Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Momen Gondok Ketika Musik 90s Favoritku Disebut Norak

9 Januari 2021   07:15 Diperbarui: 10 Januari 2021   03:28 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nathan Fertig on Unsplash

Menurutku lagunya indah, gak menye-menye. Tentang mensyukuri keadaan. Tapi baru masuk bait kedua, kakak kelas menyela. "Lagu siapo?" tanyanya.

"Siap, Exists, Kak," jawabku.

" Exists? Lagu Malaysia yo?"

"Siap, iya, Kak!"

"Norak!" bentaknya lagi. Lalu terdengar langkah menjauh.

Antara lega dan gondok. Tapi di benakku tertanam, jangan lagi kau nyanyikan lagu Malaysia di sekolah ini. Selera warganya beda dengan SMP dan orang di rumahmu!

Sampai hari ini jika diperdengarkan lagu Indonesia 90-an, aku hanya mengenal sedikit liriknya. Tak tau sama sekali siapa penyanyinya. Bukan karena musik 90s milik Indonesia tak ada yang bagus. Aku jarang nonton Album Minggu maupun acara musik TVRI lain masa itu, karena tak punya TV.

Tapi lewat radio yang speakernya dibuat dari ban mobil, kakak-kakak sering menyetel radio yang isinya kebanyakan lagu Malaysia dan India. Abangku sering tukar pinjam kaset dengan teman-temannya, semua Malaysia.

Tetangga kiri kanan hobi dangdut, suaranya masuk ke rumah kami saban hari. Hanya seberang rumah yang kerap menyetel lagu barat yang sering kutiru dengan english setangkap kupingku. Leide won you sef me, may hot bilong tu yu ....

Di SMA, aku yang masih suka Bobo dan Donal Bebek harus insaf. Aku ini remaja, remaja itu suka musik. Waktu itu sudah memasuki tahun 2000, saat Primus jadi superhero. Band yang populer adalah Sheila on 7, Padi, dan beberapa band yang aku tak suka lagunya karena terlalu mewek.

Padahal lagu-lagu Malaysia juga kebanyakan berlirik romantis, kalau sekarang lebih pas disebut alay. Tapi ada unsur nostalgia yang membuatku tetap menyukainya. Meski begitu, rasa suka itu kutekan sekuat tenaga, demi harga diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun