Mohon tunggu...
Wynda Lestari Lamaliwa
Wynda Lestari Lamaliwa Mohon Tunggu... Dosen - Nutritionist and Health Blogger

Sebuah tulisan menunjukkan struktur berpikir IG: @cerita.gizi dan @ceritawynda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Jenis-jenis Diet Vegetarian

18 September 2020   15:07 Diperbarui: 18 September 2020   15:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di media sosial saat ini kita sudah sering mendengar atau membaca banyaknya istilah trend diet kekinian yang tujuannya sudah pasti untuk menyehatkan tubuh dan mencapai bentuk tubuh ideal merupakan bonus utama yang paling ditunggu-tunggu. Salah satu diet yang paling hits yaitu vegetarian. 

Lalu ada pertanyaan vegetarian dan vegan itu sama ya? Lagi-lagi tidak sedikit yang menganggap bahwa kedua istilah diet ini sama saja karena yang kita tahu prinsip diet ini tidak mengonsumsi daging. 

Benar bahwa tidak mengonsumsi daging, tetapi sebenarnya mereka berdua berbeda ibarat "serupa tapi tak sama". Beberapa orang memutuskan untuk mengubah diet atau pola makan mereka dari non-vegetarian menjadi seorang vegetarian. 

Pastinya dengan berbagai motivasi tertentu seseorang memutuskan untuk menjadi vegetarian misalnya pengaruh lingkungan terkait dengan body image (citra tubuh) yang kadang membuat kita berpikir untuk mengubah pola diet agar mendapatkan berat dan bentuk tubuh yang ideal. 

Ada juga karena alasan kepercayaan tertentu, dan masalah kesehatan. Selebihnya bisa dikatakan mungkin sekedar ikut-ikutan saja tanpa peduli mempelajari lebih jauh prinsip dietnya. Terlepas dari alasan apapun itu, intinya semua tujuan diet mau menuntun kita untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun permasalahannya terkadang motivasi perubahan diet yang ada di dalam diri tidak selamanya menuntun kita pada pemahaman diet yang tepat. 

Ketika kita memutuskan untuk mengubah pola diet atau perilaku makan sebaiknya tentukan tujuan yang jelas terlebih dahulu mengapa kita perlu mengubahnya, apakah hanya karena tuntutan citra tubuh ideal, sekedar ikut-ikutan biar kekinian atau agar tubuh kita tetap sehat dan mencegah risiko penyakit? 

Saya rasa pilihan yang tepat adalah supaya tubuh kita tetap sehat dan bugar secara tidak langsung juga akan menghasilkan tubuh yang ideal dan mencegah risiko penyakit. Namun itu semua juga bergantung pada cara yang kita lakukan tepat atau tidak. 

Mengubah pola diet juga perlu didasari dengan pemahaman pengetahuan tentang diet yang akan kita jalani mulai dari prinsip diet, tujuan diet, kebutuhan energi dan persentase nutrisi yang disesuaikan dengan kondisi tubuh kita, jenis makanan apa saja yang dapat kita konsumsi, dan yang paling penting juga adalah komitmen kita untuk menjalankan diet, karena diet bicara soal Personalized Nutrition (gizi personal) yang mana semuanya perlu menyesuaikan dengan kondisi setiap orang. Jadi, tidak semua orang harus vegetarian atau vegan supaya sehat. Terlebih dahulu kita sebaiknya mempelajari lebih lanjut prinsip diet ini.

Pertama-tama kita sepakat untuk memahami definisi umum vegan dan vegetarian. Vegan merupakan pola diet yang menghindari makanan yang berasal dari hewani (semua jenis daging) ataupun produk hewani lainnya seperti susu, telur, keju, yougurt. Sedangkan Vegetarian merupakan pola diet yang juga menghindari konsumsi daging tetapi masih dapat mengonsumsi produk hewani seperti susu, telur, keju, dan yougurt. 

Intinya vegan adalah jenis diet vegetarian yang paling ekstrim dari jenis-jenis yang lain. Bicara soal jenis vegetarian ternyata vegan bukanlah satu-satunya, melainkan ada jenis lain yang menjadi bagian dari diet vegetarian yaitu (Melina et al, 2016 ):

  1. Pesco-Vegetarian: merupakan diet yang menghindari daging (sejens daging merah dll) dan ayam, tetapi dapat mengonsumsi ikan dan produk hewani seperti susu dan telur
  2. Lacto Ovo Vegetarian: merupakan diet yang menghindari semua jenis daging, tetapi dapat mengonsumsi produk hewani seperti susu dan telur
  3. Ovo-vegetarian: merupakan diet yang menghindari semua jenis daging dan produk susu, tetapi dapat mengonsumsi telur
  4. Lacto-vegetarian: merupakan diet yang mengindari semua jenis daging dan telur, tetapi dapat mengonsumsi produk susu.
  5. Raw-vegan: merupakan diet yang hanya mengonsumsi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan jenis serealia lainnya dan diolah tanpa melalui proses pemasakan.

Jadi, dari beberapa jenis diet vegetarian ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak selamanya juga seorang vegetarian itu tidak mengonsumsi sumber makanan hewani atau produk hewani atau istilah kerennya diet Flexitarian. Istilah Flexitarian diciptakan oleh Dietisien asal Amerika yaitu Dawn Jackson Blatner. 

Sesuai dengan namanya, flexitarian terinsipirasi dari kata "Flexible= bebas, mudah menyesuaikan" dan "Vegetarian" yang mana diet ini dikategorikan sebagai semi-vegetarian dan prinsipnya yaitu mengonsumsi makanan nabati lebih dominan dan  mengurangi konsumsi sumber hewani. Lalu apakah manfaat kesehatan yang harapannya dapat tercapai?

Beberapa penelitian menyatakan diet vegetarian diinterpretasikan sebagai therapeutic chronic disease. Misalnya pada kasus overweight dan obesitas menunjukkan pola diet vegetarian (plant-based dietary) terasosiasi dengan indeks massa tubuh (IMT= kg/m2) yang lebih rendah dibanding non-vegetarian. 

Menurut Adventist Health-study 2, rata-rata IMT paling tinggi (28.8) yaitu pada kelompok non vegetarian dan IMT paling rendah (23.6) berada pada kelompok vegetarian. Hal yang sama juga didukung oleh EPIC-Oxford Study, rata-rata IMT pada kelompok non-vegan lebih tinggi (24.4) dibanding kelompok vegan yang lebih rendah (22.5) (Melina et al, 2016).

Selain itu, menurut EPIC-Oxford Study, diet vegan tampaknya lebih efektif dalam menurunkan risiko penyakit jantung iskemik karena bagi mereka yang mengonsumsi makanan vegan secara tidak langsung mendapatkan asupan serat tinggi, jumlah lemak total dan lemak jenuh paling sedikit, dan memiliki bobot tubuh dan kadar kolesterol normal dibanding mereka yang non-vegan.

Kondisi kesehatan setiap orang tentu berbeda dari respon diet yang dijalankan. Itulah sebelumnya saya berpendapat bahwa tidak semua orang harus beralih ke vegetarian. Mungkin saja vegetarian bukanlah diet yang tepat bagi seseorang yang punya kondisi kesehatan tertentu, sehingga penting sekali kita mengenali kondisi tubuh kita sendiri agar kita paham diet yang seperti apa yang kita butuhkan. 

Permasalahan yang juga sering terjadi adalah ketika seseorang memutuskan untuk mengubah jenis dietnya dengan tujuan yang lebih baik mereka belum tentu mengetahui atau memahami tentang kebutuhan energi dan zat nutrisi sesuai kondisi tubuh mereka sehingga tidak sedikit yang keliru dalam mengatur pola dietnya termasuk pemilihan jenis makanan, menentukan porsi, sampai pada cara pengolahan makanan yang tepat sesuai diet. Begitu juga dengan seorang vegetarian dipastikan kebutuhan energi dan nutrisinya tetap seimbang meskipun membatasi atau menghindari protein hewani. Oleh karena itu, sangat diperlukan sekali untuk berkonsultasi pada praktisi gizi untuk menuntun kita semua pada pemahaman diet yang tepat.

Sekedar mengingatkan, diet bukan hanya sekadar trend masa kini yang didasari oleh orientasi hanya "ikut-ikut saja" tetapi ini merupakan gaya hidup yang memang sejatinya kita miliki, gaya hidup seperti apa? Pastinya gaya hidup sehat. Diet bukan berarti "saya tidak mau makan malam lagi, saya tidak mau makan nasi lagi, saya hanya makan sayur saja sepanjang hari", tetapi memerhatikan pola yang tepat sesuai kebutuhan tubuh kita, nutrisi yang masuk dan keluar tetap seimbang apapun jenis dietnya. Dari sekian banyaknya informasi yang tersedia di media sosial sebaiknya kita mempelajari dan menambah wawasan tentang diet yang tepat dengan tidak membiasakan untuk menerima mentah-mentah informasi diet, belajar untuk mencari sumber yang jelas dan terpercaya misalnya dari jurnal atau artikel ilmiah yang diakui. Orang yang cerdas dan bijak pasti mencari tahu terlebih dahulu, menganalisa informasi, setelah itu memutuskan apakah informasi dapat diterima atau ditolak. Salam sehat.

Sumber:

Melina V, Craig W, Levin S. (2016). Position of the Academy of Nutrition and Dietetics: Vegetarian Diets. J Acad Nutr Diet.116:1970-1980.

Stanisic S, Markovic V, Danijela S, Baltic M Z, Boskovic M, Popovic M, Kilibarda N. (2018). Being a vegetarian: health benefits and hazards. Meat Technology 59  1, 63--70, https://doi.org/10.18485/meattech.2018.59.1.8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun