Memang ini berkaitan dengan penciptaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah. Tetapi apabila kitanya sendiri tidak memilki ketrampilan apa-apa, maka kesempatan kerja yang ada juga menjadi semakin sempit.
Contoh bila kita memahami Bahasa inggris, dan beberapa ketrampilan terkait dunia digital, saat kita bisa mencari pekerjaan WFH dari mana saja dari seluruh penjuru dunia.
Hal ini dilakukan oleh negara tetangga kita Malaysia, 25 persen dari anggaran pendidikan mereka diperuntukkan untuk vokasi. Sedangkan kita meski ada, tetapi bukan menjadi fokus, hanya jadi selipan program yang tidak jelas hasilnya.
Sekolah vokasi tidak harus 3 tahun juga seperti SMK, bisa dibuat modular beberapa ar bulan sesuai kebutuhan keterampilan yang dibutuhkan dan bisa diikuti segala usia.
Kesempatan kerja menjadi terbuka seluas-luasnya, karena rakyat sekarang dapat mempelajari keterampilan apapun yang sedang dibutuhkan di lapangan, baik itu pekerjaan offline (bengkel dll), maupun online dan bahkan mengisi banyak lowongan kerja di luar negeri.
Mereka tidak lagi pasif menunggu saja lapangan pekerjaan datang, tetapi aktif belajar keterampilan baru dan mencari peluang dimana saja.
Negara ini bisa collapse, bukan hanya karena hutang yang banyak, tetapi juga karena SDM yang rendah. Kita tidak hidup sendirian di dunia, globalisasi telah terjadi, lapangan pekerjaan diperebutkan bukan hanya oleh orang di daerah yang sama lagi, tapi dunia.
Apabila kita tidak ingin menjadi bulan-bulanan dan dijajah secara ekonomi oleh negara lain terus, maka pendidikan adalah jalan satu-satunya.
Sayangnya mungkin masih banyak pejabat dan wakil rakyat yang lebih senang rakyatnya berSDM rendah supaya tidak bisa berpikir untuk protes, demo dan minta apa-apa lagi.
Mereka tidak sadar bahwa mereka sedang membangun BOM WAKTU pengangguran dan masalah sosial, atau mereka sadar dan berpikir yang penting tidak meledak di periode saya saja?
by WongCilik