Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menemukan Kebahagiaan Sejati dalam Berbagi

1 Desember 2020   16:10 Diperbarui: 1 Desember 2020   16:19 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak ekonomi  pelaku UMKM saat pandemi, yang pertama adalah permintaan atau penjualan merosot drastis akibat hilangnya daya beli masyarakat. Kedua adalah tidak adanya akses permodalan di Bank. Bank tak bisa berikan kredit karena  khawatir kredit yang dikucurkan akan macet. Ketiga adalah UMKM kehabisan modal  karena tidak ada pemasukan(cashflow masuk)  dari penjualan sementara pengeluaran atau biaya=biaya karyawan, sewa, pembelian bahan baku (cashflow keluar) tetap berjalan.

dokpri
dokpri
Salah satu UMKM yang terdampak itu Green Craft & Design,  Ibu Trias Putri Boerniat S, selaku pemilik bisnis dalam bidang handycraft, kerajinan tangan untuk alat rumah tangga, aksesori muslim, pernak-pernik untuk   wedding accessories yang terbuat dari cotton, valino, habutai, kain satin silk putih, brocard nylon, organdi dan dengan bordir yang sangat halus dan manik-manik.

Awal tahun 2020, teman saya ini masih bersemangat menyambut tahun baru dengan menyiapkan stok pernah-pernik aksesori ini dalam jumlah yang cukup besar. Alasannya untuk pameran dan persediaan bagi ekspor.

Tapi covid yang terjadi pada bulan Maret 2020, membuyarkan ekspektasinya, tak ada pembelian dan merosotnya permintaan ekspor bahkan tidak ada pameran dan acara wedding sama sekali.

Masalah yang timbul, stok barang menumpuk, karyawan yang terdiri dari pekerja yang terdiri dari tukang solder, tukang jahit, tukang cuci dan strika, quality control, marketing, minta agar tetap dipekerjakan.

Jeritan dari para karyawan ini membuat teman saya makin pusing.  Dia sudah mengeluarkan semua tabungan untuk bertahan, ingin sekali untuk PHK sebagian karyawannya. Namun, dia terbayang keluarga dari  karyawan yang sudah puluhan tahun mengabdi kepadanya.

Dia tak mau berputus asa , teman saya mencari alternatif lain . Kreativitas pun timbul saat sulit, teman saya ini membuat produk pandemi seperti masker "Beauty Flower "dan kursi sholat dengan penawaran diberikan dengan diskon kepada pembeli.

Saya sebagai teman baik, tentunya  sedih, belum bisa menolong, hanya bersikap "mendengar" keluhannya. Ingin berbagi tapi tidak menemukan bagaimana caranya menolong karena saya tidak berpengalaman dalam bidang pemasaran.

dokpri
dokpri
Tanpa tak sengaja ketika saya melihat di media sosial Instagram, Harian Kompas mengadakan suatu kegiatan untuk berbagi kepada teman atau UMKM yang sedang dalam kesulitan saat pandemi. Caranya dengan memposting jualan teman itu dengan caption menarik dengan hastag #JualanBarang Teman  .

Saya mengikuti program berbagi ini dengan senang hati. Saya mengumpulkan foto-foto produk yang lama, produk baru, membuat narasi yang menarik, bahkan video yang bagus juga diupload. Harian Kompas  menunjukkan apresiasi kepada saya saya atas unggahan jualan teman dengan mengirimkan merchandise.

Suatu kebahagiaan yang sebelumnya tak pernah saya pikirkan karena tujuan utama saya adalah menolong teman bukan soal apresiasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun