Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Drama Piala Dunia U-20 dan Ihwal Investasi yang Merugi

1 April 2023   18:26 Diperbarui: 2 April 2023   07:50 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia resmi batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 menyusul pernyatan FIFA. Foto: Kompas/HERU SRI KUMORO 

Sebaliknya bila profil risiko kita cenderung konservatif, kita cukup memilih saham perusahaan yang lini bisnisnya terbilang stabil misalnya perusahaan-perusahaan bluechip di sektor consumer goods atau perbankan.

Memang potensi keuntungan yang ditawarkannya bisa saja sekadar beberapa persen per tahun plus dividen. Namun kita sepertinya tidak akan pernah menyaksikan harga sahamnya bisa terjun bebas kalau bukan karena kejadian eksternal yang luar biasa.

Dalam berinvestasi saham, ketika kita sudah merasa benar-benar memilih saham perusahaan yang tepat, tak berarti risikonya menjadi hilang sama sekali.

Bisa saja di tengah jalan, terjadi sesuatu hal yang luar biasa dan membuat prospek bisnis perusahaan itu berubah. Bisa juga karena sebenarnya kita memang salah melakukan proyeksi dan analisa.

Faktanya, investor kawakan seperti Warren Buffett saja pernah salah membeli saham dan akhirnya mengalami kerugian. Beberapa waktu lalu, media ramai memberitakan Buffett baru saja menjual sahamnya di salah satu perusahaan maskapai penerbangan, dalam posisi rugi. Sebagai investor kelas kakap dengan modal besar, kerugiannya saat itu ditaksir mencapai triliunan rupiah.

Charlie Munger, sahabat sekaligus partner Buffett yang juga dikenal sebagai salah satu investor kenamaan juga baru-baru ini harus menelan kerugian senilai Rp1 T di saham Alibaba. Munger melakukan "cut loss" saat menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut.

Satu hal yang pasti, meski sama-sama dan baru saja mengalami kerugian investasi dalam jumlah yang besar, mereka tak menjadi mundur dan kapok berinvestasi saham. Faktanya mereka masih bisa meraup cuan dari saham perusahaan lain yang dimiliki. 

Sebagai penutup, ada dua hal yang bisa ditekankan sekaligus menjadi pengingat buat kita sebagai investor.

Pertama, setiap instrumen investasi pasti ada potensi risiko kerugian. Sehingga bila nanti ada yang menawarkan investasi dengan iming-iming bebas risiko plus ditambah lagi "jaminan" keuntungan yang tidak masuk akal, sebaiknya segera menghindar. Besar kemungkinan itu modus penipuan berkedok investasi.

Kedua, kerugian saat berinvestasi jangan sampai membuat kita akhirnya jera atau menyerah. Tetaplah rendah hati mau belajar dengan melakukan evaluasi terhadap segala sesuatunya.        

***

Jambi, 1 April 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun