Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arca Wisnu Naik Garuda Berasal dari Trawas, Bukan dari Belahan!

12 Juni 2022   08:48 Diperbarui: 14 Juni 2022   14:00 3097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menelusuri asal usul Arca Wisnu Naik Garuda menjadi penting, karena bisa jadi inilah salah satu sumber inspirasi bagi Sultan Hamid II saat merancang dan mengusulkan Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Indonesia. 

Bisa jadi dari beberapa pilihan rancangannya, Sultan Hamid II sangat memahami bahwa lambang Burung Garuda, bagi rakyat Indonesia (Jawa khususnya saat itu) demikian memiliki arti historis dan filosofis yang sangat dalam. 

Secara singkat keberadaan Burung Garuda banyak muncul dalam cerita-cerita kuno masyarakat Jawa di masa lalu. Dua diantaranya yakni Cerita Garudeya dan Wisnu Naik Garuda.

Cerita Garudeya, menggambarkan sosok naga yang berjuang keras membebaskan sang Ibu bernama Winata, dari perbudakan para naga yang memiliki ibu bernama Kadru. Dengan kesetiaan, perjuangan dan keberaniannya, Garuda akhirnya mampu membaskan Winata dari cengkeraman Kadru dan anak-anaknya.

Sedangkan Cerita Wisnu Naik Garuda, berhubungan dengan sosok Airlangga yang diidentikkan dengan Dewa Wisnu, dewa yang mengendarai Burung Garuda. 

Airlangga dianggap sebagai keturunan dewa yang mampu membangun kembali sisa-sisa Kerajaan Medang, warisan dari Mpu Sindok dan Dharmawangsa yang luluh lantak akibat serbuan Raja Wurawari. 

Airlangga adalah keturunan Raja Udayana dari Bali, saudara dari Marakata dan Anak Wungsu yang memerintah di tanah Jawa, karena diambil menantu oleh Dharmawangsa. 

Setelah Medang hancur, Airlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan, jauh hari sebelum munculnya dua kerajaan besar di tanah Jawa yakni, Singhasari dan Majapahit. 

Apakah cerita perjuangan Garudeya dan Wisnu Naik Garuda ini yang mengilhami Sultan Hamid II... Entahlah. 

Bahkan, kalimat Bhinneka Tunggal Ika pun diambil dari sebaris kalimat di Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular, sorang pujangga yang hidup di masa Majapahit. 

Maknanya, Burung Garuda dan Bhinneka Tunggal Ika, memang memiliki makna historis dan filosofis yang demikian kental bagi Founding Fathers. Tidak hanya bagi Soekarno, Hatta, Yamin dan Soepomo, tapi juga bagi Sultan Hamid II, dari Pontianak 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun