Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Corona Tiada Akhir, Bukannya Herd Immunity tapi Herd Stupidity!

25 Juni 2021   18:20 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari ini berita-berita mainstream memuat tentang lonjakan kasus Corona yang menggila di Indonesia, Kompas misalnya merilis berita terjadi lonjakan yang luar biasa bahkan Indonesia menempati urutan ke-5 untuk kasus terkonfirmasi di seluruh dunia! Mencekam memang bayangan kita mulai beranda-andai tentang situasi di India pasca tsunami corona yang sangat masif usai perayaan kegiatan keagamaan di sana.

Tetapi bagiku bukan itu yang menjadi fokus, bukankah kita sudah 1 tahun lebih ini dijejali berita-berita tentang update paparan kasus Corona. Saya tidak termasuk segolongan orang yang mulai apatis terhadap virus ini, ke mana-mana saya masih maskeran dan cuci tangan setiap dengan terpaksa harus berjabat tangan dengan orang yang kutemui. 

Beberapa waktu yang lalu sebagian orang mungkin tidak percaya dengan adanya virus mematikan ini. mulai dari teori konspirasi, senjata biologis atau proyek kesehatan dan bla-bla-bla, tetapi hari ini bukan ketidakpercayaan mereka yang menjadi kendala akan penanganan virus ini, atau konspirasi cina yang kini sudah terbebas dari virus ini (katanya).

Saat ini masyarakat sebagian kita bukan lagi menganggap Corona itu tidak ada, mereka percaya dan bahkan mulai paranoid, lalu apa yang menyebabkan sebagian kita abai terhadap prokes yang dicanangkan oleh pemerintah? Masyarakat berpenghasilan menengah seperti saya ini mulai jenuh dan sampai pada titik lesu.

Perekonomian kita yang melambat, suku bunga yang menukik tajam dan kesenjangan antara si kaya dan si miskin yang makin menganga. paling tidak menjadi satu dari banyak faktor betapa kewalahannya pemerintah mengatasi pandemi ini. 

7 bulan yang lalu saya termasuk karyawan swasta yang menjadi korban dari mengganasnya virus ini, PHK dengan pesangon yang dicicil membuat saya dan beberapa teman sejawat mengalami situasi keuangan abnormal yang tak terduga.

Kemarin kita mengikuti berita tentang jatuhnya vonis terhadap Habib Rizik dengan tuduhan melanggar prokes dan menyebarkan berita bohong tentang kondisi kesehatannya. situasi corona bahkan merembet ke konspirasi politik bangsa ini, saya bukannya penggemar Habib Rizik maupun kontra terhadap pemerintah. 

Tetapi apa yang kita tonton bagi sebagian masyarakat bawah adalah sebuah tontonan permainan hukum yang mengada-ngada dan aji mumpung, bukankah kita semua tahu Habib Rizik jauh sejak corona sering diterpa isu hukum yang tak kunjung menjeratnya ke penjara.

Cukup banyak pelanggar prokes di negeri ini bahkan oleh pejabat, mulai dari pelaksaan kampanye, hajatan para pembesar dan bahkan oleh presiden sekalipun beberapa kali terekam kamera menyebabkan kerumunan di tengah-tengah situasi pandemi, beruntungnya mereka punya rompi kebal hukum.

Pikirku pemerintah harus berhenti dengan agenda-agenda lain, baik para politikus maupun kader-kader partai yang mulai gatal menghadapi pertarungan 2024 dan mulai menumpangkan isu-isu pada kebijakan-kebijakan penanganan corona,  selain fokus pada pemulihan ekonomi dan penanganan pandemi secara bersama-sama.

Pada beberapa perdebatan di masyarakat bawah tentang situasi pandemi ini, bahkan di kampung-kampung jauh dari luar jawa yang seperti tidak turut merasakan kegelisahan masyarakat Jakarta akan kapan situasi pandemi ini berakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun