Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Syahdunya Senja di Laut Arafuru

12 Juli 2020   13:31 Diperbarui: 13 Juli 2020   19:07 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di antara Pulau Wasir dan Pulau Ujir, Kepulauan Aru. Sumber: Dok. Pribadi

Perdagangan mutiara sudah dikenal sejak abad 17 Masehi yang lalu. Para pedagang luar, menukarkan komoditinya di pasar tradisional Dobo, dengan komoditinya yang dibawa dari luar. Antara lain, pedagang dari Jawa, membawa beras. Pedagang dari Nusa Tenggara, membawa kain Timornya. 

Pedagang China, membawa keramiknya. Pedagang Sulawesi membawa peralatan dari logam, dan sebagainya. Semua itu berlangsung, sejak dahulu kala. Dan puncak keramaian perdagangan masa lalu, berkisar di abad 17 M. 

Konon, pedagang Jawa, sudah membawa beras ke Aru, bahkan sejak abad 14-15 M. Karena komoditi lokalnya, seperti mutiara dan bulu burung cendrawasih, atau pedagang Eropa menyebutnya bulu burung surga. Kepulauan Aru menjadi hasrat bagi kolonialisasi. Portugis dan Belanda, adalah dua Eropa, yang saling bergantian menguasai Kepulauan Aru. 

Kepulauan Aru lekat dengan perdagangan komoditi eksotik yang langka dan mahal. Saat ini, kepulauan Aru juga dikenal sebagai sentra produksi mutiara laut yang umum dikonsumsi pasar dunia. Juga hasil unggulan laut lainnya, seperti teripang dan telur ikan terbang juga diekspor dari Kepulauan ini. 

Bukan kebetulan  bukan, jika rekam sejarah menunjukan jenis-jenis komoditi yang disebut di atas telah diperdagangkan di wilayah ini, bahkan sejak awal masehi. Kenyataan yang membuat berdecak kagum,  setelah lebih dari dua ribu tahun, semua yang disebut tadi tetap menjadi komoditi unggulan hingga sekarang. 

D Kota Dobo, kita bisa memotret senja, di banyak tempat. Di keramaian dermaga juga bisa. Sambil menikmati senja, sambil melihat kesibukan bongkar muat kapal di pelabuhan. Anak-anak kecil, berlarian dan sesekali ada yang langsung melompat dan terjun ke pantai di dekat dermaga. Atau anda bisa memotret senja di bagian belakang penginapan. 

Memotret dari balik jendela kamar, tanpa harus keluar, kalau mau. Adakalanya, beberapa penginapan, memiliki beranda, di bagian yang menghadap ke pantai. Menghadap senja. 

Sambil menanti senja, sambil menyeruput kopi, kita dapat melihat pemandangan lalu lintas kapal masuk ke dermaga Kota Dobo. Bahkan di sepanjang hamparan laut yang biru, kita bisa melihat perahu-perahu dalam siluet senja. Juga deretan rumah-rumah di tepi pantai, sekaligus deretan pulau-pulau, laksana sketsa perspektif dalam sebuah lukisan. 

Senja di Pulau Wamar, Kepulauan Aru. Sumber: Dok. Pribadi
Senja di Pulau Wamar, Kepulauan Aru. Sumber: Dok. Pribadi
Ke arah bagian utara dari Pulau Wamar, ada Pulau Wokam, pulau terbesar di antara deretan pulau-pulau lain di Kepulauan Aru. Pulau Wokam adalah Pulau paling bersejarah.

Di Pulau Wokam, itulah ibukota pemerintahan masa Belanda berdiri. Di Pulau Wokam, ada peninggalan benteng Belanda, yang biasa dikenal masyarakat dengan sebutan Benteng Kota Lama.

Benteng ini dibangun pada tahun 1659. Benteng yang menandai berkuasanya kolonial Belanda di wilayah Kepulauan Aru. Benteng ini konon didirikan, sebagai pos penjaga, untuk mengawasi perdagangan gelap, penduduk lokal dalam misi perdagangan Pala dari Pulau Banda (soal Senja di Pulau Banda, tunggu artikel berikutnya ya.. hehehe). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun