Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertarungan Dahsyat Garuda Lawan Naga untuk Membebaskan Ibunya (Cerita Fabel dari Relief Candi)

7 Januari 2021   21:40 Diperbarui: 7 Januari 2021   22:23 3865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Makanya, kalau merawat telur itu yang open (penuh kasih sayang)," ledek Kadru pada Winata.

Winata hanya terdiam.  Dalam hati dia merasa, telur yang jumlahnya hanya dua butir sudah dirawatnya dengan baik. Diberinya kehangatan dan kasih sayang agar segera menetas. Seperti pesan suaminya, diapun segera ingin mempunyai anak, berwujud apapun yang keluar dari telur yang dirawatnya.

Karena setiap saat selalu direcoki dan dihina oleh Kadru, Winata pun akhirnya hilang kesabarannya. Menurutnya, mungkin kulit telur yang dirawatnya terlalu tebal sehingga susah untuk menetas. Akhirnya diapun bertindak ceroboh. Salah satu telur dicungkil paksa dan dipecahkannya. Padahal belum waktunya menetas. Maka, muncullah bayi Garuda prematur dari serpihan telur yang pecah. Diberinya namanya Aruna. Winata pun menyesal akan kecerobohannya. 

Perseteruan Kadru dan Winata

Setelah sama-sama mempunyai momongan, Kadru tetap saja masih mempunyai sifat iri pada Winata. Dia ingin menyingkirkan Winata. Paling tidak membuat Winata menderita di Istana. 

"Winata, sebentar lagi Kuda Ucchaihcrawa akan keluar dari kolam. Mari kita bertaruh!" tantang Kadru pada Winata. Winata sebenarnya enggan untuk memenuhi tantangan Kadru yang penuh tipu muslihat. Namun  Kadru terus mendesaknya sampai akhirnya diapun menyanggupinya.

"Siapa yang kalah diantara kita, maka dia akan jadi budak dan melayani diantara kita dan anak-anak kita," lanjut Kadru penuh rasa tidak senang pada Winata. Dia sangat yakin akan memenangkan pertaruhan ini. Winata hanya terdiam. Tak bersuara sedikitpun.

"Aku menebak warna ekor Kuda Ucchaihcrawa adalah hitam," kata Kadri penuh keyakinan. 

"Baiklah kakanda. Aku memilih, warna putih untuk ekor Kuda Ucchaihcrawa," sahut Winata kalem.  

Akhirnya kedua selir Begawan Kasyapa pun menunggu di pinggir kolam. Namun, sebelum Kuda Ucchaihcrawa  keluar, para ular dan Naga putra Kadru tergopoh-gopoh keluar dari kolam dan segera berlari mendekati ibunya.

"Ibunda, batalkan pertaruhan ini. Jika tidak, kita semua akan menyesal karenanya," Naga tertua mengiba pada Kadru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun