Mohon tunggu...
Windu Merdekawati
Windu Merdekawati Mohon Tunggu... Penulis - Petualang hidup

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sejenak Merenungkan Kembali Esensi Pendidikan

10 September 2017   23:00 Diperbarui: 12 September 2017   10:38 2913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama mengunjungi MDKG saya merasakan ada banyak hal yang “nge-klik”. Beberapa kali saya dan mbak Bunga sempat termenung, Indonesia mempunyai Bapak Pendidikan yang begitu hebat akan tetapi kenapa selama ini konsep yang sudah beliau temukan justru terabaikan. Konsep Sistem Pendidikan yang begitu runtut, komplit, universal serta visioner. 

Proses penemuan yang panjang bahkan seluruh hidup beliau didedikasikan sepenuhnya untuk menggali nilai-nilai kehidupan yang kelak dapat diwariskan untuk generasi penerus bangsa ini. Bahwa pendidikan sejatinya bukan hanya tentang mengasah kemampuan akademik akan tetapi mengembangkan seluruh daya kemampuan diri secara utuh, membentuk karakter manusia yang berbudi luhur, berakhlak mulia, berdaya cipta rasa dan karsa sehingga dapat bersinergi berkontribusi dalam berkarya membangun peradaban bangsa dan dunia.

pesan-ki-hadjar-59b55f1aa7249b388a699e23.jpg
pesan-ki-hadjar-59b55f1aa7249b388a699e23.jpg
Saya teringat rangkaian kata-kata indah penuh makna di gerbang Taman Wijaya Brata, makam Ki Hadjar Dewantara dan istri serta kerabat, yang berbunyi “Rinaras Trus Basukining Wiji” (artinya: suasana harmonis menciptakan generasi baru yang hidup dalam suasana sejahtera, bahagia) dan “Hening Mangesthi Pambukaning Wiji” (artinya: bercita-cita tinggi (suci) untuk membawa generasi baru dalam kehidupan yang tinggi dan luhur). Taman Wijaya Brata sendiri artinya adalah tempat untuk mencapai kemenangan.

taman-wijaya-brata-jpg-59b55fe688575a75b0589f15.jpg
taman-wijaya-brata-jpg-59b55fe688575a75b0589f15.jpg
Pendidikan yang sejati dapat diibaratkan seperti tongkat Ibu Peri dalam kisah Cinderella, salah satu sarana yang dapat mengubah manusia biasa menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang dapat hidup menurut “calling” atau kodrat dan panggilan jiwanya sesuai dengan kehendak Tuhan YME. Sebuah catatan tebal untuk diri.

Memayu Hayuning Sariro, Memayu Hayuning Bangsa, Memayu Hayuning Bawana


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun