Krek.
Aku menutup pintu ruangan yang kutempati tadi dengan hati-hati.
"Sudah selesai, Soul?" pemilik tempat ini bertanya. Entah sejak kapan sudah berdiri di sana.
"Sudah. Semua tempat ini buatmu sekarang," kataku, tersenyum sopan. Dia balas tersenyum.
"Kapan saja, Soul. Kamu boleh ke sini kapan saja. Egoislah sesekali,"
"Aku egois setiap hari," kujawab begitu, bercanda.Â
Aku berjalan ke arah pintu keluar. Dia mengikuti. Membukakan pintu. Lantas mengatakan ini: nanti kalau kamu jadi pergi, jangan pergi tanpa pamit, ya. Aku tersenyum, mengangguk, menghargai ketulusannya.
Aku melangkah menjauhi tempat ini. Mengucapkan selamat tinggal kepada si pemilik tempat. Seorang lelaki berambut keriting dengan mata bulat--lain kali, akan kuceritakan sebuah kisah tentangnya: namanya Mars. Juga kuucapkan selamat tinggal pada tempat ini. Sebab mungkin, sebentar lagi aku akan pergi sejauh-jauhnya, mencari jawaban atas pertanyaan yang benar-benar harus kutemukan jawabannya. Aku menoleh sekali lagi. Di bagian depan jendela kacanya, kutipan lirik lagu "My Sea" milik IU tertulis besar-besar: But there are certain things that don't heal over time.
... Tamat ...
Dua episode sebelumnya dapat dibaca di sini:
Percakapan#1: Kabar
Percakapan #2: Luka