Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kampanye Terakhir Capres, Adu Massa di JIS dan di GBK?

9 Februari 2024   09:56 Diperbarui: 9 Februari 2024   10:01 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JIS, salah satu lokasi kampanye terakhir pasangan capres-cawapres (Sumber: kompas.com)

Sabtu, 10 Februari adalah hari terakhir kampanye Pemilu 2024. Masa kampanye yang dimulai pada tanggal 28 November 2023 lalu tak terasa sebentar lagi akan berakhir.

Para calon anggota legislatif (caleg) dan partai politik, termasuk para calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) dipastikan akan memaksimalkan usaha dan upaya untuk menggaet massa di hari kampanye terakhir tersebut.

Terutama bagi pasangan capres-cawapres, hari terakhir kampanye sepertinya akan dijadikan ajang show of force. Mereka akan mendatangkan massa dalam jumlah besar di hari kampanye terakhir tersebut.

Paslon (pasangan calon) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar akan menutup masa kampanye mereka di JIS (Jakarta International Stadium).

Sementara paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran dan paslon nomor urut 3 Ganjar-Mahfud masing-masing akan berkampanye di GBK (Gelora Bung Karno) dan di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah.

Ketiga paslon memilih tempat kampanye terakhir mereka tentu memiliki maksud dan tujuan, serta pesan yang akan disampaikan. Mereka tidak asal memilih tempat untuk kampanye terakhir mereka.

Paslon nomor urut 1 memilih JIS sebagai tempat kampanye terakhir mereka karena memang JIS identik dengan nama Anies Baswedan. JIS adalah salah satu karya monumental Anies Baswedan kala bertugas sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Anies sendiri mengatakan dipilihnya JIS sebagai tempat kampanye terakhir karena ingin mengirimkan pesan bahwa dari awal Indonesia memiliki orang-orang hebat yang mampu membangun bangunan semegah JIS tanpa melibatkan tenaga kerja asing.

Anies juga ingin memberikan pesan bahwa bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki kekuatan sendiri untuk bergerak. Bangsa Indonesia memiliki kemampuan, hanya tinggal kesempatannya ada atau tidak.

Kemudian paslon nomor urut 2 memilih GBK sebagai tempat kampanye terakhir mereka karena mungkin ingin mengulang sukses Presiden Jokowi pada Pilpres 2019. Saat itu Jokowi sebagai incumbent melakukan kampanye terakhir di GBK.

Massa yang hadir saat itu luar biasa banyak. Dan akhirnya Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin kembali  terpilih sebagai Presiden RI untuk kedua kalinya.

Kesuksesan Jokowi tersebut tentu ingin diduplikasi oleh paslon nomor urut 2. Paslon nomor urut 2 juga berharap bisa terpilih sebagai Presiden RI selanjutnya.

Terakhir paslon nomor urut 3 memilih Jawa Tengah sebagai tempat kampanye terakhir karena mereka tentu saja ingin mempertahankan basis massa mereka yang sebelumnya "diobok-obok" oleh kampanye masif paslon nomor urut 2.

Jawa Tengah dikenal sebagai "kandang banteng". Paslon nomor urut 3 tentu tidak ingin kandang mereka beralih jadi kandang yang lain.

Paslon nomor urut 3 relatif leluasa berkampanye di hari terakhir mereka karena tidak berdekatan dan bersamaan dengan paslon nomor urut lain.

Hal itu berbeda dengan paslon nomor urut 1 dan paslon nomor urut 2. Sebab kedua paslon itu berkampanye di lokasi yang berdekatan dan bersamaan. Paslon nomor urut 1 di JIS dan paslon nomor urut 2 di GBK.

Baik JIS atau pun GBK keduanya berada di Jakarta. Jarak antara JIS dengan GBK kurang lebih sekira 20 kilo meter.

Jarak tempat kampanye yang relatif dekat tentu akan membuat suhu udara Jakarta semakin memanas. Memanas dalam makna kiasan dan makna sebenarnya.

Paslon nomor urut 1 dan paslon nomor urut 2, keduanya tentu ingin menunjukkan masing-masing memiliki pendukung yang banyak. Keduanya pasti akan show of force habis-habisan dengan mengerahkan massa.

Salah satu dari paslon itu tentu tak ingin kehilangan muka ketika massa yang hadir dikatakan lebih sedikit daripada paslon lainnya. JIS dan GBK akan dipenuhi oleh massa pendukung kedua paslon.

Akan tetapi sebanyak apa pun massa pendukung yang datang, baik ke JIS atau GBK, termasuk ke Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, tidak bisa diklaim sebagai kekuatan massa pemilih yang sesungguhnya.

Ketika salah satu paslon dihadiri massa yang sangat banyak, belum tentu paslon itu akan mendapat dukungan pemilih yang lebih banyak dari paslon lainnya pada hari H pemilihan. Massa yang datang tidak menggambarkan jumlah pemilih yang sesungguhnya.

Klaim paslon bahwa mereka mendapat dukungan banyak massa pemilih evidence nya adalah di bilik suara, bukan di tempat kampanye.  

Jadi, ketika salah satu paslon dihadiri banyak massa pendukung, baik di JIS, GBK, atau Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, jangan terlalu euforia. Mereka mungkin hanya massa "yang hadir", bukan massa "yang memilih".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun