu, kan? Ya sudah, nanti saja ceritanya. Mau masak apa sekarang?" Tanya Aqian panjang.
        Hangeng oppa tersenyum dan menginstruksi Aqian untuk memasak sosis lada hitam yang baunya menggoda. Sayang sekali bukan Hangeng oppa yang memasak, karena hasil masakan Aqian tidak seenak masakannya, tapi sama saja, semuanya tetap makan dengan lahap. Mama dan baba bilang mereka akan ada di Seoul selama satu minggu dan menolak tidur bersama kami, memilih pulang ke hotel. Kami semua mendesahkan nafas lega begitu mereka sudah pulang.
        "Sebenarnya bagaimana ceritanya kau bisa terluka begitu, Geng?" Tanya Leeteuk oppa, sepertinya sudah tidak bisa menahan pertanyaannya dari tadi.
        Aqian kaget dan beberapa kali berteriak tertahan ketika mendengar ceritaku dan Hangeng oppa.
        "Kau... besok ke rumah sakit saja. Peralatanku lebih lengkap disana. Kau tau, tanganmu itu masa depanmu. Itu harus dirawat baik-baik sampai sembuh."
        "Beres, hyung," ujar Hangeng oppa.
        "Ngomong-ngomong kata kalian tadi kalian menyelamatkan satu anjing. Mana anjingnya? Kok tak ada disini?" Tanya Aqian.
        "Aih, anjingnya. Ada di apartemenku," jawab Leeteuk oppa.