Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Long Life Learner

Hi, welcome to my universe! Exploring self-development and social issues, from science to digital marketing. Believing that thoughts shape actions, I strive to inspire positive change through impactful narratives.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Keluar dari Kemiskinan: Tetapkan Tujuan dan Jadi Pemimpin untuk Diri Sendiri

9 Desember 2024   16:50 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:11 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kemiskinan (Sumber: Freepik)

Cara keluar dari kemiskinan merupakan topik yang sering dibahas dan banyak dicari. Berbicara kemiskinan bukan sekadar membahas uang, tetapi juga tentang pola pikir dan tindakan. Kita sudah sering melihat fenomena bahwa 'miskin' itu berasal dari pikiran.

Misalnya, kampung di Tuban yang sempat viral karena menjadi kampung miliarder dadakan, setahun kemudian ramai dibicarakan karena melakukan demo di depan kantor Pertamina karena menyesal telah menjual tanah setelah uang habis terpakai.

Berdasarkan salah satu keterangan pendemo, beliau mendapatkan ganti untung 2,5 miliar untuk tanah 2 hektar, namun hanya dalam satu tahun, uang tersebut entah pergi kemana. Apakah ini perihal nominal uang? Tidak, ini ada pola pikir dan tindakan.

Banyak orang tetap menjadi 'miskin; sekalipun memiliki banyak uang. Namun, kali ini kita membahas tentang 'kondisi miskin' yang berdasarkan BPS sebanyak 25,22 juta orang merupakan penduduk miskin pada Maret 2024.

Apakah ada peluang untuk seorang yang lahir dari keluarga miskin keluar dari kondisi miskin dan mematahkan rantai kemiskinan ke generasi selanjutnya? BISA, dengan menukar kenyamanan dan kesenangan yang dimiliki.

Baca juga: Poverty Paradox, Lingkaran Setan antara Kemiskinan dan Kemajuan

Saya tidak membicarakan kenyamanan dalam bentuk liburan, tidur di kasur empuk, rumah berAC, bukan dalam konteks tersebut karena orang miskin tidak memiliki uang untuk berlibur, untuk membeli kasur yang nyaman atau AC.

Tapi, kenyamanan bagi orang miskin adalah menerima keadaan dan tidak perlu berusaha mengubah keadaan dengan dalil "ini adalah takdir". Takdir, kerap kali menjadi kambing hitam untuk orang miskin menikmati 'kenyamanan' tanpa perlu berusaha lebih keras, sangat keras, untuk memiliki harapan bahwa ada takdir yang bisa diubah, termasuk mengubah kemiskinan.

Apalagi, hidup menjadi orang miskin di Indonesia erat dengan 'kesenangan', ya kesenangan mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, termasuk selalu mendapatkan bantuan, seperti bantuan sosial baik dari pemerintah, swasta, atau personal.

Mari kita lihat bagaimana pemerintahan Singapura memperlakukan mereka yang miskin. Dilansir dari money.kompas, pemerintah Singapura menetapkan kriteria ketat untuk mendapatkan bantuan hunian. Indonesia? Tentu Anda bisa menjawabnya bukan, termasuk mudah sekali untuk dikorupsi.

Tidak hanya itu, berdasarkan cerita dari teman saya yang tinggal disana, pemerintah Singapura 'menyembunyikan' mereka yang homeless atau tidak memiliki tempat tinggal dengan 'memaksa' aktif mulai pagi sampai petang, atau jam 7 pagi hingga 10 malam.

Alhasil, cara ini ampuh untuk membentuk karakter masyarakat Singapura agar bisa memanage hidup dengan baik, terbukti berdasarkan statistik menyebutkan bahwa 9 dari 10 warga Singapura memiliki rumahnya sendiri.

Baca juga: Apakah Anda punya Ciri Mental Miskin Ini?

Cara Keluar dari Kemiskinan, Sederhana namun Tidak Semua Orang Bisa

Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk keluar dari kemiskinan? Tentu cara ini sering Anda dengarkan, namun saya mencoba untuk melihat dari sisi lain sebagai seseorang yang berusaha untuk lebih baik setiap hari dengan mengalahkan diri sendiri.

Ya, saya bertaruh dengan diri saya sendiri. Setiap hari, musuh terbesar saya bukan orang yang lahir dengan privilege, lebih cerdas, lebih beruntung, lebih cantik, namun adalah saya.

Apa yang coba saya pertaruhkan? Masa depan, dari apa yang saya perjuangkan hari ini. Dari apa yang saya coba usahakan dan doakan, berusaha 1% lebih baik dari kemarin adalah tujuan saya setiap hari.

Memastikan hari ini lebih baik dari kemarin adalah tanggung jawab saya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

1. Memiliki Mimpi atau Tujuan 

Tahukah Anda bahwa apa yang kita lakukan adalah berdasarkan kemana kita membawa hidup ini? Ya, berdasarkan bagaimana Anda menilai hidup dan tujuan dari hidup yang Anda jalani. Tentunya, saat seseorang berpikir bahwa hidup ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa, manusia akan cenderung menjadi pihak 'lemah' dan 'pasif', sehingga memiliki kecenderungan untuk tidak mengusahakan yang terbaik atau aktif.

Respon yang Anda berikan akan berbeda jika menilai hidup bahwa Yang Maha Kuasa melibatkan manusia untuk membangun kehidupan yang lebih baik, sekalipun Yang Kuasa bisa melakukan semuanya sendiri. Tentunya, Anda akan bergerak dengan aktif untuk berpartisipasi dalam membangun kehidupan yang lebih baik untuk diri sendiri dan masyarakat lebih luas.

Jadi, pertanyaan yang perlu dijawab adalah 'Bagaimana Anda menilai hidup?' dan 'Apa tujuan dari Anda ada di dunia ini?'

Saya menemukan jawaban saat usia saya mendekati 30 tahun, bukan umur yang bisa dikatakan muda, namun jawaban saya berhasil membuat gerak dalam hidup saya berubah. Keluar dari tempat tinggal lingkungan kumuh, merantau ke Jakarta, hingga tinggal di sebuah tempat yang jauh lebih baik.

Apakah hal itu hanya berlaku bagi saya? Tidak, saya percaya setiap orang yang mampu mendefinisikan pertanyaan di atas dengan sudut pandang Pencipta, akan memiliki kekuatan untuk memiliki hidup yang lebih berkualitas.

Identitas diri saya tidak ditentukan oleh bagaimana society berjalan, namun bagaimana saya mendefinisikan hidup saya. Dari sini adalah awal mula perjalanan saya untuk menjadi pemimpin bagi hidup saya sendiri.

Hidup saya berjalan dari bagaimana saya memandang hidup saya hari ini dengan cara bagaimana Pencipta saya memandang saya, bukan bagaimana manusia memandang saya. 

Baca juga: Think and Grow Rich, Review Buku Dahsyatnya Kekuatan Pikiran

2. Mengubah Lingkungan Sekitar

Bagaimana saya memandang hidup, mempengaruhi bagaimana saya memilih lingkungan untuk bertumbuh dan berkembang. Seperti quotes yang sering didengar bahwa Anda adalah siapa lima orang terdekat Anda. Dan, itu adalah benar. 

Jika Anda lahir dengan lingkungan dan relasi yang memiliki ekonomi kurang baik, cara keluar dari kemiskinan kedua adalah mengubah relasi dan pertemanan Anda. Bukan hal mudah, tentunya sehingga penting bagi Anda untuk mulai meningkatkan nilai diri, seperti bekerja lebih keras dari lainnya, bekerja lebih rajin dari lainnya, hidup jujur dan dapat dipercaya.

Saya sering mendengar keluhan dari mereka yang kaya, bahwa mereka kesulitan untuk menemukan orang yang jujur dan bisa dipercaya. Jadi, miliki karakter yang mahal sehingga orang kaya mau bergaul dengan Anda.

3. Jangan Puas Diri

Memiliki rasa haus untuk terus belajar, terus mengasah diri, terus menjadi manusia lebih baik adalah salah satu hal yang perlu Anda miliki selain mendefinisikan hidup dengan benar, mengganti lingkungan, dan selanjutnya adalah terus belajar.

Bukan berarti Anda tidak merasa cukup, konteks 'tidak merasa puas' adalah untuk selalu berkembang. Saat ini, dengan dunia yang bergerak cepat, Anda perlu untuk menjadi seseorang yang mampu beradaptasi dengan perubahan atau agile.

Jadi, Anda tidak perlu takut jika tak mengikuti semua perkembangan, namun pastikan bahwa relevan dengan hal-hal yang mendukung terealisasinya tujuan dan mimpi yang sudah direncanakan.

Intelligence is the ability to adapt to change.

- Stephen Hawking.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun