Mohon tunggu...
Yuli Riswati (Arista Devi)
Yuli Riswati (Arista Devi) Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnalis

Purple Lover. I am not perfect but I am unique.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pro-kontra Pengibaran Merah Putih oleh Jaringan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong

18 Agustus 2014   07:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:16 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_319816" align="aligncenter" width="300" caption="Pengibaran Sang Saka Merah Putih"][/caption]

Untuk pertama kalinya pengibaran Sang Saka Merah Putih dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Idonesia ke-69 diselenggarakan oleh elemen non pemerintah RI di Hong Kong dan diikuti oleh 350-an Buruh Migran Indonesia (BMI). Sebenarnya acara yang sama pernah diadakan di tahun sebelumnya oleh organisasi Orang Indonesia (OI) Hong Kong namun dalam skala lebih kecil dan tidak resmi seijin pemerintah setempat.

Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, seperti halnya masyarakat di tanah air para BMI di Hong Kong memperingati HUT RI dengan beraneka macam perlombaan ala tradisional, dari makan kerupuk sampai balap kelereng. Tetapi untuk tahun ini, acara upacara pengibaran bendera di hari paling bersejarah bagi rakyat Indonesia ini sengaja digagas dan diadakan oleh Jaringan Buruh Migran Indonesia selain karena bertepatan pada hari Minggu yang merupakan hari libur mayoritas BMI, juga sebagai cara mengenang sejarah dan memaknai jasa para pejuang kemerdekaan.

[caption id="attachment_319819" align="aligncenter" width="300" caption="Upacara Bendera JBMI Hong Kong"]

140832656662960515
140832656662960515
[/caption]

Sayangnya acara yang seharusnya mendapat apresiasi positif, karena merupakan hak WNI dan bukti cinta anak negeri (tak peduli apapun status pekerjaannya) terhadap tanah airnya ini, sebelum dilaksanakan sudah menuai komentar-komentar negatif yang cukup pedas dari beberapa pihak yang kontra. Pihak yang kontra, yang sebenarnya sesama warga negara Indonesia yang tinggal di Hong Kong tersebut berkomentar atas nama hukum dan etika. Bahkan salah seorang komentator negatif menyebut para BMI yang akan mengadakan dan mengikuti upacara yang diadakan JBMI tersebut adalah orang-orang yang bodoh.

Sungguh hal ini merupakan bukti bagaimana diskriminasi pemikiran dan pandangan terhadap masyarakat Indonesia yang berstatus buruh migran dari sesama orang Indonesia sendiri masih sangat tinggi. Betapa mudahnya sebutan bodoh atau komentar yang merupakan penghinaan/pelecehan disematkan pada buruh migran Indonesia atas berbagai aksi atau kegiatan yang dilakukan tanpa perlu bertanya latar belakangnya atau berusaha memahami sedikit pun.

Kegiatan upacara pengibaran bendera yang diadakan oleh JBMI hari ini, merupakan kegiatan resmi dengan seijin kepolisian Hong Kong. Bahkan beberapa hari sebelum hari H, anggota JBMI yang mendapat tugas mengurus perijinan juga berdiskusi dengan pihak polisi dan menanyakan boleh atau tidaknya mengibarkan bendera merah putih sebagai simbolisasi perayaan hari kemerdekaan.

"Ketika kami tanyakan apakah kami boleh mengibarkan bendera dalam upacara, polisi justru menanyakan balik kepada kami, apa kami pernah ada masalah ketika menggunakan bendera dalam kegiatan demo dan acara-acara lainnya. Dan saya jawab tidak pernah, polisi bertanya kembali kenapa kami masih ragu dan perlu menanyakannya," ujar Eni Lestari dari JBMI.

Dari apa yang disampaikan Eni, bisa disimpulkan bahwa kegiatan yang diselenggarakan JBMI bukanlah tindakan bodoh, asal-asalan atau kegiatan cari sensasi seperti yang dituduhkan pihak yang kontra. Jika benar kegiatan upacara ini adalah bukti BMI tak punya etika, tak bisa menjunjung langit dimana kaki berpijak, mana mungkin mereka mengurus perijinan acara?

Dalam setiap kegiatan apapun, siapa pun berhak berkomentar. Tetapi setidaknya sebelum berkomentar, masing-masing komentator harus bisa memandang dari berbagai sisi agar tidak terkesan asal komentar. Bisa jadi komentar negatif dan sebutan bodoh hanya ditujukan kepada JBMI dan anggotanya, tetapi bisa saja menyakiti sesama BMI lainnya. Dan sebagai sesama BMI, penulis artikel ini pun merasa perlu menuliskan pemikirannya agar bisa dijadikan bahan penyeimbang dan evaluasi agar kedepannya, tidak terjadi hal yang sama.

HK, 17 Agustus 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun