Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Menulis dengan Bantuan AI

24 Maret 2024   08:30 Diperbarui: 24 Maret 2024   09:22 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.pexels.com

Perkembangan AI belakangan ini kian pesat. Begitu banyak bermunculan teknologi asisten. Misalnya, ChatGPT, Perplexity, Google Bard, dan lain-lain.

Kemunculan jenis-jenis asisten tersebut memiliki banyak manfaat. Setidaknya, teknologi tersebut telah mempermudah pekerjaan kita. Kita tidak perlu terlalu pusing memikirkan ide. Tinggal sampaikan ke asisten itu, nanti akan dibantu secara otomatis.

Untuk dunia kepenulisan, AI itu juga sangat berguna. Kita dapat melakukan brainstorming ide dengan dibantu teknologi itu. Bahkan bila kita kesulitan untuk memulai tulisan, kita bisa minta buatkan. Nanti hasilnya bisa dijadikan alat pancing ide kita.

Jadi, sebaiknya AI kita jadikan sebagai brainstorming ide dan pemantik ide. Meskipun AI dapat membantu membuatkan tulisan yang kita inginkan, namun saran saya sebaiknya tidak menggunakan AI sepenuhnya.

Ada beberapa alasan yang mengapa saya menyarankan demikian. Pertama, AI itu membaca teks-teks yang telah dipublikasikan di Internet. Artinya, bila kita hanya copas dari AI maka tulisan kita tidak orisinil.

Bagaimanapun, teknologi tidak memiliki daya kreativitas. Dalam hal ini, manusia tetap lebih unggul karena untuk bisa menghasilkan tulisan, seseorang menyintesis dari banyak aspek. Dia akan mengingat dan merenungkan hasil bacaan, pengalaman, dan pandangan pribadi. Sementara AI tidak memiliki dua yang terakhir.

Kedua, AI tidak memiliki perasaan. Jadi, kita tidak perlu heran bila tulisan yang dihasilkan AI tampak kaku dan tak punya ruh. Sebab dalam menghasilkan tulisan, AI tidak melibatkan perasaan, karena memang tidak punya perasaan.

Sementara kita bila menulis melibatkan perasaan. Alhasil tulisan yang kita hasilkan mempunyai keunikan atau ciri khas tersendiri. Bukankah tulisan kita sedikit banyak merupakan cerminan diri kita?

Oleh karena itu, saya menyarankan gunakan AI sebagai pembantu saja. Pertama, bila kita merasa kesulitan mendapatkan atau mengembangkan ide, mintalah AI membuatkan kerangka naskah dari ide kita. Kemudian, kita sesuaikan dengan kebutuhan kita.

Kedua, bila kita kesulitan membuat atau memulai menulis artikel kita, mintalah AI membuatkan untuk kita. Jika menggunakan ChatGPT, refresh minimal tiga kali agar kita mendapatkan tiga artikel.

Kemudian artikel itu kita baca sehingga pikiran kita terpantik. Setelah itu, menulislah dengan bahasa kita sesuai pengetahuan, pengalaman, dan perasaan kita. Hindari menggunting salin artikel buatan AI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun