Mohon tunggu...
Rendrawati
Rendrawati Mohon Tunggu... Freelancer - penulis lepas

Alumni Sejarah Universitas Diponegoro yang punya pengalaman menulis di beberapa media massa dan situs lainnya. silahkan baca tulisannya yang lain di Medium:@rendrawati dan Qureta: Rendrawati. Khusus Sastra seperti cerpen, silahkan ke akun Kompasiana: Renny DJ

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akhirnya Saya Berada di Kompasiana Juga: Sebuah Intro

6 September 2022   23:42 Diperbarui: 6 September 2022   23:46 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Coba kamu nulis di sini!."

Bapak saya selalu menyuruh saya untuk menulis di Kompasiana, padahal perjalanan Bapak di Kompasiana juga belum lama. Harap maklum, selama ini saya membantu Bapak saya yang sudah lebih dulu aktif di sini selama beberapa bulan terakhir, meskipun jago menulis tapi menjadi tech savvy tentu bukan pekerjaan mudah, apalagi buat bapak-bapak usia 70-an ke atas. Saya juga bukan orang yang ahli dunia IT, saya modal coba-coba saja buat utak-atik akun Kompasiana Bapak saya.

Dunia tulis menulis bukan hal baru bagi saya, saya pernah mengirimkan tulisan-tulisan saya ke media massa, yang paling sering di Suara Mahasiswa di Koran Sindo dan sekali waktu pernah "nampang" di rubrik Kompas Muda. Saya juga sekarang masih menulis di tempat lain, tapi untuk Kompasiana, ini adalah tulisan perdana saya.

Bergabung ke Kompasiana, Bapak menjadi lebih bersemangat menulis. Nah, ketika Pak Tjaptadinata dan Bu Rosdiana berniat mengadakan kopdar di Perpusnas, Kompasiana menyambut silaturahmi ini dengan mengadakan acara yang bernama: "Kopdar Kompasianer dan Pengarang YPTD" pada tanggal 20 Agustus 2022. Acara ini hanya terbuka untuk 100 orang saja, saya berhasil meyakinkan Bapak saya untuk mendaftarkan namanya dan ternyata terpilih. Karena Bapak butuh dokumentasi, jadilah saya diajak untuk masuk juga, meskipun awalnya saya merasa tidak merasa "worthy" untuk ikut di acara itu karena saya belum ngapa-ngapain di Kompasiana.

Dari awal masuk ke dalam ruangan acara, saya melihat promosi dari Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan yang  baru berumur 2 tahun tapi sudah menyumbangkan buku ke Perpusnas banyak sekali. Pak Thamrin Dahlan selaku pemilik, juga mempromosikan bahwa jika memiliki naskah untuk diterbitkan, silahkan dikirimkan ke YPTD dan nantinya buku akan diterbitkan secara gratis!. Wah menarik sekali.

Ternyata, hari itu merupakan salah satu hari yang saya tidak lupakan. Acaranya sebenarnya simpel saja: merayakan ulang tahun Bu Rosdiana ke-79 yang dirayakan berbarengan dengan HUT ke 2 Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan, ada talkshow bagaimana serunya berada di komunitas Kompasiana, dan makan siang bersama. Di sini, saya jadi tahu kalau sejarah Kompasiana untuk tetap eksis sampai sekarang ini, bukanlah hal yang mudah. CEO dari Kompasiana bercerita bagaimana jumlah tulisan yang beredar di Kompasiana masih sangat kecil, sekitar 200 tulisan per hari pada tahun 2008 dan kini sudah sampai 1000 tulisan yang masuk ke situs ini. Para Kompasianer senior memberikan tips dan semangat kepada para penulis Kompasianer untuk terus menulis. Dari talkshow ini, ternyata saya baru tahu kalau banyak nama-nama terkenal yang sempat menulis di Kompasiana, sayangnya, banyak juga yang sudah tidak aktif menulis lagi.

Acara ini juga menegaskan kekuatan dari menulis yang ternyata bisa membantu meringankan penyakit, seperti kesaksian dari Om Jay atau yang dikenal Wijaya Kusumah atau Mbak Kristy Jayanti. Keduanya pernah mengalami kelumpuhan akibat stroke, berkat menulis, Om Jay dan Mbak Kristy jadi bisa bangkit dari kelumpuhannya. Sebelumnya, saya sudah mendengar cerita Pak Putu Wijaya yang masih terus bisa berkarya bahkan ketika setengah badannya sudah dalam keadaan lumpuh. Jujur, saya menjadi sangat terharu sekali, ternyata pengaruh dari menulis itu besar.

Gantungan Kunci dari Australia dan Buku
Gantungan Kunci dari Australia dan Buku "The Power of Dream" (Dok. Pribadi)

Kompasianer menyambut saya dan Bapak saya dengan ramah sekali, meskipun kami berdua adalah "orang baru". Semua panelis dan kompasianer juga memberikan motivasi bahwa jangan menunggu sempurna untuk membuat tulisan dan menulislah sebanyak mungkin. Saya menjadi tergelitik, dan akhirnya jadilah tulisan ini, oh iya, saya dapat kenang-kenangan juga dari Pak Tjipta dan Bu Ros berupa buku "The Power of Dream" "karya Pak Tjiptadinata dan gantungan kunci dari Australia, terima kasih banyak!.*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun