Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menilik Beragam Karakter Manusia Saat Krisis

11 April 2021   18:18 Diperbarui: 11 April 2021   18:21 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis sebagai sebuah ujian penguak karakter manusia. (Dok pribadi)

Yang lain berteriak: :"Matiin datanya!!!"

Entah apa itu membantu atau tidak, saya juga tidak tahu apakah benar mematikan koneksi internet saat hujan deras dan potensi petir tinggi bisa memperendah risiko tersambar petir. Tapi saya juga jadi was-was akhirnya. Untung saya tidak mendengarkan radio via ponsel juga saat itu. 

Karena kereta berhenti, listrik mati dan pendingin udara mati, sirkulasi udara juga mandek.

Di jalan Bendi Raya itu, gerbong kami masih tertahan entah sampai kapan sejak sekitar pukul 14:25.

Saya menebar pandangan ke sekitar, mencoba mengamati perilaku manusia-manusia tatkala krisis. Unik-unik.

Ada seorang remaja perempuan berjilbab yang memegang tiang lalu menangis dengan memegang tangan entah saudara atau temannya.

Ada lagi pria paruh baya yang menggerutu karena ada yang teriak-teriak panik. "Udah nyebut aja. Subhanallah. Masak muslim kayak gitu. Inget Allah..." 

Lalu ada juga yang saking syoknya, mulutnya terkunci, mukanya pucat dan tubuhnya limbung, ingin duduk. Matanya nanar, membelalak, seakan ingin bersiap akan datangnya kejutan berikutnya tetapi kok tidak ada juga. Tapi tetap saja syarafnya tegang dan seluruh tubuhnya bersiaga penuh padahal kondisi tak lagi genting.

Ada juga yang buru-buru minum untuk menenangkan diri. Biasanya memang tenggorokan tercekat dan terasa kering setelah mengalami insiden mengejutkan. Air diharapkan mampu memberikan kesejukan dan ketenangan kembali.

Di dalam krisis inilah hal-hal yang tak diizinkan sebelumnya kemudian dimaklumi. Orang berdekat-dekatan, lalu membuka masker masing-masing dan berbicara untuk meredakan ketegangan. Ini tidak bisa dihindari dan pertanyaannya menjadi:"Apakah masih manusiawi untuk menegakkan protokol kesehatan di saat segenting itu?"

Kemudian setelah krisis berakhir, kekacauan makin berekskalasi. Jendela-jendela dibuka agar sirkulasi udara lancar sekaligus memberi jalan untuk penumpang meminta warga sekitar membelikan air minum dalam kemasan karena mereka butuh minum setelah terjebak di dalam gerbong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun