Mohon tunggu...
Wira Krida
Wira Krida Mohon Tunggu... Praktisi Komunikasi dan Farmasi

Saya praktisi farmasi industri yang memiliki minat mendalam dalam berbagai aspek komunikasi. Sebagai seorang profesional di bidang farmasi industri, saya telah mengembangkan keahlian di sektor ini melalui pengalaman dan pembelajaran yang terus-menerus. Tidak hanya fokus pada pengembangan teknis dan operasional di industri farmasi, tetapi juga memahami pentingnya komunikasi dalam mendukung dan memperkuat keberhasilan organisasi. Dalam rangka memperluas pengetahuan di luar farmasi, saya memutuskan untuk menempuh pendidikan di bidang komunikasi. Saya meraih gelar Magister Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina pada tahun 2023. Langkah ini menunjukkan komitmen saya untuk memperdalam pemahaman tentang komunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi organisasi dan komunikasi digital, dua bidang yang semakin penting di era globalisasi dan transformasi digital. Saat ini, Saya sedang melanjutkan studi di bidang ilmu komunikasi di Universitas Sahid. Melalui studi ini, saya berharap dapat menggabungkan pengetahuan di sektor farmasi dengan pemahaman yang lebih luas tentang komunikasi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam pengembangan industri farmasi, baik dari segi operasional maupun strategi komunikasi. Bidang minat utama saya meliputi farmasi industri, komunikasi organisasi, serta komunikasi digital, yang menjadi fokus utama untuk pengembangan lebih lanjut di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasionalisme Dipertanyakan, Diaspora Dicampakkan: Paradoks Komunikasi Publik Pemerintah!

19 Februari 2025   11:09 Diperbarui: 19 Februari 2025   13:13 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media Sosial: Senjata Rakyat Melawan Narasi Pemerintah

Dulu, masyarakat hanya bisa mengeluh dalam diam. Namun kini, dengan media sosial sebagai alat perlawanan anti-mainstream, rakyat tidak lagi tak bersuara. Twitter, Instagram, TikTok, dan Facebook menjadi medan tempur baru, di mana kritik terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil menggema tanpa bisa dibungkam.

Tagar seperti #KaburAjaDulu, menjadi cerminan betapa besar ketidakpuasan masyarakat. Ini membuktikan bahwa komunikasi publik pemerintah telah gagal membangun kepercayaan, justru memperkuat jurang antara rakyat dan penguasa.

Saatnya Berhenti Meremehkan, Mulai Mendengar!

Paradoks komunikasi publik pemerintah harus segera diakhiri. Jika pemerintah benar-benar ingin membangun nasionalisme, maka hargailah rakyat, jangan meremehkan mereka. Jika ingin masyarakat tetap tinggal dan berkontribusi, maka ciptakanlah harapan, bukan memperdalam keputusasaan.

Media sosial telah menjadi senjata rakyat untuk melawan narasi pemerintah yang timpang. Jika penguasa terus menutup telinga dan menganggap suara rakyat sebagai angin lalu, maka perlawanan digital akan semakin kuat dan legitimasi pemerintah akan semakin melemah.

Saatnya Pemerintah Berpihak pada Suara Rakyat!

Belakangan ini, kebijakan pemerintah semakin menimbulkan keresahan di masyarakat. Banyak keputusan yang tidak hanya membingungkan, tetapi juga menyulitkan dan membebani rakyat. Alih-alih memberikan solusi, kebijakan yang diambil justru memperdalam ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah.

Mengapa Kebijakan Pemerintah Kian Meresahkan?

Pertanyaan besar yang harus dijawab oleh pemerintah: Mengapa akhir-akhir ini kebijakan justru lebih banyak menyusahkan rakyat? Beberapa hal yang menjadi sorotan utama:

  1. Kebijakan ekonomi yang lebih berpihak pada elite, sementara rakyat kecil semakin terhimpit.
  2. Minimnya perlindungan bagi tenaga kerja lokal, sementara tenaga kerja asing semakin dimudahkan.
  3. Kenaikan harga kebutuhan pokok yang tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
  4. Kurangnya ruang bagi rakyat untuk bersuara, karena kritik sering kali direspons dengan sikap meremehkan.

Bukannya membangun kepercayaan, komunikasi publik pemerintah justru semakin memperburuk keadaan. Pernyataan pejabat yang meremehkan keresahan rakyat hanya memperbesar kemarahan publik. Bagaimana mungkin pejabat yang dipilih oleh rakyat justru bersikap arogan terhadap mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun