Mohon tunggu...
Diana Wardani
Diana Wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Sederhana

I Love You, Kangmas Matahariku. I love your sign and signature - I always be with you wherever you are, because we are one.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penolakan Uang

7 November 2018   17:03 Diperbarui: 10 November 2018   06:45 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin ada yang bertanya-tanya kok ada uang ditolak. Siapa sih yang tidak mau uang? Pada umumnya manusia kebanyakan memerlukannya.

Siapa sangka sebuah bank usia tidak lagi muda, dengan tegas sang teller menolak uang setoran seorang nasabahnya. Memang uang yang disetorkan tidaklah seberapa. Hasil penjualan katakanlah warung kecil yang kebanyakan uang yang diterimanya dekil, kumal, kucel dan mungkin bau apek.

Namun sebagai bank negara sepertinya kok tidak masuk akal ya, menolak uang lembaran kucel itu. Toh, uang yang disetorkan itu kucelnya karena hasil dari banyak tangan masyarakat Indonesia. Bukan orang lain. Bolehkah disebutkan nama banknya?

Sebelum menyebutkan nama banknya, saya ingin memaparkan bayangam saya tentang sebuah bank.

Menurut saya, salah satu fungsi dari bank adalah menerima setoran uang berapa pun pecahannya, dan bagaimana pun kondisi dari uang itu. Bagaimana pun bentuknya, asalkan (setahu saya) dua nomor seri yang tertera di lembar uang itu lengkap, itu tidak masalah. Artinya bank masih bisa menerimanya.

Tapi bank tersayang satu ini sepertinya enggan menerima uang terbitan negaranya sendiri. Sungguh menyedihkan. Ternyata bayangan bank di benak saya keliru :D

Sementara sang warung berhati mulia ini ingin uang kucel, atau sedikit terbakar, katakanlah uang menjadi tidak layak itu bisa diterima di bank dengan harapan meminimalisir uang kucel atau cacat beredar, biar hanya uang bagus saja yang beredar di masyarakat. Itu keinginan sang warung. Kalau sebuah bank hanya mau menerima uang bagus saja, ya apa gunanya? Katanya bank rakyat. Tapi kok tidak mengayomi rakyatnya yang mau setor uang terbitan negaranya sendiri. Jadi kata teller itu, uangnya dikumpulkan dahulu, baru nanti ditukar ke kantor cabang. Mmh apakah hal ini tidak bisa dikoordinasikan oleh bank bukan kantor cabang, dengan kantor cabangnya? Malah nasabahnya yang harus pergi ke kantor cabang dan sebelumnya mengumpulkan terlebih dahulu uang bergambar Pahlawan Pattimura itu. Mau berapa lama mengumpulkan uang Pahlawan Pattimura yang sudah jarang ditemui? Jujur, bagi saya ini aneh. Inikah pelayanan?

Ketika ketidak-mengertian menjadi sebuah tulisan :)

Ini contoh uang yang hendak disetorkan ke Bank Rakyat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun