Mohon tunggu...
Diana Wardani
Diana Wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Sederhana

I Love You, Kangmas Matahariku. I love your sign and signature - I always be with you wherever you are, because we are one.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bank Manis dan Renyah itu Bernama OCBC NISP

9 November 2018   17:27 Diperbarui: 9 November 2018   17:32 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin saya menulis tentang ketidak-mengertian saya di sini. Penolakan uang yang sampai detik ini belum saya pahami. Tapi saya juga tidak ingin terburu-buru memahaminya. Saya juga tidak berusaha untuk mencari tahu ke sana kemari tentang hal ini.

Apabila kemarin saya sempat bertanya bagaimana nasib uang kucel kumal dekil dan bau apek itu. Hari ini saya sudah menemukan jawabannya. Sebuah senyum merekah dan senda gurau mewarnai di antara kelegaan di hati. Uang kucel kumal dekil dan bau apek itu sudah menemukan takdirnya. Di sebuah bank berlogo dominan merah, uang itu berada untuk disetorkan ke pusat. Begitu kata teller di sana. Aha. Alangkah manis dan renyahnya bank ini.

Apabila kemarin saya menulis tentang ketidak-mengertian tentang sebuah pelayanan, maka hari ini saya mendapatkannya di sini; di Bank OCBC NISP!

Apa yang saya tulis kemarin bukan tentang kekecewaan. Namun perlu saya garis bawahi bahwa kemarin itu saya menulis tentang ketidak-mengertian saya. Kecewa hanya akan mengundang rasa benci. Sementara saya tidak mau menyimpan rasa benci. Karena saya hanya ingin menyimpankan uang hasil perasan keringat disertai dengan doa :) Namun memang kemarin itu belum sesuai harapan saja. Bayangan tentang sebuah bank di benak saya ternyata berbeda dengan kenyataan.

Itu kemarin. Hari ini berbeda dengan kemarin :)

Terima kasih Hana. Terima kasih Shanas. Terima kasih tim OCBC NISP. Jaya selalu sebagai bank pengayom rakyat :) Tak peduli kau milik siapa. Bagi saya siapa pun yang menghargai uang terbitan negara Indonesia, negara tercinta saya, sangat patut untuk diapresiasi. Wong kucelnya juga karena sebuah perjalanan panjang dari perekonomian. Tak perlu menghitung oleh siapa uang itu menjadi kucel kumal dekil dan bau apek. Kita berjuang bersama untuk senantiasa membiarkan uang-uang bagus beredar semaksimal mungkin. Minimal di tempat sekitar kita tinggal.

*Ketika kesejukan menjadi sebuah tulisan :)

Bagaikan melihat bunga bermekaran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun