Putusan Mahkamah Konstitusi terkait Pemilu 2024---terutama pelonggaran aturan bagi eks napi koruptor untuk maju caleg---menunjukkan bahwa lembaga hukum pun dapat dibengkokkan. Bukan karena hakim tidak paham hukum, tetapi karena sistem rekrutmen dan pengawasannya lemah.
Normalisasi Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan juga menjadi wabah yang dilembagakan. Banyak pejabat merangkap jabatan di BUMN, organisasi olahraga, bahkan partai. Transparency International Indonesia (2021) mencatat, ini menciptakan ruang abu-abu yang rawan disalahgunakan.
Teori principal-agent (Jensen & Meckling, 1976) menjelaskan bahwa agen (pejabat) seharusnya bekerja demi kepentingan principal (rakyat). Namun, ketika sistem membolehkan agen mengatur sendiri batasan dan pengawasannya, maka integritas mudah diabaikan.
Reformasi Sistemik, Bukan Ganti Pemain
Mengganti tokoh tak menyelesaikan akar masalah. Francis Fukuyama (2014) menyebut, negara demokratis hanya akan sehat jika memiliki institusi yang kuat dan independen. Indonesia perlu:
1.Memperkuat checks and balances: Lembaga seperti KPK, MK, dan Ombudsman harus bebas dari intervensi politik, dengan rekrutmen yang akuntabel.
2.Mendorong transparansi anggaran dan kebijakan: Open Government Partnership (2022) menunjukkan bahwa akses publik terhadap informasi negara secara signifikan mengurangi potensi korupsi.
3.Merevisi regulasi bermasalah: UU KPK dan Cipta Kerja harus dikaji ulang melalui proses partisipatif dan terbuka.
Penutup: Sistem yang Buruk Merusak Siapa Saja
Bahkan orang baik pun bisa berubah ketika masuk ke dalam sistem yang buruk.Â
Maka, harapan untuk membebaskan Indonesia dari korupsi tidak cukup hanya dengan memilih tokoh bersih. Kita butuh memperjuangkan sistem yang mampu mencegah orang baik menjadi buruk, bukan sebaliknya.
Sistem yang kuat, adil, dan transparan bukan hanya akan menyelamatkan negara dari korupsi, tapi juga menjaga moral pemimpinnya. Jika tidak, kita akan terus menyaksikan idealisme tumbang oleh godaan kekuasaan---dan mereka yang tenggelam mungkin tak akan pernah kembali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI