Menurut sahabat saya itu, memimpin sebuah instansi dengan tradisi senioritas yang kental memang tidak mudah.Â
Ada tantangan besar, setiap personal untuk bekerja yang terbaik, melayani masyarakat akan kebutuhan informasi hasil kinerja ASN di lembaga itu.
Tentu, kalau semua staf, yang rata-rata lebih senior dari dia, lebih banyak di zona nyaman, Â lembaga pemerintah itu tidak bisa menampilkan perform yang terbaik untuk kepentingan masyarakat.
Padahal sebagai lembaga yang bonafit, kita dituntut kinerja yang optimal, apalagi tunjangan kinerja untuk itu juga gedhe. Masak, gak bisa berkarya.Â
Itu dia selalu tekankan untuk para stafnya, yang sekali lagi, rata-rata lebih senior dari sahabat saya itu, baik secara usia kedinasan maupun tahun lahir. Hehehe...
Dalam artikel saya sebelumnya, saya katakan dalam dunia kerja, selalu ada saja tantangannya. Senioritas, adalah salah satu tantangan itu.Â
Meskipun ada ungkapan the right man in the right place, namun secara kultur, tetap saja belenggu senioritas menjadi warna dan memiliki dinamikanya tersendiri.Â
Baca juga :Â Tantangan Fresh Graduate: Yang Muda, Yang Bijaksana
Sahabat saya itu pun mengalami, namun pada akhirnya, dia harus memilih jalan yang lurus, jalan yang dikehendaki sebagian besar pimpinan lain di tempat yang berbeda. Â
Suka tidak suka, kita memang harus mengambil posisi memimpin, meskipun para senior lebih banyak memiliki pengalaman daripada kita sendiri. Demikian katanya.Â
Di Artikel saya sebelumnya, beberapa poin yang harus kita ambil sebagai seorang pemimpin yang memimpin lebih banyak seniornya antara lain: bersikap profesional dan menjunjung tinggi proporsionalitas, bisa menjadi role model, tetap humble dan bersahabat dan saling peduli.Â