Rien menapaki lantai JPO dengan bergegas. Mendung menggayut sore itu. Rien takut hujan segera turun. Ia masih harus berganti mobil angkutan umum di seberang sana. Tak sengaja matanya bertumbukan pada seorang remaja berpakaian badut, yang berjalan berlawanan arah. Topengnya ditaruh dikepala, sehingga terlihat senyum yang mengembang dibibirnya.
"Sore...Mbak", sapanya.
"Sore...", jawab Rien
"Rajin amat kamu...", Rien memperpanjang obrolan.
"Bukan rajin Mbak, tapi harus", jawabnya.
"Masih sekolah?", tanya Rien
"Sudah lulus Mbak, SMK", Dia menjelaskan.
"Oh...", Rien membalas.
"Tidak cari kerja?", tanya Rien lagi.
"Sudah memasukkan beberapa lamaran, tapi belum ada yang nyagkut", jawabnya datar sambil tersenyum lebar.
"Yang sabar ya...", lanjut Rien, sambil menaruh selembar uang di kaleng cat yang dibawanya. Entah mengapa hati Rien tersentuh dengan remaja berbaju badut tersebut.
Rien melanjutkan langkahnya, Ia memanjatkan do'a dalam hati: semoga remaja tersebut segera mendapat pekerjaan yang layak, sesuai dengan kompetensinya.
POV
Aldi, si remaja berpakaian badut berjalan setengah berlari. Ia harus segera sampai di rumah. Kedua adiknya sudah pasti menunggu kedatangannya. Sejak Ibunya meninggal, ia harus mengurus kedua adiknya. Ayahnya hanya buruh serabutan. Saat ini Ayahnya juga sedang sakit.
Aldi melihat kaleng cat kecil yang menemaninya membadut. Dilihatnya selembar uang yang bisa digunakannya untuk membeli makanan bagi kedua adik dan juga Ayahnya. Ia bersyukur bertemu dengan seorang perempuan yang sangat baik. Dalam hati Aldi berdo'a: Semoga Tuhan memberkati perempuan yang sudah memberikan uang kepadanya.Â
Mendung menggayut di sore itu. Dua anak manusia yang tidak saling kenal, melantunkan do'a untuk kebaikan sesamanya. Semoga Tuhan mendengar do'a mereka.