Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Ciri Kekerasan terhadap Anak

17 Maret 2021   15:39 Diperbarui: 19 Maret 2021   12:10 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekerasan pada anak dapat dicegah-dihentikan dengan pertama - tama mengetahui jenis dan ciri khasnya (John Hain/Pixabay)

Kita bisa turut menghentikan kekerasan atas anak setelah mengetahui apa yang terjadi.

Kasus kekerasan kepada anak ramai diperbincangkan khalayak masyarakat Indonesia setelah baru -- baru ini tersebar rekaman penganiayaan kepada anak di Tangerang, Banten.

Komnas Perlindungan Anak melaporkan ada 2.700 kasus kekerasan anak pada 2020. Ini baru kasus yang terdata, bagaimana dengan yang tidak terdata dan mungkin masih berlangsung hingga kini?

Untuk ikut mencegah - menghentikan kasus kekerasan terhadap anak, baiknya kita mengetahui jenis kekerasan yang ada, tanda kekerasan telah terjadi, dan mengetahui pihak yang patut diwaspadai. Sebelum memulai, baik mengetahui definisi umum akan kekerasan terhadap anak.

Apa Itu Kekerasan Terhadap Anak?

Kekerasan anak terjadi ketika seseorang melukai fisik dan psikis seorang anak. Kekerasan terhadap anak bisa terjadi pada anak laki-laki atau perempuan dalam keluarga mana pun.

Kasus kekerasan anak yang tidak terselesaikan seringkali menimbulkan rasa sakit hati (atau trauma emosional) yang bertahan lama setelah tubuh yang terluka sembuh.

Baca juga: "Implikasi Kekerasan pada Anak terhadap Pelaku dan Korban Bullying" oleh Kamelia Desi

Apa Jenis Kekerasan Terhadap Anak?

Kekerasan fisik

Memukul dengan tangan atau benda seperti ikat pinggang dapat meninggalkan memar atau luka dan menyebabkan rasa sakit. Menggoyang dengan paksa tubuh seorang anak, mendorong, membuatnya tersedak, meninju, menabrak, dan menendang merupakan bentuk kekerasan fisik.

Pelecehan seksual

Pelecehan seksual kepada anak bisa berupa kontak seksual atau aktivitas seksual non-kontak (seperti mengambil atau berbagi foto seksual dan pembicaraan seksual tanpa konsen) antara:

  • orang dewasa dan seseorang yang lebih muda dari 18 tahun
  • anak yang lebih tua atau remaja dan anak yang jauh lebih muda
  • satu orang yang memiliki kekuasaan atas orang lain, tidak peduli usia mereka

Sebagian besar kasus pelecehan seksual melibatkan orang dewasa atau anggota keluarga tepercaya yang menyalahgunakan kepercayaan anak. Pelecehan seksual dapat terjadi baik sebagai paksaan maupun rayuan lewat iming -- iming hadiah dan janji untuk tidak memberitahukan orang di luar korban dan pelaku.

Pengabaian

Pengabaian adalah ketika orang dewasa tidak melakukan apa yang diperlukan untuk merawat anaknya. Ini berarti tidak memberi cukup kepada anak:

  • Makanan, pakaian,  dan tempat tinggal
  • perawatan medis
  • perhatian (pengabaian secara emosional)
  • pendidikan/sekolah

Pelecehan emosional (atau pelecehan psikologis)

Pelecehan emosional terjadi ketika orang dewasa yang mengasuh menilai buruk, mengancam, merendahkan atau menolak keberadaan anak atau remaja hingga menahan perasaan kasih sayang sehingga anak merasa buruk tentang diri mereka sendiri atau tidak berharga.

Penyalahgunaan zat terlarang

Ketika orang dewasa menggunakan narkoba atau mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan, ini dapat membahayakan anak-anak.

Ketika orang dewasa menggunakan narkoba atau alkohol berlebihan di sekitar anak, hal ini masuk sebagai ancaman terhadap anak. Implikasinya termasuk dalam kekerasan terhadap anak, terlepas jika anak tidak diabaikan ataupun disakiti.

Kekerasan terhadap anak dalam penggunaan zat terlarang juga termasuk:

  • orang dewasa membiarkan seorang anak minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang
  • orang dewasa membuat, mengambil, atau menjual obat-obatan terlarang di hadapan anak-anak
  • seorang wanita menggunakan obat-obatan terlarang saat hamil

Pelecehan medis pada anak

Kekerasan terhadap anak dapat terjadi ketika seorang pengasuh memberikan terlalu banyak perawatan medis kepada anak berupa obat-obatan, janji temu, operasi, atau tes laboratorium yang tidak diperlukan.

Siapa Pelaku Kekerasan Terhadap Anak?

Tidak ada ciri pasti seseorang merupakan pelaku kekerasan anak. Sebagian besar kasus kekerasan anak datang dari pelaku yang dikenal baik.

Walau begitu, pelaku kekerasan terhadap anak bisa menunjukkan beberapa tanda, misalnya:

  • Selalu berbicara negatif tentang anak atau menyebut korban tidak berharga.
  • Mencoba menjauhkan korban dari orang lain.
  • Kesulitan berbicara tentang luka fisik atau masalah perilaku yang dialami anak dalam tanggungan mereka
  • Memberikan sedikit perhatian atau kasih sayang kepada anak.

Apa Tanda-Tanda Pelecehan Anak?

Anak-anak dan remaja sering kali kesulitan berbicara tentang pelecehan. Jadi mengetahui tanda-tanda pelecehan anak bisa membantu.

Anak-anak yang mengalami pelecehan mungkin:

  • Sering mengalami memar, terutama di tempat-tempat yang biasanya tidak membuat anak-anak memar karena bermain
  • Memiliki cerita yang tidak masuk akala tau terus berubah untuk menjelaskan cedera yang dialami
  • Tidak mau pulang ke tempat tinggal yang juga ditinggali pelaku
  • Menghindari berada di tempat yang sama dengan pelaku kekerasan
  • Menghindar dari orang lain
  • Menunjukkan tanda-tanda trauma emosional, seperti ketakutan, kemarahan, dan kesulitan mempercayai orang lain
  • Murung dan mengalami depresi
  • Melampiaskan penderitaannya dengan mem-bully mereka yang sepantaran atau lebih kecil darinya
  • Melukai diri sendiri
  • Mengalami mimpi buruk atau sulit tidur
  • Bertingkah laku tidak biasa di kelas, kesulitan memperhatikan, atau menjadi hiperaktif
  • Menggunakan obat-obatan

Anak-anak yang melihat kekerasan (tetapi bukan korbannya sendiri) atau melihat kekerasan antara orang dewasa yang merawat mereka terkadang menunjukkan tanda-tanda yang sama.

Tanda-tanda di atas tidak selalu mengarah pada kekerasan. Anak-anak yang mengalami masa-masa stres - seperti perpisahan atau perceraian orang tua mereka, pindah rumah, atau kematian orang yang mereka cintai - juga mungkin sedih, marah, atau menyendiri. Tetapi jika tanda-tanda fisik (seperti memar) terjadi bersamaan dengan masalah perilaku, lebih besar kemungkinan bahwa itu merupakan tanda telah terjadi kekerasan terhadap mereka.

Baca juga: "4 Proses Penelusuran Informasi Korban Kekerasan Anak" oleh Nita Kris Noer

Setelah mengidentifikasikan dan dapat yakin bahwa telah terjadi kekerasan anak, anda dapat melaporkan kepada pihak berwenang (Nomor aduan Komisi Perlindungan Anak Indonesia: (021) 31901556 | WhatsApp 08111772273) sembari mengupayakan keamanan korban anak. Rincian pelaporan dan tindak lanjut atas kekerasan terhadap anak akan ada pada tulisan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun