Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bayang-Bayang di Balik Senyap

16 April 2025   10:58 Diperbarui: 16 April 2025   14:59 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayang-Bayang di Balik Senyap | pixabay

LAGU YANG TAK SELESAI

Bab 8 Bayang-Bayang di Balik Senyap

Kabut pagi menyelimuti Ambarawa, menggantung rendah seperti kerudung kelabu yang enggan tersingkap. Dari balik kawat berduri Camp Interniran 6, pagi datang bukan sebagai harapan, tapi sebagai pengingat bahwa waktu terus berjalan meski hidup seakan berhenti. Di antara barak-barak lembab dan bau anyir logam, Nora duduk bersandar, memeluk lutut dengan tangan gemetar, menggenggam sepotong roti singkong kering yang disimpannya sejak semalam.

Tapi bukan dingin yang membuatnya menggigil.

Pambudi tak muncul.

Biasanya, lelaki itu menyelinap dalam gelap, membawa sebotol air hangat, sepenggal kabar dari luar, atau sekadar seulas senyum yang menghangatkan lebih dari makanan. Namun pagi itu hening. Tak ada langkah mendekat. Tak ada bisikan dari pagar kayu dapur logistik. Hanya gumaman dari para penjaga yang begitu lirih, namun cukup untuk menggetarkan dinding hatinya:

"Ada pekerja lokal yang ditangkap semalam..."

Nora tak butuh nama. Hatinya tahu. Itu Pambudi.

Gemetar itu kini mengendap di dadanya. Ia duduk diam di tanah dingin, menahan air mata yang menggenang di pelupuk. Wajah lelaki itu hadir begitu jelas, mata yang selalu mencarinya di antara kerumunan, suara yang menyisipkan harapan dalam malam-malam yang penuh cemas.

"Kenapa kau begitu bodoh, Pam..." bisiknya pelan. "Kenapa kau membantu kami, saat kau tahu kau bisa dibunuh karenanya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun