Mohon tunggu...
Wirys Wijaya
Wirys Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk belajar

Lulusan Manajemen Dakwah, Suka Travelling melalui teks dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "The King" dan Hikmah Validasi Informasi

7 Oktober 2020   12:28 Diperbarui: 8 Oktober 2020   09:47 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timothee Chalamet berperan sebagai Raja Henry "Hal" V dalam film The King (Foto: variety.com/Netflix)

Informasi ialah salah satu hal yang paling penting di dunia. Informasi menjadi dasar pengetahuan, pijakan keputusan, hingga ramalan masa depan.

Tiap orang selalu dikelilingi informasi, entah informasi itu benar atau salah. Tiap orang juga selalu mencari informasi, apalagi pada zaman sekarang.

Tiap orang yang browsing media sosial, apalagi yang bukan dicarinya selain informasi?

Untuk kebutuhan apapun, sekadar memenuhi rasa ingin tahu, mengikuti tren gaya hidup, mencari bahan pembicaraan, menunjukkan dirinya update informasi, hingga melakukan penelitian dan pengecekan fakta. Hal yang terakhir inilah yang menjadi nilai yang penting dari informasi: pengecekan fakta.

Dengan bertubi-tubinya informasi yang kita terima tiap hari, atau bahkan tiap jam dalam keseharian kita. Sangat penting untuk mengetahui informasi yang benar, atau valid. Hanya informasi valid yang bisa menuntun kita mengambil keputusan yang tepat.

Bayangkan jika ada pesan terusan di WhatsAapp dan banyak orang lainnya yang menyampaikan bahwa tetangga kita adalah pedofilia. Jika langsung mempercayai kebenaran informasi ini mentah-mentah, apa yang akan terjadi?


Muncul penyikapan sosial dari orang-orang terhadapnya, dijauhi, dicaci, dibenci, atau bisa saja orang-orang sekampung menggerebek rumah orang itu, dan menggebuknya. Padahal informasi itu belum tentu BENAR.

Untuk itulah kita perlu melakukan validasi informasi atau pengecekan fakta informasi, sehingga kita tidak salah ambil jalan, dan malah berakibat fatal.


Salah satu film yang cukup konkret memberikan pelajaran tentang pentingnya melakukan validasi informasi ialah The King. Film keluaran tahun 2019 ini menyuguhkan drama biopik tentang Raja Henry “Hal” V (Timothee Chalamet) yang terpaksa naik takhta menggantikan ayahnya yang meninggal karena sakit.

Tulisan ini menyoroti plot yang mendorong terjadinya perang Agincourt (1415) yaitu perang antara Kerajaan Inggris dan Perancis di Perancis Utara.

Meski demikian, pada film menyimpan pertanyaan utama yaitu “Mengapa sampai terjadi perang antar keduanya?” Padahal Henry sendiri dikenal sebagai orang yang lebih mengutamakan konsiliasi dan tidak suka peperangan.

Munculnya Konflik terhadap Perancis

Plot menuju konflik antara Inggris dan Perancis dimulai saat Raja Henry V mendapatkan hadiah berupa “bola” dari Kerajaan Perancis pada pesta penobatannya sebagai raja.

Bagi para bangsawan yang hadir, hadiah itu telah menghinanya dan memosisikannya sebagai anak-anak yang hanya bisa bermain-main. Mereka pun mendorong Henry untuk memerangi Perancis atas hinaan yang diberikan. Melihat hal tersebut, Henry memilih untuk memaknai hadiah tersebut sebagai cerminan positif dari masa kecilnya.

Keesokannya, Philippa, saudara Henry yang telah menjadi Ratu Denmark (Thomasin McKenzie) memperingatkan bahwa ia melihat para bangsawan yang hadir pada pesta penobatannya menyimpan niat tersembunyi yang tidak akan ditampakkan mereka kepada Henry. Sehingga Henry harus berhati-hati untuk mempercayai siapapun di sekitarnya. 

Plot berikutnya, Gascoigne (Hakim Agung Kerajaan Inggris) menangkap seorang yang mengaku sebagai assassin yang dikirim untuk membunuh Raja Inggris. Henry menginterogasinya, dan dia mengaku dikirim oleh Raja Perancis Charles VI.

Henry merespons ancaman ini dengan mengirim surat kepada Raja Perancis dan mengancam akan membawa peperangan kesana jika mereka tak menghentikan provokasi ini. Respons Henry mengecewakan para bangsawan yang menginginkan perang atas Perancis.

Raja Charles VI (Raja Perancis) merespons surat tersebut dengan mendekati bangsawan Inggris sekaligus sepupu Henry, Earl of Cambridge (Edward Ashley), agar mereka bisa menyampaikan pada Raja Henry V bahwa Perancis tidak ada keterlibatan apapun dengan assassin itu.

Cambridge enggan menyampaikannya secara langsung, malah menyampaikan pesan itu kepada bangsawan Grey dan Gascoigne (Sean Harris) yang dianggap dekat dengan Henry.

Mereka kemudian membahas kelemahan kepemimpinan Henry. Gascoigne menyampaikan kepada Henry tentang para bangsawan yang meragukan kepemimpinannya dan menasihati Henry bahwa unjuk kekuatan diperlukan untuk menyatukan Inggris.

Henry yang saat itu tidak memiliki seorang teman, dan bingung akan sikap apa yang seharusnya diambil akhirnya mempercayai Gascoigne dan memilih untuk memenggal Cambridge dan Grey.

Perang Agincourt

Gascoigne berhasil meyakinkan Henry untuk berperang melawan Perancis, ia pun membawa pasukan Inggris ke daratan Perancis. Sebelum itu, Henry mendatangi sahabat lamanya yang telah terlupakan saat ia menjadi raja, Sir Falstaff -yang selalu ia percaya- untuk mendampinginya dalam Perang melawan Perancis.

Henry tak tahu lagi siapa yang dapat dipercayainya memimpin pasukan Inggris. Falstaff yang telah lelah berperang awalnya ragu, namun demi kesetiaan persahabatan akhirnya ia turut serta memimpin pasukan Inggris.

Setelah kemenangan atas pengepungan benteng kecil di Perancis, pasukan Inggris menghadapi pasukan Perancis yang ternyata sangat besar jumlahnya, berkali-kali lipat dari Inggris dan ditopang oleh perlengkapan perang yang juga lebih lengkap.

Falstaff (Joel Edgerton) kemudian menyarankan taktik perang tak terduga dengan mengeksploitasi kuda perang dan baju besi pasukan Perancis menjadi kelemahan mereka di dataran berlumpur sehingga jumlah mereka tak lagi berarti.

Perang pun akhirnya dimenangkan Inggris dengan taktik brilian Falstaff, namun mengorbankan nyawanya sebagai bagian dari taktik perang. Henry yang menemukan jasad Falstaff berduka mendalam, sebab ia telah kehilangan satu-satunya orang yang dekat dan dipercayainya.

Penyelesaian Perang dan Terkuaknya Tipu Daya

Raja Charles VI (Thibault de Montalembert) akhirnya menyerahkan diri, dan berharap agar Henry V mau menikahi putrinya Catherine (Lily Rose Depp) sebagai simbol persatuan dua kerajaan. Menjelang pernikahan dirinya dengan Henry, Catherine mempertanyakan secara kasar motivasi Henry menginvasi Perancis.

Henry menceritakan tentang hadiah bola dan assassin yang dikirim Kerajaan Perancis untuk membunuh dirinya. Namun Catherine membantah dan menolaknya, sebab ayahnya adalah raja yang disegani rakyat tidak mungkin memulai perang, dan kakaknya tidak cukup pintar untuk merencanakan hal semacam itu. Henry pun tercengang, marah, dan terdiam atas kesaksian Catherine.

Curiga, Henry mendatangi Gascoigne dan menginterogasinya, akhirnya terungkap bahwa ia memalsukan upaya pembunuhan agar Henry menyerang Perancis. Gascoigne, berlutut, berkata bahwa ia telah memberikan impian Henry, Inggris yang bersatu dan selalu dibutuhkan peperangan untuk mencapai perdamaian. Henry yang memendam amarah, membunuh dengan menusuknya.

Meski terkuak, sudah sangat terlambat bagi Henry untuk mengetahuinya, ia telah kehilangan sahabat terbaiknya, membunuh sepupunya sendiri, dan banyak korban prajurit tak berkepentingan yang hanya bisa menuruti perintah.

Belum lagi korban di pihak Perancis, prajurit dan Pengeran Perancis (Robert Pattinson) yang mati di medan perang. Sebuah keputusan penting yang telah memakan ribuan korban jiwa. Apa yang salah dari keputusan Henry untuk berperang?

Validasi Informasi

Pertama, ia begitu saja mempercayai Gascoigne tentang assasin yang dikirim kerajaan Perancis. Henry harusnya dapat melakukan uji kebenaran atau validasi informasi tersebut yang bisa ditempuh dengan jalan melakukan penyelidikan mandiri, menunjuk tim yang terdiri dari beberapa orang selain Gascoigne untuk mencari fakta pendukung tentang identitas assassin, baik berupa dokumen maupun saksi mata.

Berikutnya dapat juga diterapkan critical thinking, yaitu dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan interogatif untuk menguji konsistensi jawaban tersangka, misalnya dengan mempertanyakan kronologis kejadian hingga dia bisa duduk di hadapannya, memintanya menunjukkan bukti bahwa dia memang suruhan Kerajaan Perancis, juga untuk menguji kebenaran informasi Gascoigne sendiri.

Kemudian menganalisis semua data yang ada untuk mendapatkan jawaban yang valid. Memang hal ini membutuhkan waktu dan juga ketajaman pikiran, namun makin banyak data yang terkumpul akan makin mudah untuk menguak kebenaran.

Kedua, Henry tidak melakukan penyelidikan atas keterangan Gascoigne tentang Cambridge dan Grey malah secara sepihak memutuskan hukuman penggal.

Dalam mengambil keputusan, bisa saja kita diliputi oleh emosi yang meledak-ledak, maupun ketidakstabilan mental, hingga sulit untuk melihat kebenaran dan yang muncul malah penutup yang terlalu dini, yaitu menyimpulkan karena merasa sudah mendapat jawaban padahal bukti masih sangat sedikit.

Yang perlu dilakukan ialah memastikan tidak mengambil keputusan dalam kondisi emosi diri yang tidak stabil, mencoba mengambil jarak dari kerumunan agar bisa berpikir lebih jernih. Dan hindari melakukan generalisasi berlebihan, yaitu memaknai informasi secara berlebihan misalnya saat mereka menyatakan ragu sama dengan mereka ingin melakukan kudeta. 

Ketiga, sosok Gascoigne yang mengeksploitasi kelemahan Henry. Sejak awal kedatangan Henry di istana, Gascoigne selalu mendekatinya, menunjukkan simpati, membangun kepercayaan sebagai orang yang paling paham kerajaan, mendukung visi yang dimiliki Henry, dan selalu hadir di saat Henry membutuhkan nasihat.

Di sinilah akhirnya bisa memunculkan efek halo, yaitu mencitrakan positif kepada orang yang dihormati sehingga menganggap orang tersebut selalu tepercaya tiap perkataannya, dan menjadi subjektif dalam menilai informasi yang diberikan.

Banyak kasus yang terjadi, orang yang paling dapat menghancurkan kita adalah orang yang terdekat dengan kita. Sehingga seberapapun kagumnya kita pada seseorang, pisahkan perkataannya dengan kekaguman kita.

Sebab ia hanyalah manusia yang selalu punya potensi benar dan salah. Apalagi sejak awal Henry telah diperingatkan Philippa bahwa bangsawan istana penuh kepentingan politik pribadi.

Simpulan

So, readers harga informasi bukan terletak dari seberapa banyak yang kita miliki tapi seberapa valid informasi tersebut. Untuk itu tiap informasi yang kita terima wajib untuk ditelaah atau diuji validasi, baru setelah kita memastikan kebenarannya, ambil tindak lanjut, seperti berbagi informasi, mengambil keputusan, dan bersikap.

Terapkan 3T informasi, Terima, Telaah, Tindak-lanjuti. Semoga bermanfaat, dan bisa makin meningkatkan kualitas berpikir kita sebagai netizen Indonesia.

Sumber sinopsis film banyak diambil dari laman wikipedia.org dan imdb.com, film dapat disaksikan secara streaming melalui Netflix. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun