Mohon tunggu...
Haniffa Iffa
Haniffa Iffa Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Editor

"Mimpi adalah sebuah keyakinan kepada Tuhanmu, jika kau mempunyai keyakinan yang baik kepada Tuhanmu, maka kau akan bertemu dengan mimpimu." #Haniffa Iffa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kritis Boleh, Bodoh Jangan

18 Januari 2019   01:32 Diperbarui: 18 Januari 2019   02:42 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa jam yang lalu, kita telah melihat debat perdana capres dan cawapres. Dengan cepatnya, media sosial ramai akan komentar-komentar hasil dari perdebatan tentang HAM tersebut. Masing-masing kubu masih saja saling mencari-cari kesalahan dari apa yang telah dipaparkan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Meme-meme pun bermunculan. Komentar pedas seolah telah menjadi konsumsi para penggiat media sosial. Mulai dari facebook, instagram, bahkan twitter tak ingin kehabisan ruang untuk menunjukkan mana di antara mereka yang paling menarik untuk menjadi tempat beradu argumen. Tentu saja situasi semacam ini menjadi kesempatan emas bagi dalang-dalang yang gemar menyulut api permusuhan.

Ujaran kebencian seolah sudah menjamur di khalayak ramai. Orang-orang dengan kritisnya menuliskan apapun yang mereka pikirkan. Celakanya, tidak semua orang pandai untuk memilah dan memilih apa saja kata yang layak untuk menjadi konsumsi masyarakat. Akibatnya, keributan pun tak bisa dihindarkan. Si A dengan sigap mengomentari si C, lalu dibalas, lalu viral, lalu menjadi berita dan ditonton oleh seluruh dunia. Lalu apa selamanya akan terus seperti ini?

Lagi-lagi kedunguan itu terus dirawat dan dikembangbiakkan menjadi sebuah kebodohan yang hakiki. Seolah mungkin asyik melihat orang-orang beradu pendapat di media sosial. Namun apa kebodohan harus terus dipelihara? Untuk apa memanen kedunguan jika bisa memanen kecerdasan? Kritis dalam berpikir itu baik, bahkan sangat luar biasa, jika sesuai jalan yang benar.

Lalu bagaimana jika tidak sesuai dengan alurnya? Maka kita akan melihat kantor polisi yang sibuk dengan laporan tentang "pencemaran nama baik".  Seringkali kita menuliskan kata-kata yang tidak semestinya hanya karena terpancing oleh emosi sesaat. Berpikir dengan kepala dingin adalah salah satu cara untuk meredam amarah yang memunculkan caci maki dan ujaran kebencian antar sesama. Jika kita bisa saling merangkul, lalu untuk apa kita saling meludahi satu sama lain? Wallahu a'lam bisshowab.

Tangerang Selatan, 18 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun