Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Kata-kata, Menjaga Etika

8 Mei 2022   10:31 Diperbarui: 8 Mei 2022   11:31 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akan memulai hal ini dari sebuah pengandaian. Seandainya suatu waktu ada seseorang yang "baik hati", "jujur", dan "pemurah" memberi kita sejumlah barang berharga. Akan tetapi ketika memberikan barang berharganya orang tersebut sambil mengeluarkan kata-kata yang kotor dan kasar, bagaimana perasaan dan sikap kita?

Misalnya, orang itu ketika memberikan barang berharganya sambil berkata, "Nih ambil Bre***ek!" Atau dia berkata, "Hei kamu mau tidak aku kasih ini, go**ok, t**ol?".  Dan lain-lain.

Saya yakin (minimal keyakinan itu untuk saya sendiri) walau pun kita perlu atau menginginkan barang yang berharga yang diberikan orang itu, tapi dengan cara seperti itu kita akan merasa tersinggung. Malah sangat mungkin kita akan merasa terhina. Sangat wajar pula jika kemudian kita marah karenanya.

Jangankan dengan kata-kata kotor dan kasar yang eksplisit seperti itu, dengan kata-kata sindiran saja kita juga pasti akan tersinggung (kalau kita ngeuh). Misalnya kita sering bertamu ke rumah seseorang. Suatu waktu sang tuan rumah berkata seperti ini, "Ih kucing ini bolak-balik terus ke sini, ganggu saja..."

Kata-kata adalah bagian dari etika. Sebab kata-kata yang kita ucapkan untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain mengandung nilai, baik atau buruk. Oleh karena itu kita harus bisa memilah dan memilih kata-kata ketika berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.

Saya termasuk orang yang kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa orang itu yang penting hatinya baik dan perilakunya baik. Masalah ucapan atau kata-katanya tidak baik, kotor atau kasar tidaklah masalah.

Dalam ajaran Islam, hati manusia itu diibaratkan sebagai raja. Sedangkan anggota badan lain adalah prajuritnya. Sikap dan perilaku prajurit tentung akan sangat tergantung kepada sang raja.

Kalau sang raja baik, maka semua prajurit akan baik. Sebaliknya jika sang raja tidak baik, maka semua prajurit akan tidak baik.

Secara sederhana, hati juga bisa diibaratkan teko. Kalau teko berisi air bening, maka yang keluar adalah air bening. Kalau teko berisi air teh, maka yang keluar adalah air teh. Kalau teko berisi air kopi, maka yang keluar adalah air kopi. Dan sebagainya.

Dengan demikian baik atau tidak baiknya seeorang bisa dilihat dari sikap dan perilakunya. Termasuk dalam hal ini dari kata-kata ucapan yang sering dikeluarkan oleh lisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun