Mohon tunggu...
Daniel Iswahyudi
Daniel Iswahyudi Mohon Tunggu...

Pencipta lagu anak, penulis cerita anak, trainer guru usia dini, pendidik dan pendongeng. "Anak pandai dan berkarakter tidak turun dari langit, tetapi harus dididik secara benar sejak usia dini"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memiliki Kekurangan Fisik Bukan Halangan untuk Berhasil

9 November 2015   10:05 Diperbarui: 9 November 2015   11:08 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah legendaris untuk orang cacat yang sukses adalah Helen Keller, wanita sarjana yang tuli  dan buta.  Ia menulis buku, keliling 20 negara berbicara dihadapan orang-orang cacat untuk memberi motivasi hidup.  Helen Keller mendapat penghargaan dari ratu Victoria Inggris.  Helen Keller menjadi orang sukses ditangan  guru yang tepat, Guru Anne Sullivan, yang memberinya dorongan, bahwa cacat bukan halangan untuk suskes.

John F.Kennedy, salah satu presiden Amerika yang mengalami cedera tulang belakang yang parah. Hitler pun bertubuh kecil dan pendek dan menjadi pemimpin bangsanya. 

Saya bangga dalam beberapa hal tentang Indonesia, kita negara yang relatif baru dalam hal berdemokrasi, tetapi luar biasa, kita memiliki Presiden wanita, yaitu, Megawati.  Amerika saja belum pernah memiliki presiden wanita.  Sebagai wanita, Megawati bertubuh gemuk, namun beliau tidak berpikir bahwa gemuknya menghalangi untuk sukses, beliau memiliki integritas.  Karena memang ‘cantik’ bagi seorang manusia bukan ‘fisik’ yang langsing semampai, tetapi batinnya dan karakternya!.  Fisik hanya bungkus seorang manusia.  Betapa banyak wanita minder karena gemuk, mereka harus belajar ‘kenyataan hidup’ di sisi yang lain,  bahwa fisik bukan halangan untuk sukses!

Presiden RI  Habibie yang kecil, tidak merasa minder memimpin para jenderal dan menteri yang tinggi dan tegap, karena beliau ‘jiwanya’ besar! Yang lebih mengagumkan saya adalah Gus Dur,  beliau  tidak sempurna penglihatannya, namun berani  menjadi Presiden. 

Mereka memiliki ‘kekurangan secara  fisik’, tetapi mereka adalah para pahlawan jiwa, hati mereka lebih besar dari keadaan fisik mereka yang ‘kurang menguntungkan’.  Habibie tidak berpikir bahwa tubuhnya yang kecil dan pendek merupakan halangan untuk memimpin para menteri atau jenderal yang berperawakan tinggi besar.  Megawati tidak minder dengan gemuknya dan Gus Dur tidak berpikir bahwa sakit matanya, merupakan penghalang untuk meraih prestasi tertinggi di negara ini, untuk menjadi orang nomor satu, presiden RI.  Mereka telah menembus batas-batas ‘keadaan fisik’.  

Ignace Paderewski pianis besar Polandia, guru musiknya mengatakan kepadanya tangannya terlalu kecil untuk menguasai tuts piano.  

Lee Hei A, pianis Korea yang kedua tangannya hanya 2 jari, tubuhnya pendek, dan waktu kecil mengalami keterbelakangan mental, ayahnya juga cacat.  Th 2007 baru saja konser di Jakarta.  Permainannya memukau ribuan orang. Seandainya Lee Hei A tidak cacat, jari-jarinya 5 dan badannya sempurna, apakah orang akan terpukau? Belum tentu, karena cukup banyak orang ‘normal’ lainnya yang bermain piano jauh lebih baik dari Lee Hei A.  Orang terpesona, karena orang ‘cacat’ jari hanya 2 tetapi bisa bermain piano.  Lee Hei A keliling dunia untuk konser, dan dimana-mana sukses. Kelemahan Lee Hei A,  justru menjadi kekuatannya.

Pada tahun 1983, ketika Dwayne Pingston baru berusia 19 tahun, ia menghindari tabrakan dari depan dengan membanting setirnya ke kanan. Dalam prosesnya ia menabrak bahu jalan dan terlempar dari mobilnya. Lehernya patah dan kaki-kakinya tak dapat digerakkan lagi. Dwayne telah menerima fakta bahwa ia lumpuh dari pinggangnya ke bawah dan akan menjadi seperti itu seumur hidupnya. Ia bisa saja menangisi nasibnya, namun dia tidak melakukan itu. Sebaliknya ia mensyukuri segala hal yang masih dapat dilakukannya dan menindak-lanjutinya. Dengan kursi roda, ia mencari nafkah dengan dua pekerjaan. Ia mereparasi mobil-mobil tua dan juga menjadi pengantar mobil-mobil yang dirancang menurut pesanan, mulai dari Jaguar hingga Troy, ke pelanggan-pelanggan di seluruh penjuru negara.  Rasa humornya luar biasa dan ia bahkan menyatakan beruntung tidak dapat merasakan apa-apa pada kedua kakinya.

Demosthenes adalah seorang yang gagap.  Untuk mewarisi harta dari orang tuanya, dia harus berbicara di dewan kota. Karena dia tidak berani dan tidak bisa berbicara maka hartanya jatuh ke orang lain.  Dia bertekad untuk belajar berbicara di depan umum. Dia  berjalan-jalan di tepi pantai sambil berteriak kepada ombak, sehingga meski cacat gagap, akhirnya ia menjadi seorang ahli pidato terkenal di Yunani.

Borghild Dahl, penulis buku  “I Wanted to See” (Saya Ingin Melihat).  “Saya hanya punya satu mata. Itu pun hampir tertutup seluruhnya oleh selaput, sehingga saya hanya bisa melihat melalui celah kecil mata saya sebelah kiri. ”  Di rumah ia senang membaca. Tapi bukunya harus didekatkan ke mata sampai bulu matanya menyentuh halaman buku. Ia berhasil meraih dua gelar sarjana muda dari Universitas Minnesota dan Master of Arts dari Universitas Columbia.

Henry Porter, cacat dari sejak lahir. Penyakit ini membuatnya sulit bicara, berjalan atau menggunakan tangannya dengan normal. Tetapi ibunya selalu mengatakan bahwa ia dapat melakukan apa saja yang ia inginkan. Henry bertumbuh menjadi seorang yang ulet, tekun dan tidak mudah menyerah. Pada waktu dewasa, ia berkali-kali ditolak ketika melamar pekerjaan. Akhirnya ia diterima bekerja sebagai salesman. Ia menjual alat-alat rumah tangga dari pintu ke pintu. Setiap hari pagi-pagi ia berangkat bekerja dengan bus. Lalu ia berhenti disebuah hotel dimana seorang penjaga hotel menolongnya dengan kancing baju dan dasinya. Lalu berangkatlah ia dan mengetuk pintu demi pintu dan berusaha menjual produknya. Ia tak pernah mengeluh walaupun bagi dia tidak mudah untuk berjalan sejauh itu.Ketika pulang ia harus mengetik hasil penjualannya. Ia hanya dapat menggunakan satu jarinya untuk mengetik sehingga pekerjaan ini memakan waktu berjam-jam lamanya. Bertahun-tahun ia lakukan semuanya ini dengan sabar setiap hari. Kehidupan dan keuletan Henry Porter menjadi inspirasi dan menyentuh hati banyak orang sehingga ia menerima penghargaan dari kongres Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun