Berhubung stres ini berkaitan dengan milenial maka orangtua harus mengajarkan ketahanan jiwa:
- Mengajarkan Tahan banting
Banyak ditemukan bahwa para milenial zaman "now" tidak kuat menghadapi stres karena mereka itu sudah terdidik dalam kondisi yang berkecukupan dalam materi maupun hidupnya tak pernah sulit. Ketika mereka terdidik dengan hal-hal yang mudah maka ketika hal-hal sulit datang , mereka akan gampang sekali  rapuh , patah semangat dan tidak kuasa untuk mengatasi hidupnya.  Â
Oleh karena itu orangtua harus bersedia memberikan didikan yang sangat  lugas dengan memberikan gemblengan sejak kecil agar mereka tahan banting .  Tidak selalu mengabulkan permintaan atau keinginan anak .  Melatihnya agar anak bisa bijak dalam menginginkan sesuatu.
Memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana mengatasi stres yang datangnya bukan hanya dari luar tetapi juga dari dalam hati, jiwanya. Â Stres dari luar ketika dia mendapatkan kenyataan bahwa dunia di luar itu seperti di sekolah, teman atau tempat publik seringkali mendiskriminasikan orang berdasarkan ras, sosial ekonomi dan disabilitas . Â Anak harus mengantisipasi perlakuan yang membuatnya stres dan mempertimbangkan bahwa di semua tempat, orang yang kita kenal itu ada ruang-ruang untuk pembedaan. Â Agar kita tidak terpedaya dengan stres, anak harus mampu mengatakan bahwa dirinya orang lain boleh memperlakukan hal itu kepadaku tapi akau akan membuktikan bahwa aku bukanlah orang yang seperti dikatakannya. Berikan keyakinan kepada anak hal itu
Stres dari dalam jiwanya karena tekanan-tekanan sosial atau tekanan jiwa dimana anak tak bisa lagi mengakui bahwa jiwanya sedang kosong dan tak bisa lagi mentotelir lagi apa yang tak bisa dipahaminya. Ajarkan kepada anak untuk menyalurkan kepahitan dan kegetiran dan kekecewaan itu dalam doa yang diajarkan dalam agama yang dianutnya. Â Tidak mudah untuk mengatasi sendiri apabila rohnya pun ikut kosong.
- Belajar menerima kegagalan:
Tidak semua orang di dunia ini sukses karena sukses dimulai dari kegagalan yang terus diuji dan ditekuni sampai dia sukses. Â Ketika anak belajar tentang kegagalan, dia mengerti dan memahami bahwa dirinya juga harus menerima kegagalan itu sebagai hal yang lumrah bukan sesuatu yang besar dan berhenti bahkan kecewa.
Ketika anak bisa mengerti apa itu kegagalan dan memicu dirinya untuk terus belajar lagi menggapai sedikit demi sedikit sampai sukses maka anak tidak akan mengalami stres.
Gagal bukan berarti end of the world, tapi justru start of the world.Â
- Memberikan motivasi yang baik :
Orang yang sedang stres perlu pendampingan maupun penyuluhan . Ketika stres orang juga perlu didengarkan apa yang menjadi "uneg-uneg". Â Dengan adanya pendengar maka stres itu akan tersalurkan dan dia akan menjadi orang yang normal kembali.
Setiap orang butuh pendengar setia bukan orang yang justru menjatuhkan dirinya.