Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menerapkan Gaya Hidup Hemat untuk Mendukung Net-Zero Emissions

24 Oktober 2021   15:03 Diperbarui: 24 Oktober 2021   15:07 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi emisi karbon dioksida yang diproduksi kendaraan berbahan bakar fosil (sumber : kompas.com)

Kita semua memiliki tanggung jawab atas "kesehatan" bumi yang kita diami bersama ini. Oleh karenanya masing-masing dari kita harus memberikan kontribusi agar bumi ini tetap sehat dan lestari.

Salah satu hal yang dapat merusak "kesehatan" bumi adalah emisi karbon yang berlebihan. Sebab hal tersebut dapat menyebabkan dampak besar berupa pencemaran udara, pemanasan global, rusaknya atmosfer, dan perubahan iklim yang tidak menentu. Akibatnya akan terjadi  bencana banjir, kekeringan, atau bencana lainnya.

Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon. Salah satu jenis gas dari emisi karbon adalah CO2 alias karbon dioksida.  

Dalam kehidupan sehari-hari, karbon dioksida ini dihasilkan dari banyak hal. Seperti dari pembakaran bahan bakar (solar, bensin, dan lain-lain), kayu, daun, gas LPG (Liquefied Petroleum Gas), sampah, listrik, dan sebagainya.

Menihilkan produksi emisi karbon dioksida atau tak memproduksi sama sekali emisi karbon dioksida dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang tidak mungkin. Sebab secara alamiah, alam sendiri juga memproduksi karbon dioksida.

Termasuk dalam hal ini tubuh manusia. Secara alamiah, tubuh manusia memproduksi karbon dioksida. Setiap saat manusia bernafas dan karenanya secara otomatis menghasilkan emisi karbon dioksida.

Dalam banyak hal, karbon dioksida justru dibutuhkan oleh alam dan manusia. Seperti untuk proses fotosintesis, untuk pembuatan makanan dan minuman, untuk pemadam kebakaran, untuk proses pengelasan, atau sebagai bahan bakar dan energi listrik. 

Selain itu, emisi karbon dioksida dalam kadar normal tidak membahayakan karena dengan sendirinya secara alamiah akan diserap kembali oleh alam. Emisi karbon dioksida akan diserap oleh pohon, laut, dan tanah.   

Jadi dalam kadar tertentu, yakni kadar yang normal, karbon dioksida dibutuhkan oleh alam dan manusia. Hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam hal ini adalah mengendalikan emisi karbon dioksida supaya jumlahnya tidak berlebihan, kadarnya tetap normal.

Saat ini di hampir seluruh belahan dunia, terutama di negara-negara maju telah terjadi produksi emisi karbon dioksida yang sangat tinggi. Banyaknya jumlah kendaraan, menjamurnya pabrik-pabrik industri, atau rusaknya jutaan kilometer kubik hutan, dan banyak hal lainnya menjadi penyumbang utama tingginya produksi emisi karbon dioksida.

Hal itu tentu menjadi ancaman serius bagi "kesehatan" bumi. Sebab hal tersebut dengan sendirinya akan membahayakan kehidupan manusia sebagai penduduk bumi.

Menyadari hal tersebut, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Iklim yang diselenggarakan di Paris, Perancis, pada tahun 2015 sebanyak 195 negara membuat suatu kesepakatan untuk menurunkan emisi karbon. Kesepakatan itu disebut sebagai Paris Agreement (Kesepakatan Paris).

Isi kesepakatan itu adalah mewajibkan negara-negara industri dan maju untuk menerapkan Net-Zero Emissions (nol-bersih emisi) paling lambat pada tahun 2050. Net-Zero Emissions bukan berarti suatu negara tidak memproduksi emisi.

Net-Zero Emissions berarti karbon negatif. Emisi yang diproduksi bisa diserap oleh alam dan tidak ada yang menguap hingga ke atmosfer. Hal itu bisa terjadi jika emisi yang diproduksi tidak berlebihan dan karenanya alam (pepohonan, lajut, tanah) bisa menyerap emisi tersebut, sehingga tidak sampai menguap ke atmosfer.  

Indonesia sebagaimana halnya negara lain memiliki komitmen yang sama dalam menekan produksi emisi dengan menerapakan Net-Zero Emissions. Hanya saja target Indonesia bukan tahun 2050, melainkan tahun 2060.

Langkah kongkrit yang akan dijalankan oleh pemerintah Indonesia dalam mengejar penerapan Net-Zero Emissions di tahun 2060 antara lain dengan menambah jumlah pembangkit listrik yang berasal dari EBT (Energi Baru Terbarukan), yakni dengan membangun banyak PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).

Selain itu pemerintah Indonesia secara bertahap akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil di berbagai sektor. Salah satunya Indonesia bersiap meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil mulai tahun 2040.  

Sebagai warga masyarakat dan penduduk bumi, kita juga memiliki tanggung jawab untuk ikut mendukung penerapan Net-Zero Emissions. Hal yang bisa kita lakukan mungkin sesuatu yang kecil, tapi akan berdampak besar. Kita bisa ikut mendukung penerapan Net-Zero Emissions dengan cara menerapkan "Gaya Hidup Hemat".

Gaya hidup hemat secara sederhana bisa diartikan sebagai gaya hidup yang sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Dalam bahasa lain gaya hidup hemat bisa artikan sebagai gaya hidup seperlunya.

Gaya hidup hemat yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk ikut mendukung penerapan Net-Zero Emissions, mungkin bisa kita mulai dari hemat dalam hal makanan, penggunaan energi listrik, dan penggunaan kendaraan bermotor.

Pertama, hemat dalam hal makanan. Sebisa mungkin kita jangan pernah menyiapkan atau mengambil makanan kalau sekiranya makanan tersebut tidak akan habis dimakan.

Kalau kebutuhan makanan per hari dalam suatu rumah tangga cukup dengan bujet Rp. 100-200 ribu saja misalnya, maka jangan menambahnya menjadi Rp. 300 ribu. Sebab hal itu akan melebihi kebutuhan.

Ketika melebihi kebutuhan, makanan tidak akan "terserap" oleh anggota keluarga. Dengan begitu makanan akan tersisa dan menjadi sampah.

Demikian pula ketika kita mengambil makanan, sebaiknya disesuaikan dengan "kapasitas" perut kita. Kalau perut kita hanya mampu menampung makanan sebanyak satu piring, maka kita jangan mengambil lebih dari itu. Sebab makanan akan tersisa di piring dan menjadi sampah.

Sampah makanan yang menumpuk akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan  emisi karbon. Sampah makanan dari suatu rumah tangga memang sedikit. Tapi kalau banyak rumah tangga melakukan hal yang sama, tidak terbayang akan berapa banyak sampah yang bertumpuk dan menjadi sumber emisi karbon.    

Kedua, hemat dalam penggunaan energi listrik. Penggunaan energi listrik tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk penerangan, menggerakkan alat elektronik, atau untuk hal lainnya. Penggunaan energi listrik ini menghasilkan emisi karbon dioksida.

Sebagai gambaran, untuk penggunaan lampu berdaya 10 watt yang dinyalakan selama 1 jam, menghasilkan karbon dioksida sebanyak 9,51 gram. Kalau lampu jumlahnya lebih banyak dan dinyalakan dalam durasi yang lebih panjang, tentu akan semakin banyak lagi karbon dioksida yang dihasilkan.

Oleh karena itu untuk menekan produksi emisi karbon dioksida, kita bisa menghemat penggunaan energi listrik. Kita tidak perlu menyalakan lampu atau alat elektronik listrik lainnya jika sekiranya kita tidak terlalu memerlukannya.

Ketiga, hemat dalam penggunaan kendaraan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil, baik bensin atau pun solar menghasilkan emisi karbon dioksida. Sedikit atau banyaknya emisi karbon dioksida yang dihasilkan tergantung waktu dan jarak tempuh kendaraan.

Sebagai gambaran, perjalanan sejauh 1 kilo meter akan memproduksi emisi karbon dioksida sebanyak 200 gram. Itu dari satu kendaraan dengan jarak 1 kilo meter saja. Jika ada jutaan kendaraan yang terus bergerak dalam waktu sehari semalam, emisi karbon dioksida yang dihasilkan tentu akan sangat banyak.

Oleh karena itu kita bisa berperan ikut menekan produksi emisi karbon dioksida dengan cara meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor. Kalau kita bisa menggunakan sepeda motor, mengapa harus menggunakan mobil?

Kalau kita bisa menggunakan sepeda, mengapa harus menggunakan sepeda motor? Bahkan kalau suatu tempat bisa kita jangkau dengan berjalan kaki, mengapa tidak kita melakukannya?

Selain ketiga hal tadi, tentu masih banyak hal lainnya yang bisa kita lakukan untuk ikut menekan produksi emisi karbon dioksida. Misalnya mengurangi penggunaan kertas, mengurangi penggunaan plastik, mengurangi konsumsi minuman berkarbonasi, dan sebagainya.

Kita jangan pernah berfikir bahwa apa yang kita lakukan itu merupakan hal yang kecil atau sepele. Kalau semua orang melakukan hal yang sama, maka dampaknya akan menjadi luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun