Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[HUT RTC] Disepertiga Malammu

3 Maret 2016   02:57 Diperbarui: 3 Maret 2016   03:36 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber fhoto/D'Jurnal.com"] 

# Minggu Pertama - Menulis Flash Fiction 200 Kata #

Doa yang kau berikan kepada kami, sungguh tiada batasnya. Sehingga kamipun tak kuasa untuk membandingkannya dengan segala yang ada di muka bumi ini. Disaat kami diterpa kegelisahan, doa doamu senantiasa memberikan kesejukan, hingga menembus ubun ubun dikepala kami.

Tanpa kami sadari pada sepertiga malammu, disaat penghuni dunia sedang tertidur lelap dengan mimpi mimpi indahnya, kami rela berjaga hanya untuk memanjatkan doa keharibaanmu.  Doa yang kami ucapkan dengan tetesan air mata membasahi sajadah kaku terbentang, dan tak seketika itu pula doa kami kau izabah.

Walaupun kami setia menanti kemurahan hatimu untuk mengabulkan permintaan kami, lewat media doa yang kami sampaikan dalam rentang waktu yang panjang, dan entah kapan engkau kabulkan, karena itu merupakan rahasia dirimu, yang tak pernah kami mengetahuinya. Namun kami tak pernah merasa jemu, dengan apa yang kami mohonkan. Dan kami  tak pernah pula berpaling untuk mencari pemberi doa yang lain.

Ada kalanya kami mengurai air mata dalam mentasbihkan doa kepadamu, agar kau merasa hiba kepada kami. Tapi ada pula kalanya kami terpaksa menghardikmu, menebar angkara murkamu, agar kau mendengarkan permohonan kami. Walaupun sebenarnya kami tak pernah tahu dan juga tak pernah mengerti dimana letak ujudmu yang katanya duduk dikursi bersandarkan tiang arasy. Sehingga membuat kami lupa bahwa engkau pernah berkata, bahwa engkau begitu dekat dengan kami, lebih dekat dari urat leher kami.

Ketika kami ditimpa musibah, kami sering lupa diri, lupa pada asal siapa yang menciptakan kami. Kami tak dapat untuk berlaku sabar. Apakah karena kami bukanlah manusia pilihan yang mengusung kitab sucimu. Maka kami mudah tergoda dengan segala permainan duniawi. Kami menyalahkanmu, karena menurunkan bencana yang membuat kami menderita. Kami lupa atas suatu kejadian, bahwa sesungguhnya terjadinya kerusakan dibumi, dilaut dan diudara, adalah akibat ulah dari tangan tangan kami sendiri.

Kami terlalu percaya diri, dan menganggap bahwa kamilah yang paling benar, sehingga kami alpa dari apa yang pernah kau sampaikan, melalui kitab sucimu yang diusung oleh para nabi dan rasulmu dalam catatan sejarah direntang waktu ketika dunia ini kau ciptakan.

Walaupun kami adalah dari bagian ummadmu yang suka berdusta, dan menistakan ajaranmu, dari rahim itu pula kami membuat dosa, yang kemudian kami sembunyikan dengan balutan topeng, yang dari waktu kewaktu melekat diwajah kami, karena hati kami tak selembut sutra.

Kami memang tak mampu seperti wali walimu, yang menegakkan ajaranmu, yang kau seru lewat kiba kitab sucimu dengan penuh kesabaran, kendatipun hinaan dan cercaan datang bertubi, namun mereka tetap senyum, karena senyum menurut walimu adalah salah satu dari ibadah.

Engkau pasti mengetahui, jika kami masih bangga dengan dosa dosa, menebar dusta dibalik wajah kami yang bertopeng, kami masih bangga lewat tangan jahil kami dapat melahirkan bencana, yang membuat engkau menjadi murka, lalu lewat amarahmu, kau ciptakan bencana, yang meluluh lantakkan kehidupan kami. Kami tak menyadari bahwa sesuangguhnya bencana yang kau turunkan, walaupun sebagai warning buat kami, tapi akibat dari bencana yang kau turunkan membuat kami tiada arti sama sekali. Karena akibat bencana yang kau turunkan dapat membuat kami jadi binasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun