Mohon tunggu...
Wulan Nur Diani
Wulan Nur Diani Mohon Tunggu... Siswi Sekolah Menengah Atas

Suka menulis hal-hal acak sedari kecil.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Pria itu Sama Saja

10 Februari 2025   11:28 Diperbarui: 10 Februari 2025   11:56 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin ini karena rasa cinta yang masih tersisa setelah bertahun-tahun berjalan bersama, atau mungkin karena rasa jengah yang telah membelenggu pikiranku; aku harus menemuinya hari ini juga.

Belum sempat buku jariku mengetuk pintu bercat putih itu, aku mendengar samar-samar derap langkah dari balik pintu yang seolah sudah tahu bahwa aku akan datang. Sesuai perkiraanku, pintu perlahan-lahan terbuka dan sosok cantik itu menyapaku dengan senyuman manisnya.

Aneh, pikirku. Biasanya wanita ini akan selalu mengerutkan dahinya dan mengerucutkan bibirnya yang mungil jika kami habis bertengkar. Apa mungkin dia sudah melupakan kejadian kemarin? Ya, memang seharusnya begitu. Tapi, aku tahu dia tak pernah begitu.

"Aku udah nunggu kamu dari tadi," ujarnya sembari meraih tanganku. "Kamu udah makan malem belum? Aku udah masak makanan favorit kamu, loh." lanjutnya sembari menarik ku perlahan masuk ke dalam rumahnya yang sedikit gelap.

"Mati lampu?" tanyaku singkat saat menyadari dia hanya menyalakan dua lilin di meja dan satu lampu di dapur. Dia hanya merespon dengen gelengan dan senyumannya yang semakin melebar; aneh.

"Ayo, duduk! Kamu mau minum apa? Kopi aja, ya. Aku lupa beli teh hijau kesukaanmu," jelasnya sembari menuntunku untuk duduk di salah satu kursi di dekat meja makan. "Oh, iya. Kamu mau kue? Aku sempet pesan cheesecake tadi siang." tawarnya yang membuatku hampir menaikan salah satu alisku.

"Gak usah, makasih." jawabku sembari menyicipi kopi yang sudah setengah dingin. Mungkin dia sudah menyiapkannya dari sebelum aku datang, maka dari itu kopinya sudah agak dingin.

"Tapi 'kan..." ujarnya sembari ragu-ragu dan menatapku dengan lekat-lekat. "Kamu mau buktiin kalo kamu beda dari yang lain." 

Kini kedua alisku terangkat dengan ekspresi setengah bingung dan setengah terperangah. "Maksudnya?" tanyaku setelah beberapa detik mencoba mencerna apa yang tengah ia maksudkan.

"Ini semua 'kan..." lanjutnya sembari menatap kearah makanan dan minuman di meja. "Makanan terakhir kamu." 

Kalimat terakhir yang keluar dari bibirnya kini membuat tubuhku hampir kaku saking kagetnya. Mataku yang melebar menatapnya dengan bingung, berusaha mencari tahu apakah ia hanya bercanda belaka atau...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun