Mohon tunggu...
Karimatus Sahrozat
Karimatus Sahrozat Mohon Tunggu... Editor - Writer, Editor

Smile. It will bring you luck.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelupa

8 Juli 2019   15:10 Diperbarui: 8 Juli 2019   15:17 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingat, Dan? Minggu lalu kamu tiba-tiba meneleponku malam-malam, tiba-tiba bilang kalau kamu sudah di depan rumahku. Juga tiba-tiba memelukku waktu aku keluar rumah menemui kamu. Kalau sudah begitu, aku tahu: kamu pasti sedang punya masalah dengan pacarmu. Kamu sering begitu. Sering kali tidak tahu apa salahmu waktu pacarmu marah. Sering kali bertanya-tanya kepadaku apa kurangnya kamu. Padahal sudah kubilang berkali-kali. Kurangmu cuma satu: kamu pelupa.

Sudah kubilang pacarmu tipe perempuan yang tidak suka bergantung kepada siapa pun, termasuk kepada pasangan. Kamu saja yang sering mendadak lupa dan ingin memanjakannya. Juga sudah kubilang kalau kamu perlu memberinya ruang untuk sendiri. Sedekat apa pun kamu dengannya, dia tetap punya privasi yang perlu kamu hormati. Tapi kamu tetap saja tidak mengerti.

Waktu pacarmu ingin nonton bioskop sendirian, misalnya. Atau waktu pacarmu, seperti biasa, menolak ditemani belanja. Kamu bisa uring-uringan seharian memikirkan berbagai kemungkinan. Termasuk mengarang skenario bagaimana jika pacarmu begini dan bagaimana jika pacarmu begitu. Padahal itu cuma masalah privasi. Padahal kamu cuma perlu mengerti kalau bagi beberapa orang, melakukan beberapa hal sendirian adalah cara terbaik untuk sejenak beristirahat dari penat kehidupan. Kamu pelupa, Dan.

...

 "Za, kalau ini bagaimana?" kamu tiba-tiba menyela di tengah belajar kita.

"Enggak tahu,"

"Bagus yang ini atau yang ini?" kali ini kamu menyodorkan ponselmu tepat di depanku. Menunjukkan dua gambar boneka unik dari online shop. Aku menyerah. Asal menunjuk salah satu yang kusuka. Kamu tersenyum lebar, segera memesan. Itu akan kamu jadikan hadiah untuk pacarmu. Aku tahu.

"Itu pilihanku. Pacarmu enggak akan suka," kataku. Aku memang tidak pernah habis pikir bagaimana kamu bisa selalu memberikannya hadiah pilihanku. Itu pilihanku, kesukaanku, seleraku. Mana mungkin pacarmu akan suka juga?

"Diana suka apa saja yang kukasih," katamu, percaya diri.

"Enggak ada perempuan yang suka dapat hadiah yang dipilihkan perempuan lain,"

"Kamu bukan perempuan lain. Kamu 'kan temanku,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun