Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Eksperimen Menulis Saya dengan ChatGPT

22 Januari 2023   13:55 Diperbarui: 22 Januari 2023   14:08 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis dengan ChatGPT: Yes or no? (Foto: Pexel.com)

Saya kemudian menyunting tulisan ChatGPT menjadi seperti berikut:

Kalau Anda seorang editor, guru atau dosen yang bergelut dengan tulisan, sangat penting untuk mengetahui cara mendeteksi sebuah tulisan yang dihasilkan oleh Kecerdasan Buatan (AI). Alasannya ialah karena kita harus memberikan ganjaran yang sesuai dengan upaya yang dikeluarkan oleh masing-masing penulis, siswa, atau mahasiswa yang harus Anda nilai karyanya.

Untuk mengetahui sebuah tulisan dihasilkan Kecerdasan Buatan atau manusia, Anda bisa melakukan saran-saran berikut ini.

Pertama, cermati tata bahasa dan ejaan. Meskipun ChatGPT berargumen bahwa AI saat ini cenderung lebih banyak membuat kesalahan tata bahasa dan ejaan, saya tidak sepakat karena justru kesalahan tata bahasa dan ejaan itu lebih banyak dibuat oleh penulis manusia, bukan AI. Jadi jika sebuah esai atau artikel yang Anda baca ada salah ketik (typo) atau tata bahasa yang kurang pas, bisa jadi malah itu karya yang otentik, bukan hasil produksi mesin. Ini berdasarkan pengalaman saya juga sebagai dosen bahasa Inggris dan penyunting sejak 2010.

Kedua, carilah kesamaan dengan artikel atau tulisan yang sudah dipublikasikan sebelumnya. Anda bisa memakai alat detektor plagiarisme yang tersedia di internet. Ada yang gratis, ada yang berbayar pula. Biasanya yang gratis ada batasan jumlah kata sehingga kurang leluasa. Anda cukup salin tempel (copy paste) tulisan yang Anda sedang cari tahu keasliannya ini ke detektor tersebut dan tunggu beberapa saat. Di akhir proses ini, alat detektor akan menunjukkan level kesamaan dengan artikel atau tulisan yang sudah ada atau sudah tayang di internet. Makin tinggi level plagiarismenya, tentu harus makin dicurigai.

Ketiga, perhatikan gaya bahasa yang dipakai. Gaya bahasa di sini artinya adalah gaya si penulis ini menyampaikan idenya kepada pembaca. Pilihan-pilihan katanya, idiom, analogi, lelucon atau contoh-contoh yang khas dan berbeda dari satu individu ke individu lainnya ini akan menunjukkan apakah sebuah tulisan hasil produksi AI atau manusia. AI tidak bisa memberikan anekdot-anekdot lucu atau menggelitik yang cuma bisa dibuat manusia karena AI tidak punya pengalaman sebagai manusia. Secerdas apapun, ia cuma mesin tanpa emosi. Maka dari itu, tulisan buatan manusia seharusnya membangkitkan emosi tertentu dalam diri pembacanya. 

Keempat, laksanakan telaah teknis dengan memakai alat bantu. Sebagaimana yang sudah saya kemukakan di poin kedua, para editor dan pengajar sudah harus mengakrabkan diri mereka dengan teknologi baru bernama AI ini agar bisa mengetahui modus operandi yang dipilih oleh penulis atau mahasiswa mereka. Ibaratnya, polisi mesti selangkah lebih maju dari masyarakat yang diayominya agar potensi kriminalitas bisa ditekan bahkan dicegah sedini mungkin. Tunjukkan bahwa Anda juga akrab dengan AI sehingga mahasiswa juga segan untuk menyalahgunakan AI di kelas Anda. Jangan malah Anda menutup diri dan memusuhi AI, karena dengan begitu Anda seakan menutup mata dan makin terseok-seok dalam pengembangan diri Anda sendiri. Padahal supaya terus relevan di dunia profesi kita saat ini, kita mesti terus belajar dan beradaptasi.

Nah, di sini saya mencoba untuk memodifikasi draft mentah tadi menjadi lebih 'manusia'. Dan saya juga bisa menyanggah jawaban si ChatGPT ini yang saya anggap tidak sesuai kenyataan dan pengalaman saya di lapangan. 

Jadi di sini saya tidak mentah-mentah menelan jawaban ChatGPT. Saya mencurahkan pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki selama ini agar tulisan ini lebih 'Akhlis'. Bukan mesin.

Secara etika, saya juga tidak menyembunyikan fakta bahwa saya menulis dengan bantuan AI. Transparansi inilah yang tidak akan membuat orang dicurangi.

Dan jika memang ada aturan larangan memakai AI harus ditegakkan pula sanksi untuk pelakunya. Jangan dibiarkan saja.

Nah sekarang bagaimana menurut Anda? Akankah Anda memakai ChatGPT dalam menulis? (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun