Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pesta Demokrasi Bertabur Ironi

22 November 2023   14:34 Diperbarui: 27 November 2023   21:00 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Bendera partai politik peserta pemilu terpasang di Kantor Komisi Pemilihan Umum. (Foto: KOMPAS/HENDRA AGUS SETYAWAN)

Menarik, memprihatinkan, sekaligus ironi sebetulnya apa yang belum lama diungkapkan Hasto Kristyanto Sekjen PDIP. Bahwa kubunya, kubu Ganjar-Mahfudz, kerap mendapat tekanan dari penguasa. 

Pencabutan baliho Ganjar-Mahfudz di sejumlah daerah disebutnya sebagai salah satu bentuk tekanan kekuasaan itu karena diduga dilakukan, atau setidaknya melibatkan aparat negara di daerah.

Memprihatinkan, karena jika klaim pencopotan baliho-baliho itu benar melibatkan aparat berarti kekhawatiran banyak pihak bahwa netralitas aparatur pemerintah dan keadilan Pemilu berada dalam ancaman mulai terkonfirmasi. 

Tetapi jika pernyataan Hasto itu sekadar siasat playing victim saja tentu tidak perlu diprihatinkan.  

Selain memprihatinkan, pernyataan Hasto juga memantik ironika politik sebetulnya jika hal itu benar, bahwa kubu Ganjar-Mahfudz mendapat tekanan dari kekuasaan. 

Kenapa ironis ? Karena PDIP sebegai pengusung Paslon Ganjar-Mahfudz per hari ini masih merupakan partai penguasa. PDIP pemenang Pemilu dan Pilpres 2019. 

PDIP pula yang dalam sembilan tahun terakhir ini menjadi pengendali utama kekuasaan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Sekarang PDIP sebagai partai penguasa merasa mendapat tekanan dari kekuasaan.

Pesta bertabur Ironi

Ironis. Hajat elektoral kali ini memang diwarnai oleh banyak fenomena ironi politik. Fakta yang diklaim terjadi oleh Sekjen PDIP tadi adalah salah satunya. 

Untuk dan atas nama kekuasaan, sesama elemen dalam satu gerbong kekuasaan pun sekarang saling telikung, saling tuding bahkan saling serang. Dan kesemuanya itu dipertontonkan di hadapan publik yang, jangan-jangan sudah pada ilfil menyaksikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun