Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemampuan Berbahasa dan Komunikasi Seorang Pemimpin

9 November 2022   07:57 Diperbarui: 9 November 2022   18:44 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gambar oleh diema dari Pixabay 

Salah seorang filsuf paling berpengaruh Abad 20 dan memiliki kontribusi besar terhadap filsafat bahasa, Ludwig Wittgenstein pernah mengatakan bahwa "the limits of my language, mean the limits of my world" (batas bahasaku adalah batas duniaku).

Apa yang dikatakan Wittgenstein benar. Bahasa adalah batas wawasan dan pengetahuan kita. Sebab kita akan tahu tentang sesuatu hanya jika kita memahami bahasa tentang sesuatu itu.

Kita tidak mungkin tahu isi buku berbahasa Inggris tentang politik, ekonomi, seni, atau yang lain misalnya, jika kita tidak tahu dan memahami bahasa Inggris. Kita baru akan tahu isi buku tersebut jika ada orang yang menjelaskan dalam bahasa yang kita fahami.

Dengan demikian orang yang memahami bahasa lebih banyak dipastikan akan memiliki wawasan dan pengetahuan lebih banyak. Sebaliknya orang yang memiliki kemampuan berbahasa lebih sedikit akan memiliki wawasan dan pengetahuan lebih sedikit.

Saya orang Sunda. Saya tidak memiliki kemampuan berbahasa daerah lain. Oleh karena itu saya tidak memiliki banyak wawasan dan pengetahuan dari daerah lain, kecuali jika ada yang menjelaskan dalam bahasa yang saya pahami.  

Saya juga juga akan mengalami kendala komunikasi ketika berbicara dengan saudara dari daerah lain, yang tidak paham atau mengerti bahasa Indonesia.

Hal itu pernah saya alami ketika bertugas sebagai petugas haji di Arab Saudi. Suatu waktu ada seorang perempuan tua tersesat di sekitar hotel tempat saya bertugas. Dia sama sekali tidak paham dan tidak mengerti bahasa Indonesia.

Saya ajak berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, dia hanya melongo. Kemudian saya coba ajak bicara dengan menggunakan bahasa daerah saya bahasa Sunda. Dia lebih melongo lagi.

Perempuan itu hanya bisa berbicara dalam bahasa daerahnya. Kemudian dia balik berbicara sambil menggunakan isyarat tangan. Giliran saya yang melongo, tidak paham dengan apa yang dia komunikasikan.

Akhirnya saya arahkan perempuan tua yang tersesat itu ke petugas lain yang paham bahasa yang digunakan olehnya. Kebetulan rekan petugas yang paham bahasa itu berasal dari daerah yang sama dengan perempuan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun