Mohon tunggu...
Wulan Saroso
Wulan Saroso Mohon Tunggu... Lainnya - educator, mompreneur, sosio developer

istri dan ibu, pendidik informal, mompreneur, sosio developer suka membaca, menulis, bikin kue, berbagi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pajak dan Penjual Sandal

7 Oktober 2021   10:00 Diperbarui: 7 Oktober 2021   10:04 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kalau sedang makan di warung tenda, biasanya akan didatangi bermacam penampilan dari para pengemis, pengamen dan pedagang asongan. Pengamen dari modal serius dengan gitar atau biolanya hingga yang ala kadarnya berbekal tepuk tangan dan suara seadanya. Yang penting bersuara. Begitu juga pedagang asongan dengan segala rupa dagangannya. Sementara pengemis pun dengan model yang berbeda-beda.

Tiap orang punya persepsi sendiri menyikapi keberadaan mereka. Ada yang acuh, ada yang menolak, ada yang memberi, ada yang mengamati dan ada yang lain-lainnya. 

Saya termasuk di antara orang yang suka mengamati mereka yang kemudian jadi bahan perbincangan membandingkan antara pengemis, pengamen dan pedagang asongan.

Di persepsi saya, sebentuk penghargaan besar ingin disampaikan kepada para pedagang asongan. Pedagang asongan harus berusaha keras mendapatkan orang yang mau membeli dagangannya, baru kemudian bisa mendapatkan penghasilan. 

Pedagang asongan yang paling sering saya dapati adalah penjual sandal. Dengan harga sandal sekitar 20.000 rupiah hingga 50.000 rupiah, kurang lebih dia dapat keuntungan 5.000 rupiah sampai 15.000 rupiah per penjualan sandal. 

Jadi untuk mendapatkan penghasilan minimal 5.000 rupiah, dia harus berkeliling mendapatkan orang yang sedang butuh sandal baru. Kalau dari sisi hitungan statistik pemasaran, setidaknya dia harus berkeliling menawarkan ke sepuluh orang calon pembeli untuk bisa menjual satu pasang sandal.

Sementara pengamen dan pengemis, dengan bekal gaya dan penampilan lalu mengedarkan kantong 'tali asih' dapatlah minimal 2.000 rupiah dari satu kali penampilan. 

Sepuluh kali tayang dalam semalam, setidaknya minimal dapat 20.000 rupiah. Sementara penjual sandal masih harus berkeliling mendapatkan orang yang ingin membeli sandal baru. Itu pun untuk bisa menjual satu pasang sandal.

Sejatinya yang menjadi perhatiannya saya adalah begitu kerasnya kerja yang harus mereka lakukan demi mengumpulkan ribu demi ribu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Nilai seribu, dua ribu menjadi sangat berharga agar dapur bisa tetap ngepul dan kepala tak keliyengan karena menahan lapar. 

Sementara saat ini para wakil mereka alias wakil rakyat pun sedang membahas RUU tentang pajak yang akan memungut pajak ribu demi ribu dari kantong masyarakat, dengan diantaranya rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN).

Saat ini, sumber PPN terbesar berasal dari PPN dalam negeri, berupa konsumsi masyarakat, dan PPN impor, yang merupakan konsumsi bahan modal dan bahan baku bagi industri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun