Secarik kertas telah kuterima
Dilepaskannya belenggu-belenggu malam yang kuhempaskan di senja itu
Semua terasa hambar
Semua rapuh.
"Jadi? Untuk apa aku mengejar harum mawar itu?"
Secarik puisi telah dibacakan, dihimpitnya sang lelaki tunawisma itu, oleh gersangnya marabahaya sukma dan kalbu.
"Aku gagal. Namun, aku masih mengejar yang lain."
Runtuh sudah, membangun lagi.
Beberapa opsi ditangguhkan, sebagian lagi dilepaskan
Karena memang sudah menemukan.
"Kucoret nama mereka yang kuincar, dan kini aku belajar untuk sabar dan sadar."
Tunawisma kembali menulis,
entah hatinya yang terkikis tanpa raut wajahnya yang tampilkan tangis.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!