Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjawab Tantangan Masa Depan: Pengembangan Kurikulum Merdeka Siap Hadapi Tantangan Abad 21

15 September 2025   12:46 Diperbarui: 15 September 2025   12:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggapai Masa Depan Pengembangan Kurikulum Merdeka (sumber: pribadi.canva.com)


"Pendidikan bermutu tak sekedar pengetahuan, tetapi  menjawab tantangan dengan keterampilan untuk beradaptasi dan berkembang dalam dunia yang terus berubah"


Ketika anak-anak TK, SD sudah mulai bergaul dengan gadget , teknologi terus berevolusi  tak henti,  kita terhentak dengan pelbagai perubahan yang mempengaruhi pendidikan dasar dan menengah.


Apakah kita harus berdiam diri, pasrah?  Apakah kita membiarkan anak-anak itu tergilas dengan teknologi yang belum dipahaminya , hanya sebagai pengguna tapi tak tidak sebagai subjek yang mampu melawan tantangan zaman ?

Kita akan menengok ke belakang,  pola pendidikan sebelum adanya teknologi terbaru masa kini, anak dan siswa harus belajar dari guru.   Materi dari guru berupa hafalan jadi murid hanya bisa menghafal tanpa memahami .  Fokus pembelajaran pun dari guru kepada murid, bukan murid sebagai pusatnya.    Padahal hal semacam ini sudah tidak lagi relevan dengan tantangan saat ini yang telah berubah total.

Secara kasat mata,kita melihat tantangan teknologi , adanya artificial intelligence (AI), membuat semua siswa gampang bertanya bukan kepada guru tetapi kepada AI. Jawabannya juga langsung dari AI dalam hitungan detik .  Teknologi juga lebih menarik dibandingkan  guru karena teknologi lebih gampang diakses, lebih interaktif dan menarik, lebih pandai.  Begitu mudahnya  dan efisiennya teknologi menopang segala kebutuhan sehari-hari termasuk dalam bidang pendidikan.   Padahal mengintegrasikan AI untuk masa depan perlu memperhatikan keamanan, penggunaan AI yang bertanggung jawab, bias dalam algoritma dan lainnya.    Kita  harus punya siap hadapi tantangan abad 21 yang semuanya bisa dinamis, dilakukan secara virtual atau onsite.

Hadapi Tantangan Pendidikan Abad 21 . Sumber:  Pribadi , canva.com
Hadapi Tantangan Pendidikan Abad 21 . Sumber:  Pribadi , canva.com
Kemajuan teknologi


Dengan adanya revolusi 4.0  membuat perubahan cepat dalam teknologi dan pengaruhnya sangat besar dalam semua aspek kehidupan termasuk cara belajar dan mengajar.   Oleh karena itu Kemendikdasmen sadar bahwa pembelajaran dalam sistem pendidikan harus diubah dan diintegrasikan dalam kurikulum.


Setelah pelantikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu'ti, Med, pada 21 Oktober 2024 oleh Presiden Prabowo Subianto, tugas utama adalah meningkatkan dan memajukan kualitas pendidikan dasar dan menengah (SD,SMP, SMA sederajat) di Indonesia.


Pendidikan yang bermutu bagi semua bukan hanya bagi anak didik yang ada di perkotaan saja, tetapi di seluruh kota maupun di desa-desa di Indonesia. Tak ada lagi yang merasa tertinggal dan tidak berkualitas karena faktor-faktor kelemahan sarana prasarana, guru dan sebagainya.  


Begitu dicanangkan,  hal yang paling penting dan mendasar bagaimana caranya mencapai pendidikan bermutu untuk semua dalam konteks dengan kemajuan teknologi.    


Dalam rangka untuk menghadapi tantangan,  Kemendikdasmen harus melakukan persiapan yang matang .   Salah satu langkah adalah dengan mengkaji ulang tentang kurikulum yang akan dipakai ajaran 2025/2026.  Seringkali orang tua sudah pusing duluan, ganti Menteri, pasti ganti kurikulum.  Pusingnya bukan hanya soal perubahan kurikulum, tapi juga semua buku dan metode yang harus diadopsi oleh anak maupun orang tua.

Ternyata, dugaan orang tua meleset jauh.  Setelah pengkajian yang sangat ketat dan penuh pertimbangan,  Kemendikdasmen pun memutuskan untuk tetap menggunakan Kurikulum Merdeka , ada beberapa sekolah yang masih menggunakan kurikulum 2013, masih diperbolehkan dipergunakan, tetapi perlu bertransisi menuju kurikulum Merdeka.    


Alasan utama mengapa Kurikulum Merdeka ini masih dipergunakan dalam pembelajaran tahun 2025/2026  karena landasannya adalah penerapan metode deep learning untuk pembelajaran yang lebih mendalam, interaktif, kritis dan mencari solusi dalam memecahkan masalah secara mandiri.  Fokus pembelajaran bukan lagi kepada materi yang dihafalkan, tetapi kepada kebutuhan siswa dimana setiap siswa itu berbeda daya integensia atau cognitivenya.    Siswa yang kurang cerdas akan mendapatkan perhatian lebih banyak .


Pengertian deep learning bagian dari suatu machine learning yang bekerja sama dengan artificial neural networks (jaringan syaraf tiruan), algoritma dirancang untuk meniru cara manusia  berpikir dan belajar.  
Konteks dengan pendidikan deep learning belajar mengenali gambar, teks, suara yang kompleks dan pola data lain untuk menghasilkan wawasan dan prediksi yang akurat.


Pembelajaran juga berbasis proyek:  Dalam hal ini siswa tidak lagi diberikan pekerjaan rumah tetapi mengerjakan proyek yang relevan dengan bahan pelajaran dan kehidupanya nyata dan meningkatkan keterampilannya.


Inovasi pembelajaran dengan teknologi:   Di era digital , siswa dan guru harus siap untuk blended learning antara pembelajaran dengan teknologi berupa alat teknologi baik itu perangkat keras maupun perangkat lunak.


Penguatan soft skills dan hard skills


Kurikulum hanya menekankan penguasaan pengetahuan akademik dalam hal ini artinya hard skills, maka siswa juga perlu mendapatkan penguatan dalam soft skill untuk hadapi perubahan dunia yang terus berganti.
Soft skills ini berupa 4 C yaitu keterampilan  berpikir kritis  (Critical  thinking),  komunikasi (communication),  kolaborasi (Collaboration) dan kreativitas (creativity).

Berpikir kritis

Siswa mampu berpikir kritis dan analitis dalam berbagai situasi.   Permasalahan bukan hanya di  sekolah saja tetapi secara pribadi dan sosial dalam kehidupan.   Kemampuan berpikir kritis ini sangat penting untuk hadapi abad ke 21.   Kemampuan kritis ini juga mampu berpikir reflektif dan bernalar ketika mengambil keputusan.   Menurut pendapat Azizah Et Al, 2018 dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan memecahkan masalah secara mendasar, misalnya mencari penyebab utamanya bukan melihat dari apa yang terlihat.     Berpikir kritis adalah proses kognitif menganalisa masalah secara sistematis dan akurat, mengisolasi masalah secara cermat dan menyeluruh dan memeriksa informasi untuk merancang strategi pemecahan masalah.


Komunikasi

Para siswa ini kedepannya akan menjadi professional . Untuk itu perlu punya keterampilan yang relevan di abad 21 yaitu komunikasi.   Keterampilan komunikasi yang paling dasar, adalah pengetahuan dasar, literasi digital dan informasi, pengetahuan interdisipliner.
Keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif melalui berbagai media secara lisan maupun tulisan.  Guru memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk mengarahkan siswa dan memberikan informasi yang jelas dan akurat.  Demikian juga siswa punya kemampuan menyampaikan ide secara jelas, percaya diri, mendengarkan aktif dan berinteraksi dengan baik dalam diskusi, sikap menghargai dan empati.


Kolaborasi


Pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan secara peer-to-peer (berpasangan) atau dalam kelompok yang lebih besar.   Pembelajaran tersebut di atas merupakan pembelajaran kolaboratif yang melibatkan siswa bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk membahas suatu konsep atau menemukan solusi atas masalah.


Kreativitas


Kreativitas adalah kapasitas untuk memunculkan konsep, jawaban , atau cara untuk dalam mengekspresikan ide dengan menggabungkan imajinasi, pemikiran kritis dan teknik pemecahan masalah.

 Dalam pembelajaran , guru juga mendorong siswa dengan memberikan tantangan untuk berpikir secara kreatif, mengembangkan imajinasi, menerapkan ide-ide mereka dalam konteks yang nyata.  Semakin kreatif dan inovatif siswa, semakin besar siswa dapat diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan ide dan solusinya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa , tapi justru menawarkan jawaban yang jitu yang out of the box.  Manusia yang punya daya kreativitas tinggi akan menggabungkan dirinya dengan keterampilan lain dan berdampak signifikan kemampuan untuk beradaptasi dan bersaing dengan tren saat ini.  


Pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial


Pembelajaran Koding dan literasi kecerdasan artifisial (KA) telah dikaji dengan teliti.  Tujuannya supaya peserta dapat berpikir komputasional, analisis data, algoritma pemrograman dan etika KA sejak awal.
 Akhirnya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan untuk memasukkan pembelajaran koding dan KA sejak SD hingga SMA/SMK.


 Realisasinya akan dilakukan secara bertahap yaitu dua jam per minggu untuk SD (Kelas 5-6), SMP (kelas 7-9) dan SMA/SMK (kelas 10) dan SMA (kelas 11-12).   Untuk SMA bisa ditambahkan jam alokasi hingga 5 jam.


Metode pembelajaran dengan pendekatan problem based learning, problem based learning inkuiri dan gamifikasi, dengan media perangkat digital, platform online, modul interaktif dan alat nondigital.


Gurunya juga dilatih dalam bimbingan teknis pelatihan berbasis Learning Management System (LM) dan kompetensi pedagogik,  atau professional mengajar koding.

Bingkai waktu ersiapan dan Evaluasinya

Setiap proyek besar termasuk pengembangan kurikulum 2025/2026 harus punya bingkai waktu dan tahapan-tahapannya.   Dimulai dari persiapan penyusunan kurikulum dan pengembangan oleh semua stakeholder seperti guru, ahli pendidikan dan pelaku industri sesuai dengan perkembangan teknologi.


Pelatihan guru yang merupakan hal yang krusial terutama dalam koding .  Pelatihan ini sangat penting agar kurikulum dapat berjalan efektif.


Evaluasi Kinerja siswa:  Perlu diadakan penilaian kepada siswa yang telah menguasai keterampilan abad 21 , berpikir kritis, kreatif dan digital.

Evaluasi Pembelajaran berbasis teknologi:  Sejauh mana teknologi itu dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran  dan menyiapkan siswa sambut tantangan abad 21.


Umpan balik Guru dan orang tua:  Feedback dari kedua pihak sangat dibutuhkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan mutu nya dalam persiapan siswa .

Last but not least, implementasi persiapan siswa untuk menjawab tantangan Abad 21 bukan hanya tanggung jawab siswa dan guru, tetapi kita semua harus ikut mendukung dan berkontribusi.   Berikan support dalam setiap program dan selalu mendukung . Pendidikan BErmutu untuk Semua , termasuk saya dan Anda sekalian untuk "Indonesia Emas".

Sumber referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun