Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Artikel Utama

Belajar Resiliensi dari Penjaja Jajanan Pasar dan Pemulung

8 Desember 2021   20:03 Diperbarui: 20 Januari 2022   14:56 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangnya, saat pandemi, dia terpaksa berhenti karena pembeli yang sepi dan tak ada pendapatan yang masuk membuatnya dia memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.

Namun, tiba-tiba Siti muncul kembali dengan teriakannya yang khas. Saya bergegas ke luar rumah dan memanggilnya. Ternyata penampilannya sudah sangat berbeda.

Sepeda baru berwarna ungu muda dengan segala perangkatnya membuat dirinya jauh lebih ceria. Cerita yang mengharukan tercetus. Seorang ibu yang iba dan prihatin terhadap kesulitan hidupnya, memberikan hadiah sepeda sebagai alat untuk menawarkan dagangannya. 

Sepeda itu sangat penting bagi Siti. Dia tak perlu lagi bersusah payah berjalan kaki menyusuri dari satu gang ke gang lainnya. Bahkan saat hujan, saya melihat dirinya masih bisa berjualan dengan menaiki sepeda, dipasangkan payung yang ditegakkan di tengah stang sepedanya.

Pengembangan diri dan kemajuan itu menjadi langkah kecil untuk dirinya memperbesar harapan menatap masa depan, yang jauh lebih sulit dari mereka yang punya pendapatan tetap.

Belajar dari Pemulung

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Salah seorang dari pekerja non formal yang setiap hari saya jumpai adalah pemulung. Setiap kali saya selesai membeli sayuran dari aplikasi online, selalu ada tempat-tempat kemasan plastik, karton dos besar pembungkusnya.

Sampah inorganik ini saya kumpulkan dan saya berikan kepada pemulung. Saya mengenal pemulung itu awalnya dia juga selalu berjalan kaki dengan membawa kantong dari plastic besar untuk mengumpulkan semua barang-barang sampah.

Barang-barang sampah ini akan dipilah lagi dan dibersihkan dan dibawa ke pengepul. Jika beruntung, dia akan mendapatkan jam bekas, alat-alat elektronik bekas yang masih dapat dijual atau didaur ulang ke pengepul.

Selama pandemic, kegiatan pemulung lebih terbatas karena setiap gang di beberapa tempat tinggal /kluster ditutup atau dilarang untuk pemulung. Mereka tak boleh masuk ke pemukiman. Hal ini sangat berdampak bagi mereka.

Namun, setelah pandemi mereda, tiba-tiba pemulung yang saya ketahui itu sudah berubah . Dia tak berjalan kaki lagi, tapi dia menggunakn motor yang dimodifikasi, di depannya ada gerobak kecil untuk meletakkan barang-barang sampah inorganik yang dikumpulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun