RANGKUMAN ISI BUKU
Buku ini merupakan kumpulan makalah dan hasil penelitian yang mengeksplorasi bagaimana kebudayaan tradisional dapat berinteraksi dengan modernisasi dan pembangunan di Indonesia. Secara kritis, karya ini mempertanyakan kecenderungan pembangunan Orde Baru yang cenderung mengabaikan atau bahkan memandang kebudayaan tradisional sebagai penghambat modernisasi.
Isinya mencakup studi etnografi dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Mentawai, Wana, Jawa, Kantu', Punan, Bima, Maloh, dan Ngadha, menyebar dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan hingga Flores. Buku ini dikembangkan melalui beberapa perspektif---ideologi, ekologi, perubahan sosial, hingga penilaian dalam konteks pembangunan .
Kearifan lokal seringkali mendapat respons negatif dalam perencanaan pembangunan. Misalnya, praktik ladang berpindah dianggap merusak lingkungan, padahal sebenarnya merupakan sistem tradisional yang menjaga ekologi. Pembagian tema dalam buku mencerminkan bagaimana rezim (khususnya Orde Baru) menyusun program pembangunan tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat tradisional.
Kebudayaan tradisional bukanlah penghalang; sebaliknya, ia bisa menjadi sumber penting untuk pembangunan jika dihargai dan dimanfaatkan secara tepat. Buku menyoroti bahwa sistem pengetahuan dan kepercayaan tradisional seharusnya diakui, dipelajari, dihargai, dan dimanfaatkan menjadi bagian dari proses pembangunan .
Dalam bab mengenai ideologi, resensi menyebut adanya kritik terhadap dominasi ideologi modern (atau yang diakui negara) atas pandangan hidup tradisional. Penulis resensi tidak sepakat jika ideologi hanya dibatasi pada agama yang diakui pemerintah; sebaliknya, pandangan hidup turun-temurun juga seharusnya menjadi bagian ideologi yang dihargai. Penyeragaman budaya (melalui agama dan Pancasila) menjadi tantangan bagi antropolog dalam melestarikan kebudayaan tradisional di tengah otonomi daerah dan kepentingan asing atas sumber daya alam.
Buku ini memberikan dorongan bagi para antropolog untuk bersikap kritis terhadap hegemoni elite penguasa dan bekerja memperjuangkan pemanusiaan dan penghormatan budaya tradisional. Terdapat refleksi tentang peran intelektual: apakah menjadi mediator, kritikus, atau advokat budaya tradisional dalam konteks pembangunan modern .
TUJUAN BUKU INI DIBUAT
Tujuan utama buku ini dibuat adalah untuk menunjukkan bahwa kebudayaan tradisional bukan penghambat modernisasi, melainkan sumber daya penting yang dapat mendukung pembangunan jika dihargai dan diintegrasikan dengan bijaksana.
MANFAAT BUKUÂ
* Memberikan wawasan luas mengenai hubungan antara kebudayaan tradisional dan modernisasi di Indonesia.
* Menjadi rujukan penting bagi mahasiswa, peneliti, maupun praktisi pembangunan yang ingin memahami kearifan lokal sebagai modal pembangunan.
* Menyediakan studi kasus etnografi dari berbagai daerah di Indonesia sehingga pembaca bisa melihat keragaman dan kekayaan budaya Nusantara.
* Membantu pembaca lebih kritis terhadap pola pembangunan yang seragam dan top-down, terutama pada masa Orde Baru.
KELEBIHAN BUKU
* Multidisipliner: Buku ini tidak hanya membahas budaya, tetapi juga menyinggung aspek ekologi, ideologi, sosial, hingga ekonomi.
* Kaya data lapangan: Berisi hasil penelitian dari berbagai daerah, membuat isi buku konkret dan berbasis realitas masyarakat.
* Kritis dan reflektif: Buku ini berani mengkritik pandangan bahwa tradisi selalu dianggap menghambat kemajuan.
* Relevan hingga kini: Meskipun diterbitkan tahun 1985, isu yang dibahas tetap aktual dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan penghargaan pada kearifan lokal.
KEKURANGAN BUKU
* Bahasa akademis cukup berat, sehingga pembaca umum mungkin merasa sulit memahami isi buku tanpa latar belakang antropologi atau ilmu sosial.
* Terbitan lama, sehingga beberapa data dan pendekatan sudah kurang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
* Fokus etnografi tertentu, sehingga ada wilayah atau kebudayaan lain di Indonesia yang belum terwakili dalam kajian.
* Tidak menawarkan solusi praktis yang detail, melainkan lebih banyak kritik dan refleksi, sehingga pembaca yang mencari panduan langsung untuk kebijakan pembangunan mungkin merasa kurang.
KESIMPULAN
Buku ini menjadi studi penting tentang bagaimana kebudayaan tradisional tidak hanya perlu dilindungi, tetapi juga bisa menjadi modal pembangunan. Dove dan penulis dalam buku ini mengajak kita mempertanyakan pendekatan pembangunan yang homogen dan tidak sensitif terhadap pluralitas budaya Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI