Mohon tunggu...
Wahab Razaqul
Wahab Razaqul Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Selamat membaca perspektif pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Rakyat di Negara Demokrasi

9 Maret 2024   15:42 Diperbarui: 9 Maret 2024   16:23 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya teringat salah satu guru PKN waktu SMP, yang setiap mengajar selalu membuka pembelajaran dengan kalimat yang kira-kira seperti ini. "Kalian punya 2 peran di negara ini, yaitu sebagai warga negara yang baik, dan seorang pelajar." Selalu ada penekanan dalam kalimat itu.

Sebenarnya menjadi warga negara yang baik punya makna yang penting untuk dipahami. Tapi kita hanya bisa memahami itu kalau kita mengenal seperti apa bentuk negara kita. Setelahnya baru kita bisa menentukan seperti apa warga negara yang baik dalam konteks negara yang dibicarakan.

Sebagai konteks, kita harus mengenal Indonesia dengan sangat singkat. Jadi gini, ada zamannya kita Indonesia, dikuasai segelintir orang dan seluruh kekuasaan di dalam genggaman sang raja. Setelah Revolusi dan menjadi Republik Indonesia, kekuasaan dibagikan kepada seluruh rakyatnya yang sudah 'dewasa' untuk memimpin negeri ini bersama-sama. Setiap orang berkuasa. Setiap orang boleh menyatakan ke mana negara ini ingin menjelajah dan dengan cara apa. Walaupun ke mana dan dengan cara apa negara ini menjelajah tetap harus diputuskan oleh penguasa. Sistem inilah yang disebut demokrasi.

Dengan segala kelemahan dan keuntungan sistem ini, kita percaya, ini satu-satunya cara untuk menghindari pemerintah yang lalim tetap berkuasa. Penguasa yang lalim dapat dilengserkan, karena demokrasi menyediakan mekanisme untuk mencabut kekuasaan si penguasa.

Dalam negara demokrasi, seluruh warga negara berkewajiban untuk berpartisipasi dalam negaranya. Tentu demokrasi tidak memberikan hak untuk seorang warga memutuskan, tapi pendapat setiap warga harus diperhitungkan untuk menentukan arah keputusan. Ada cara yang dianggap paling mendasar untuk memastikan suara kita diperhitungkan dalam membuat keputusan, yaitu dengan menyuarakan pendapat. Hanya lewat bahasa, manusia bisa mengirimkan pikirannya ke pikiran orang lain. Inilah yang mengharuskan kebebasan penuh (tanpa batas) untuk setiap warga negara berpendapat. Karna itu adalah simbol kekuasaan rakyat. Tanpa kebebasan berpendapat, rakyat tidak punya kekuasaan.

Lalu apa yang membatasi kekuasaan rakyat itu? Atau sejauh apa rakyat bisa menggunakan kekuasaannya? Begini, ide tertentu punya akalnya sendiri. Ide tersebut, ada di dalam pikiran manusia. Ide berevolusi untuk mengembangkan dirinya sendiri dan menjalar ke dalam pikiran sebanyak mungkin orang dengan menggunakan alat yang kita sebut bahasa. Ide tersebut lalu akan berubah sedikit demi sedikit untuk penyesuaian dalam konteks masyarakat tersebut. Bila ide tersebut bersemayam ke sebanyak mungkin pikiran rakyat, dan terus membesar, maka pikiran tersebut akan menjalar dengan sendirinya hingga menuju jantung negara-yakni pemerintah. Bila itu terjadi, pemerintah harus merealisasikan ide yang sangat kuat tersebut, karna bila tidak, jantung negara akan jenuh, dan negara butuh pemulihan untuk menyembuhkan jantung tersebut. Hal ini pernah terjadi saat peristiwa Reformasi tahun 1998, di mana rakyat menuntut untuk mereformasi sistem pemerintahan.

Setiap warga negara dengan haknya berpendapat, akan mengeluarkan narasi-narasi untuk menyebarkan ide. Narasi akan terus menerus bersirkulasi. Bernarasi tujuannya untuk menyebarkan ide dan memprovokasi pikiran banyak orang. Dengan kata lain, bernarasi adalah proses menjalarnya suatu pikiran. 

Rakyat adalah narator sekaligus audiens dalam pasar ide. Dengan begitu, rakyat sangat vital dalam negara demokrasi. Ide-ide yang mendominasi dalam pasar ide, akan menuntun tangan pemerintah untuk menggerakkan setir ke arah ide itu berkehendak.

Sekarang, ada masalah. Pertama, apa syarat untuk suatu ide bisa dapat menyebar ke sebanyak mungkin pikiran? Kedua, bagaimana jika narasi yang berisi ide negatif yang mendominasi?

Suatu pikiran, untuk sampai kepada orang lain, dibatasi oleh kemahiran narator dalam bernarasi dan kemampuan audiens menangkap informasi tersebut. Setiap orang berperan sebagai narator, juga sebagai audiens. Untuk menangkap informasi dengan jernih dan bernarasi dengan jernih pula, dibatasi oleh sejauh apa kita mahir menggunakan alat yang disebut LOGIKA dalam melakukan penalaran. 

Ide harus selalu bersirkulasi dalam variasi yang masif, sehingga monopoli narasi yang berisi ide negatif terbendung. Semua orang bila mampu bernalar dengan baik, akan mampu menilai ide dan mampu menarasikan ide yang bertentangan. Dan kita tau, solusi dari semua permasalahan kemampuan bernalar ini, paling mungkin bisa dijawab dengan pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun