Kabarnya, FIFA sudah resmi "menunjuk" negara Argentina selaku pengganti.
Polemik yang terjadi saat ini memang ibarat drama. Upaya pemerintah yang jauh-jauh hari sudah berupaya mengajukan diri agar terpilih menjadi tuan rumah dan tentunya saat ini sudah mulai membuat berbagai persiapan harus kandas seketika.
Impian insan sepakbola tanah air untuk menyaksikan timnas U-20 tampil di Piala Dunia di negara sendiri, pupus sudah.
Ungkapan getir bernada kekecewaan mengatakan, "Untuk tampil di Piala Dunia lewat jalur tuan rumah saja pun, sepakbola Indonesia tak mampu". Â Â Â Â Â
Investasi yang merugi
Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 juga menimbulkan kerugian dari sisi investasi.
Menparekraf Sandiaga Uno menyebut angka Rp3,7 T sebagai jumlah potensi kerugian akibat Indonesia gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Beberapa media memberitakan pemerintah bahkan sudah menggelontorkan dana miliaran bahkan mungkin triliunan rupiah sebagai bagian dari persiapan menjadi tuan rumah.
Dengan batalnya Indonesia sebagai tuan rumah, otomatis anggaran itu bisa dianggap sia-sia, layaknya pemborosan. Ini ibarat investasi yang awalnya diharapkan bisa menghasilkan untung ternyata akhirnya malah jadi buntung. Investasi yang dilakukan malah berujung kerugian.
Bila dirunut satu persatu, tak hanya pemerintah, banyak pihak lain yang ikut merugi akibat kejadian ini. Mulai dari pemegang lisensi dan hak siar, para sponsor, pemegang lisensi merchandise resmi Piala Dunia U-20, UMKM yang terlibat, penyedia bahan baku, pelaku usaha kecil, produsen dan sebagainya.