Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menerapkan Gaya Hidup Hemat untuk Mendukung Net-Zero Emissions

24 Oktober 2021   15:03 Diperbarui: 24 Oktober 2021   15:07 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kebutuhan makanan per hari dalam suatu rumah tangga cukup dengan bujet Rp. 100-200 ribu saja misalnya, maka jangan menambahnya menjadi Rp. 300 ribu. Sebab hal itu akan melebihi kebutuhan.

Ketika melebihi kebutuhan, makanan tidak akan "terserap" oleh anggota keluarga. Dengan begitu makanan akan tersisa dan menjadi sampah.

Demikian pula ketika kita mengambil makanan, sebaiknya disesuaikan dengan "kapasitas" perut kita. Kalau perut kita hanya mampu menampung makanan sebanyak satu piring, maka kita jangan mengambil lebih dari itu. Sebab makanan akan tersisa di piring dan menjadi sampah.

Sampah makanan yang menumpuk akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan  emisi karbon. Sampah makanan dari suatu rumah tangga memang sedikit. Tapi kalau banyak rumah tangga melakukan hal yang sama, tidak terbayang akan berapa banyak sampah yang bertumpuk dan menjadi sumber emisi karbon.    

Kedua, hemat dalam penggunaan energi listrik. Penggunaan energi listrik tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk penerangan, menggerakkan alat elektronik, atau untuk hal lainnya. Penggunaan energi listrik ini menghasilkan emisi karbon dioksida.

Sebagai gambaran, untuk penggunaan lampu berdaya 10 watt yang dinyalakan selama 1 jam, menghasilkan karbon dioksida sebanyak 9,51 gram. Kalau lampu jumlahnya lebih banyak dan dinyalakan dalam durasi yang lebih panjang, tentu akan semakin banyak lagi karbon dioksida yang dihasilkan.

Oleh karena itu untuk menekan produksi emisi karbon dioksida, kita bisa menghemat penggunaan energi listrik. Kita tidak perlu menyalakan lampu atau alat elektronik listrik lainnya jika sekiranya kita tidak terlalu memerlukannya.

Ketiga, hemat dalam penggunaan kendaraan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil, baik bensin atau pun solar menghasilkan emisi karbon dioksida. Sedikit atau banyaknya emisi karbon dioksida yang dihasilkan tergantung waktu dan jarak tempuh kendaraan.

Sebagai gambaran, perjalanan sejauh 1 kilo meter akan memproduksi emisi karbon dioksida sebanyak 200 gram. Itu dari satu kendaraan dengan jarak 1 kilo meter saja. Jika ada jutaan kendaraan yang terus bergerak dalam waktu sehari semalam, emisi karbon dioksida yang dihasilkan tentu akan sangat banyak.

Oleh karena itu kita bisa berperan ikut menekan produksi emisi karbon dioksida dengan cara meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor. Kalau kita bisa menggunakan sepeda motor, mengapa harus menggunakan mobil?

Kalau kita bisa menggunakan sepeda, mengapa harus menggunakan sepeda motor? Bahkan kalau suatu tempat bisa kita jangkau dengan berjalan kaki, mengapa tidak kita melakukannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun